TEMPO.CO, Jakarta - Dua studi independen terhadap anak-anak yang memiliki kerusakan organ hati atau hepatitis akut misterius di Inggris menemukan sebuah virus yang disebut adeno-associated virus 2 di hampir semua kasusnya. Jenis virus yang sama tidak didapati pada anak-anak lainnya. Hampir semua anak-anak dengan hepatitis akut misterius juga memiliki sebuah varian gen yang mempengaruhi respons imun mereka.
Adeno-associated virus 2, atau AAV2, adalah jenis virus yang biasa menginfeksi hampir setiap orang di awal masa kanak-kanaknya--tapi tidak pernah sebelumnya dipandang sebagai pemicu penyakit. Virus ini bisa mengintegrasikan DNA miliknya ke dalam genom dari sel yang diinfeksinya, dan karenanya bisa ada dalam tubuh sepanjang masa.
Meski begitu, AAV2 agak tidak biasa dalam hal virus ini hanya dapat bereplikasi dalam keberadaan virus-virus lain seperti adenovirus atau virus herpes. "Jadi ini masih belum jelas jika AAV2 adalah penyebab hepatitis misterius atau hanya sebuah indikator infeksi adenovirus," kata Emma Thomson dari University of Glasgow, Inggris. Seperti diketahui, adenovirus yang sementara ini dipandang sebagian kalangan sebagai tersangka terkuat di balik hepatitis misterius pada anak-anak.
Dari temuan terbarunya, Thomson menduga kalau AAV2 atau virus lain dapat memicu kerusakan organ hati via sebuah mekanisme imun tubuh yang belum diketahui dengan sebuah kerentanan genetik. Dia curiga sejumlah kecil kasus ini telah terjadi tanpa disadari selama bertahun-tahun.
Secara spesifik di Skotlandia, basis Thomson, ada jumlah infeksi adenovirus yang lebih rendah daripada biasanya karena pembatasan Covid-19, namun kemudian melonjak tiba-tiba ketika pembatasan-pembatasan dicabut. Ini, menurut Thomson, mungkin menuntun kepada banyak kasus hepatitis yang muncul pada waktu bersamaan. "Kami tidak mengira lockdown akan membuatnya bersemi, kami hanya melihat semuanya sekali," katanya.
Ini kejadian April tahun ini di mana para dokter di Inggris dan Skotlandia melaporkan satu klater kasus anak-anak mengembangkan kerusakan orgn hati yang tidak disebabkan oleh virus hepatitis. "Anak-anak itu awalnya memiliki gejala gastrointestinal, seperti diare, sebelum hepatitis berkembang di pekan-pekan berikutnya," kata Antonia Ho, juga dari University of Glasgow.
Secara global, lebih dari 1.000 kasus hepatitis misterius dilaporkan terjadi pada anak-anak hingga saat ini. Kebanyakan telah sembuh kembali, tapi 22 anak telah meninggal sejauh ini. "Angka sebenarnya bisa jadi lebih besar lagi," kata Ho sambil menambahkan, "Banyak negara tidak menguji virus hepatitis dan karenanya tidak dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang disebabkan olehnya."
Untuk mencoba dan menunjuk penyebab, Ho, Thomson dan kolega mereka mengurutkan seluruh DNA dan RNA virus dalam sampel darah dari sembilan anak dengan hepatitis misterius, 12 anak sehat dari usia yang sama dan 13 anak dengan infeksi adenovirus tapi organ hatinya tak rusak. Material genetik AAV2 ditemukan di seluruh sembilan anak dengan hepattis, tapi tidak ditemukan pada kelompok yang lain.
Untuk empat dari sembilan anak itu, sampel hati tersedia dan AAV2 juga hadir di seluruh keempatnya. Thomson dkk juga menemukan delapan dari sembilan anak dengan hepatitis itu memiliki sebuah varian gen yang disebut HLA-DRB1*04:01 yang bisa berdampak ke respons imun terhadap infeksi. Varian gen ini hanya ditemukan dalam 16 persen orang di Skotlandia pada umumnya.
Tim yang berbeda, dipimpin Judith Breuer dari UCL Great Ormond Street Institute of Child Health di London, melakukan studi yang serupa membandingkan 28 anak dengan hepatitis misterius dengan 136 anak lainnya. Temuannya juga hampir identik, sampel darah milik 27 dari 28 anak dengan hepatitis itu didapatinya mengandung AAV2. Sementara tidak ada sama sekali dalam kelompok anak yang kedua, atau hanya sedikit sekali yang ditemukan.
Tim Breuer juga menemukan material genetik AAV2 dalam lima sampel organ hati, tapi tidak dapat menemukan protein virus atau melihat partikel virusnya langsung dengan sebuah mikroskop elektron. "Membuat kami menduga kalau ada sebuah mekanisme virus yang tidak langsung," kata Breuer.
Thomson berpikir 'sangat tidak biasa' jika virus corona SARS-CoV-2 berperan dalam pengembangan kasus-kasus hepatitis misterius ini. Pasalnya, anak-anak yang terdampak itu tidak ada yang terinfeksi Covid-19 sebelumnya.
Di Inggris, jumlah kasus hepatitis akut misterius pada anak-anak saat ini mulai menurun. "Kerja sama internasional akan dibutuhkan untuk mengerjakan studi-studi konfirmasi atas temuan-temuan dan mencari tahu mekanisme yang terjadi," kata Breuer.
Hingga itu semua dilakukan, Thomson menambahkan, terlalu awal untuk bicara tentang pengobatannya.
NEW SCIENTIST
Baca juga:
Satu Suspek Cacar Monyet di Jawa Tengah Masih Tunggu Hasil Tes Kedua
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.