TEMPO.CO, Jakarta - Satu jenis crustacean raksasa bercangkang yang selama ini hidup dipelihara dalam sebuah akuarium di Jepang ternyata adalah spesies baru. Selama ini sudah dikenal hampir dua lusin spesies isopoda raksasa dalam ordo crustacea, dan yang jenis yang terbaru adalah crustacean besar dengan 14 kaki (isopoda) yang mendiami perairan paling dingin, gelap dan dalam di Samudera Atlantik, Pasifik dan Hindia.
Ketika ditemukan di jebakan umpan di lepas pantai Semenanjung Yucatan Meksiko pada 2017, crustacean kuning itu diduga berasal dari kelompok spesies isopoda Bathonymus giganteus. Isopoda itu kemudian dibeli atau dikoleksi oleh Enoshima Aquarium di Fujisawa, Jepang. Labeling itu menyembunyikan identitasnya yang asli sampai Huang Ming-Chih dari National University of Tainan di Taiwan melakukan genome sequencing dari spesimen yang masih diawetkan untuk kebutuhan proyek sebelumnya tentang genetika isopoda.
Huang terkejut mendapati genome hewan itu terntyata tak sesuai dengan B. giganteus. "Pada awalnya saya kira yang terjadi adalah kontaminasi (genetika), jadi saya ulangi eksperimen sekuensing (DNA) sampai beberapa kali, dan hasilnya tetap sama," kata Huang yang kemudian menyimpulkan kalau ada dua spesies berbeda di hadapannya.
Bathonymus yucatanensis adalah versi lebih besar dari sepupunya, jenis umum crustacean dari daratan lembap atau dikenal sebagai 'pill bug'. Isopoda temuan terbaru ini berukuran panjang 26 sentimeter dari kaki sampai ekor dan lebar badannya 13 sentimeter. Kira-kira seukuran botol minum dua liter, hewan ini hidup di zona bentik yang jarang dijelajahi, 600-800 meter di bawah permukaan laut.
Dalam penelitiannya yang lebih dalam, Huang dan timnya juga menunjukkan sejumlah ciri yang membuat B. yucatanensis unik. Mereka melaporkan hasil temuannya itu di Jurnal Natural History, terbit daring 9 Agustus 2022.
Dibandingkan dengan B. giganteus, misalnya, B. yucatanensis memiliki proporsi tubuh yang lebih kurus dan lebih pendek untuk panjang keseluruhan daripada B. giganteus. Antena yang lebih panjang dan cangkang kuning-susu juga membedakannya dari B. giganteus yang keabu-abuan. Meski memiliki penampakan seram bak hewan prasejarah, B. yucatanensis tidak berbahaya bagi manusia dan memakan bangkai paus dan ikan yang ada di lantai laut.
Karena B. yucatanensis tak disadari keberadaannya begitu lama, Huang menduga banyak isopoda raksasa lain juga telah salah identifikasi. Dia, misalnya, sedang meneliti apakah crustacean serupa dari Laut Cina Selatan adalah juga spesies baru.
NEW SCIENTIST, TANDFONLINE
Baca juga:
Aplikasi WhatsApp Native to Windows Sudah Tersedia, Bisa Gantikan WhatsApp Web
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.