TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini muncul istilah ‘awan jatuh’ yang menyebar lewat video di media sosial terkait fenomena benda seperti awan putih yang berceceran di sebuah perkebunan kelapa sawit di Kampar, Riau.
“Ini jelas merupakan berita bohong atau hoax,” kata Erma Yulihastin, peneliti klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ahad, 31 Juli 2022.
Benda putih yang disebut awan jatuh itu, menurutnya, hanyalah gumpalan busa. Dari rekaman video yang beredar di media sosial, bentuk dan ukuran ‘awan jatuh’ itu beragam. Benda itu berceceran di badan jalan, sisi jalan, selokan, hingga lahan perkebunan.
Erma mengatakan, awan adalah sekumpulan titik-titik air yang melayang-layang di atmosfer. Asalnya dari proses pengembunan atau kondensasi udara hangat yang menguap dari permukaan bumi.
Awan tetap di langit walaupun ada gravitasi atau gaya tarik bumi. “Karena awan berasal dari sekumpulan udara yang naik dan densitas atau massa jenisnya lebih ringan dibandingkan udara sekitarnya,” kata dia.
Menurut Erma, fenomena awan jatuh sebagai istilah dalam meteorologi atau ilmu tentang cuaca, dikenal sebagui microburst atau downburst. Fenomena itu terlihat sebagai awan badai yang tebal berwarna kelabu, namun memiliki gumpalan yang menggelayut di bawahnya.
“Sehingga seakan-akan awan tersebut hendak jatuh menuju ke permukaan tanah,” ujarnya.
Kejadian seperti diakibatkan oleh arus angin yang sangat kuat dari atas menuju ke bawah atau disebut dengan istilah downdraft. Arus angin itu disebutnya efek dari turbulensi juga pusaran vorteks atau pusaran angin dalam skala luas di dalam sebuah awan badai yang besar dan kuat.
“Microburst ini tentu sangat berbahaya bagi pesawat yang melintas di bawahnya karena dapat menjatuhkan pesawat,” kata Erma.
Hantaman angin dari atas menuju bawah yang sangat dahsyat ini juga disertai dengan hujan deras, disertai es, atau bahkan juga air dingin dengan titik beku di bawah nol derajat Celcius atau disebut freezing rain. Seringkali juga kejadian cuaca itu disertai petir dan guruh.
Selain membahayakan pesawat, fenomena microburst yang menghasilkan cuaca buruk berdampak ke daratan. “Bisa menimbulkan kerusakan yang luas bagi permukiman dan infrastruktur yang berada di bawahnya,” ujar Erma.