Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi Ini Sebut Air Hujan tak Bisa Diminum Lagi

image-gnews
Ilustrasi hujan (pixabay.com)
Ilustrasi hujan (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Jangan pernah minum air hujan jika Anda tidak ingin menelan terlalu banyak Perfluoroalkyl dan Polyfluoroalkyl Substances (PFAS). Keduanya adalah bahan kimia berbahaya yang me-lindi dari material plastik yang sudah kita ciptakan sejak 120 tahun lalu. 

Peringatan itu diberikan karena Bumi telah secara resmi melampaui zona amannya untuk tingkat pencemaran plastik. "Batas untuk PFAS sudah terlewati," kata hasil studi yang dipublikasi dalam Jurnal Environmental Science and Technology, 2 Agustus 2022. 

PFAS dikenal berbahaya baik bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Sekarang ini, senyawa kimia yang 'abadi' itu sudah ada di seluruh bagian Bumi dan telah tersemai di atmosfer. Yang pasti, mereka sangat lambat membusuk ataupun terurai di lingkungan. 

Itu sebabnya air hujan yang turun di bagian manapun di dunia ini sudah tergolong tidak aman lagi untuk dikonsumsi. Itu jika menuruti standar PFOA--Perfluorooctanoic Acid, salah satu bentuk senyawa PFAS yang paling luas diproduksi dan digunakan--dalam air minum di Amerika Serikat. 

"Banyak orang di negara lain masih berharap aman untuk meminumnya dan memang air hujan banyak menjadi sumber air minum kita," kata Ian Cousins, profesor di Departemen Ilmu Lingkungan, Universitas Stockholm, juga ketua tim penulis hasil studi tersebut. 

Ada ribuan bentuk senyawa PFAS berbeda yang telah diproduksi untuk kegunaan atau untuk industri yang juga berbeda-beda. Studi oleh Cousins dkk membandingkan kadar empat bentuknya yang paling umum (PFOS, PFOA, PFHxS, and PFNA) dalam berbagai sumber: air hujan, tanah dan air permukaan seperti sungai, danau dan laut. 

Hasilnya, mereka menemukan jumlah dari setidaknya dua bentuk PFAS dalam air hujan, yakni PFOA dan PFOS, yang "kerap jauh melampaui" nilai ambang batas aman dalam air minum menurut standar Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika Serikat. "Jumlah bahan kimia itu juga di atas standar yang dibuat badan lingkungan di negara-negara lain," kata Cousins memastikan.

Tergantung kepada jenis PFAS, batas aman maksimum yang ditetapkan EPA berkisar mulai dari 0,004 parts per trillion (ppt) untuk PFOA sampai yang terbesar 2.000 ppt untuk PFBS (bentuk lain dari bahan kimia PFAS yang tidak menjadi fokus dari studi). Dan, ketika tubuh manusia melewati batas amannya, senyawa kimia sintetis itu bisa menimbulkan efek merusak dalam tubuh, berpengaruh ke sistem imun, sistem jantung, kesuburan dan masa kembang anak.

Itu semua hanya sebagian kecil saja dari konsekuensi fisiologis dari minum air hujan. Efek lainnya adalah juga dapat menekan respons ank-anak terhadap vaksin, menyebabkan berkurang efektivitasnya. Bahkan khusus untuk PFOA, menurut EPA, sudah ada bukti indikasi menyebabkan kanker pada manusia. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Studi itu juga menemukan siklus PFAS terus berulang dari laut ke udara melalui aerosol. Aliran udara kemudian membawanya ke dalam atmosfer di mana dia menyemai awan hujan dan kembali lagi ke Bumi dalam bentuk hujan. 

Bersumber dari mikroplastik

Mikroplastik--bagian terkecil yang bisa terturai dari seluruh produk plastik dan sampah industri--adalah satu sumber PFAS tersebut. Mereka kerap berakhir di samudera dan badan perairan lainnya sehingga berdampak bagi kehidupan di habitat liar. 

Mereka menyebar dalam ukuran kurang dari 5 milimeter. Ukuran itu berarti mereka bisa berujung di mana saja, termasuk dalam darah manusia, di mana mereka berkisar antara 700-5000 nanometer atau 0,0007-0,005 milimeter. Sebagai pembanding, tebal rambut manusia sekitar 17.000 nanometer atau 0,017 milimeter. 

"Mencapai ambang batas aman standar Amerika untuk PFAS di lingkungan tidak mungkin tanpa biaya pembersihan besar-besaran dalam setiap instalasi pengolahan air minum karena sumber-sumber terbesar untuk air minum di planet ini pasti memiliki konsentrasi PFAS di atas ambang batas," bunyi hasil studi. 

Jane Muncke, managing director dari Food Packaging Forum Foundation di Zürich, Swiss, menyatakan tetap saja harus ada yang dilakukan betapapun mahal ongkos tersebut. Dia tidak terlibat dalam studi bersama Cousins dan timnya tapi setuju hasil studi itu seharusnya menjadi peringatan. 

Menurut Muncke, sejumlah besar dari biaya untuk mengurangi PFAS dalam air minum hingga ke ambang batas aman yang sesuai dengan pemahaman ilmiah saat ini harus dibayarkan oleh industri yang memproduksi dan menggunakan bahan kimia plastik sintetis tersebut. "Sekarang waktunya menerapkan itu,” kata dia.

POPULAR MECHANICS

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

16 hari lalu

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.


Aturan Pembatasan Impor Bahan Baku Bakal Diterapkan, Apindo Minta Ada Pengecualian

37 hari lalu

Shinta Widjaja Kamdani, CEO Sintesa Group.
Aturan Pembatasan Impor Bahan Baku Bakal Diterapkan, Apindo Minta Ada Pengecualian

Apindo menilai, penerapan aturan itu tak perlu ditunda, namun perlu ada pengecualian pada beberapa bahan baku yang belum dan kurang diproduksi dalam negeri.


Bahaya Mikroplastik Bagi Manusia, Sebabkan Radang Paru-paru hingga Turunkan Kualitas Sperma

41 hari lalu

Persentasi tingka kontaminasi mikroplastik di saluran air keran dan sumur di seluruh dunia. (Orb Media)
Bahaya Mikroplastik Bagi Manusia, Sebabkan Radang Paru-paru hingga Turunkan Kualitas Sperma

Apa saja bahaya dari mikroplastik yang tanpa kita sadari masuk ke dalam tubuh dari lingkungan sekitar?


Waspada 7 Hewan Ini Kerap Menyusup ke Dalam Rumah Saat Musim Hujan, Begini Cara Mencegahnya

57 hari lalu

Geophilus hades, atau lipan dari neraka. Live Science
Waspada 7 Hewan Ini Kerap Menyusup ke Dalam Rumah Saat Musim Hujan, Begini Cara Mencegahnya

Saat musim hujan, rumah bisa dimasuki hewan.


BRUIN Ungkap Hasil Sensus Sampah Plastik 2022-2023

11 Januari 2024

BRUIN Ungkap Hasil Sensus Sampah Plastik 2022-2023

Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) melaksanakan Sensus Sampah Plastik di 64 titik di 28 kabupaten/kota di 13 provinsi di Indonesia.


Mikroplastik di Antartika Dianalisis Gunakan Ilmu Nuklir, Kaji Kotoran Penguin

9 Januari 2024

Sensus Penguin Antartika
Mikroplastik di Antartika Dianalisis Gunakan Ilmu Nuklir, Kaji Kotoran Penguin

Mikroplastik di Antartika dikaji pada kotoran penguin dan air.


3 Hal yang Harus Anda Ketahui tentang Botol Air Minum BPA Free

4 Januari 2024

Ilustrasi air minum dalam botol plastik (Pixabay)
3 Hal yang Harus Anda Ketahui tentang Botol Air Minum BPA Free

Botol air minum BPA free diproduksi tanpa menggunakan bahan kimia bisphenol A.


5 Bahaya Mikroplastik dan Upaya Mengatasinya

2 Januari 2024

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
5 Bahaya Mikroplastik dan Upaya Mengatasinya

limbah mikroplastik menjadi penyumbang kedua total 71.6 ribu ton sampah yang berisiko buruk bagi kehidupan.


Mahasiswa UMM Asal Pakistan Teliti Soal Mikroplastik: Kentang hingga Produk UMKM Terkontaminasi

18 Desember 2023

Penelitian Tentang Kontaminasi Mikroplastik pada Tanaman Pangan (Foto: Istimewa).
Mahasiswa UMM Asal Pakistan Teliti Soal Mikroplastik: Kentang hingga Produk UMKM Terkontaminasi

Mahasiswa UMM Shazma Anwar meneliti kontaminasi mikroplastik pada tanaman pangan. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak makanan yang terkontaminasi mikroplastik, termasuk kentang dan produk UMKM


Kurangi Limbah Kenangan Brands Manfaatkan Limbah Ampas Kopi dan Plastik Jadi Barang Baru

16 Desember 2023

Inneke Lestari, Head of Legal & Corporate Affairs Kenangan Brands, Deden dan Imam dari Arum Gula. Talkshow Kenangan Brands x Arum Gula, Inne Lestari . (dok. Kenangan Brands)
Kurangi Limbah Kenangan Brands Manfaatkan Limbah Ampas Kopi dan Plastik Jadi Barang Baru

Kenangan Brands menerapkan beberapa cara untuk mengelola limbah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi