TEMPO.CO, Yogyakarta - Alat deteksi atau skrining virus Covid-19 berbasis embusan napas, GeNose, mulai dipertanyakan keberadaannya pasca pandemi Covid-19 mereda. Terlebih alat yang pada awal kemunculannya sempat dibanderol dengan harga eceran tertinggi per unit Rp 62 juta itu belakangan tampak jarang digunakan di berbagai layanan publik.
Dari Universitas Gadjah Mada (UGM) sendiri ternyata sudah turut menghentikan produksi GeNose seiring meredanya pandemi. Padahal saat ini ada ribuan alat atau unitnya yang tersebar seperti di Kementerian Perhubungan di mana PT. KAI (Kereta Api Indonesia) yang paling banyak menggunakan.
"Terus alat itu sekarang mau dikemanakan? Itu pertanyaan yang sering muncul," kata Ketua tim pengembang Genose C19, Kuwat Triyana, dalam konferensi pers di Kampus UGM Senin 22 Agustus 2022.
Kuwat menjelaskan, dengan meredanya pandemi, tim sekarang berusaha mengembangkan 'otak' atau bagian artificial intelligence (AI) sistem GeNose agar bisa digunakan sebagai alat diagnostik yang lain. Fungsionalisasi untuk bidang medis lainnya ini sedang berjalan lewat uji profiling terhadap beberapa mesin GeNose C19 yang merupakan mesin cadangan.
Sasarannya adalah menjadi alat diagnostik secara non-invasif untuk empat jenis penyakit: deteksi kanker serviks melalui sampel urin pasien (dengan dana internal UGM), deteksi tuberculosis (TB) melalui sampel napas pasien, deteksi sepsis pada neonates melalui sampel feses pasien, dan deteksi jenis bakteri pada ulkus diabetikum.
Dijelaskan pula oleh Kuwat, pembiayaan uji untuk menjadi alat deteksi di jenis penyakit yang pertama dan keempat memanfaatkan dana internal UGM, sedang yang kedua dijalankan melalui dana hibah Matching Fund. Uji untuk bidikan yang ketiga berusaha didapatkan pendanaannya dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Kelak, software AI dari GeNose C19 akan ditambahkan ke dalam sistem yang ada saat ini sehingga dapat digunakan untuk deteksi keempat penyakit itu selain untuk Covid-19," kata Kuwat.
Siswa merakit alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di SMK-SMTI Yogyakarta, Umbulharjo, Yogyakarta, 19 Mei 2021. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Kuwat menyadari re-fungsionalisasi alat butuh penyesuaian dan modifikasi pada bagian sampling. Begitu juga dengan publikasi baru di jurnal ilmiah internasional. Publikasi menjadi syarat mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan.
Per konferensi pers dilakukan hari ini, Tim GeNose UGM baru mempublikasikan sebagian data riset GeNose C19 sebagai alat skrining Covid-19 di dua jurnal internasional pada tahun ini. Keduanya adalah jurnal Artificial intelligence in Medicine (AIIM) dan Nature portfolio journal (npj) Digital Medicine.
Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
"Dua publikasi tersebut masih merupakan tahap awal dari keseluruhan data yang saat ini dalam proses penyelesaian penulisan manuskrip, yakni terkait dengan data hasil uji klinis multisentris dan uji validasi eksternal yang melibatkan multiinstitusi," kata Kuwat.
Diterimanya publikasi hasil riset GeNose, menurut Kuwat, menunjukkan bahwa konsep sensing infeksi dengan analisis volatile organic compound (VOC) napas berbasis big data dan artificial intelligence (AI) dapat diterima dalam aplikasi klinisnya.
Baca juga:
Nitya, Anak Buruh yang Raih Doktor di IPB di Usia 25
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.