TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah guru dan siswa di SMKN Labuang ikut unjuk kompetensi dalam ajang Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Sulawesi Barat. Seperti yang terlihat dalam pembukaan pada Jumat 29 Juli 2022, mereka hadir lewat produk Motor 'Hantu' dan Kompresor tanpa Suara.
Untuk yang pertama, ini adalah sepeda motor yang sudah dimodifikasi sehingga bisa dinyalakan melalui smartphone. Teknologi sepeda motor cerdas karena tak membutuhkan kunci kontak seperti pada umumnya ini juga membantu menyelesaikan masalah hilang kunci yang tak jarang terjadi di antara pada pengendara sepeda motor.
“Karena masyarakat sekarang itu lebih cenderung tidak ketinggalan handphone daripada kunci motor," kata Edi Susilo, satu guru SMKN Labuang, pemilik ide modifikasi itu, di Mamuju, dikutip dari laman Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Ristek.
Edi menuturkan, ide Motor Hantu dikembangkan pada awal 2021. Perangkat utama yang dibutuhkan adalah mikrokontroler yang digabungkan dengan teknologi bluetooth agar bisa terhubung ke smartphone. Bersama empat siswanya dari Jurusan Pemrograman dan Elektronika, Edi mewujudkan idenya itu menggunakan jam pelajaran maupun jam sepulang sekolah.
Mereka butuh dua hari untuk merakit alat perangkat itu hingga terpasang pada sepeda motor. Selain untuk menyalakan mesin, aplikasi pada ponsel juga menyediakan menu untuk mematikan mesin, membunyikan klakson, hingga alarm keamanan.
Edi mengaku sudah menggunakan Motor Hantu karyanya itu selama satu tahun dan mengaku sejauh ini berjalan baik. Di luar aplikasi pada ponsel, mereka juga menambahkan kemampuan 'siluman' pada sepeda motor itu melalui teknologi sensor suara.
Untuk Kompresor tanpa Suara, peran guru di baliknya adalah Dahlan. Dia dan lima siswanya mampu meminimalisir bising sehingga kompresor lebih senyap saat digunakan. Ini sangat membantu terutama ketika kompresor dinyalakan pada malam hari.
“Kalau pekerjaannya belum selesai, tapi sudah malam, mau dinyalakan kompresornya berisik, sehingga kami berpikir kalau pakai kompresor tanpa suara, bisa menyelesaikan pekerjaannya,” tutur Dahlan.
Dahlan dan timnya membuat kompresor itu memanfaatkan barang bekas, mulai dari komponen mesin penyejuk udara hingga tabung gas freon yang sudah tak terpakai. Semua dirakit secara hati-hati. Pengelasan dilakukan di bengkel milik Dahlan. Karena menggunakan komponen mesin bekas penyejuk udara ukuran 1 PK, kompresor ini diklaim Dahlan lebih hemat listrik.
"Kompresor ini merupakan pengembangan sejak 2019, di mana generasi sebelumnya sudah muncul 2013 dan akan terus disempurnakan," kata pak guru SMK itu.
Baca juga:
Covid-19 Naik Lagi saat PTM 100 Persen, Ini Surat Edaran Terbaru 4 Menteri