Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Banjir Pakistan Disebut Malapetaka Iklim, Hujan Hariannya Sampai 1.700 mm

image-gnews
Sebuah keluarga berlindung di tempat yang lebih tinggi saat banjir melanda Dera Allah Yar, distrik Jafferabad, Pakistan, 25 Agustus 2022. REUTERS/Amer Hussain
Sebuah keluarga berlindung di tempat yang lebih tinggi saat banjir melanda Dera Allah Yar, distrik Jafferabad, Pakistan, 25 Agustus 2022. REUTERS/Amer Hussain
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Banjir mahadahsyat yang telah menewaskan lebih dari 1.100 orang di Pakistan adalah sebuah malapetaka iklim yang membutuhkan respons internasional yang kuat. "Pakistan kini sedang menderita," kata Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan dalam video pernyataannya, Selasa 30 Agustus 2022.

Menurut Guterres, Pakistan menghadapi hujan monsun yang ekstrem--yang berdampak ke periode hujan dan banjir yang tak kunjung putus sejak Juni lalu. PBB menyerukan pengumpulan dana $160 juta, atau sekitar Rp 2,4 triliun, dari dunia internasional untuk membantu 33 juta warga Pakistan yang terdampak bencana tersebut. 

Sepanjang lebih dari delapan minggu hujan lebat di musim hujan yang ekstrem telah menyebabkan sepertiga wilayah Pakistan terendam banjir, atau yang terparah sejak 2010 lalu. Kerugian yang ditimbulkan ditaksir pemerintahan setempat senilai lebih dari $10 miliar atau Rp 148,5 triliun.

Di beberapa wilayahnya, banjir bandang yang datang sudah diperkirakan sebelumnya oleh Global Flood Awareness System, sebuah skema pemantauan satelit Eropa. Wilayah yang dimaksud adalah Pakistan sebelah selatan yang terbukti mengalami kerusakan paling parah. 

Menteri Iklim Pakistan, Sherry Rehman, mengungkap lewat akun Twitter miliknya kalau satu kota kecil, Adidan, di Pakistan Selatan telah menerima curahan hujan hingga 1.700 milimeter dalam sehari. Sebagai ilustrasi, BMKG mendefinisikan curahan 100-150 mm per hari sebagai hujan yang sangat lebat. 

Pakistan mengumumkan keadaan darurat setelah banjir yang dipicu oleh hujan lebat menewaskan 982 orang di negara itu sejak pertengahan Juni.

Bahkan helikopter-helikopter yang akan melakukan evakuasi disebutnya kesulitan menemukan daratan yang kering di wilayah itu. "Ini benar-benar malapetaka dan bencana kemanusiaan yang sangat besar," kata Rehman dalam kesempatan yang lain.

Pakistan dan agenda konferensi iklim

Kondisi geografis dan kemiskinan memang telah membuat Pakistan termasuk negara paling rentan di dunia terhadap dampak perubahan iklim. Sebelumnya, pada tahun ini pula, Pakistan bersama India juga diterjang gelombang panas yang ekstrem. Suhu udara di Jacobabad, satu di antara kota terpanas di dunia, terukur mencapai rekor 51 derajat Celsius.

Dalam pernyataannya hari ini, Guterres menyatakan geram melihat aksi-aksi pengurangan emisi gas rumah kaca yang selama ini tidak mendapat perhatian serius. Dia mengibaratkan dunia dengan orang yang tidur sambil berjalan menuju kehancuran Bumi karena perubahan iklim. "Mari menghentikan itu semua. Hari ini, Pakistan. Besok, bisa saja di negara Anda," katanya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rehman juga mengatakan kalau sudah waktunya untuk negara-negara pengemisi karbon terbesar, seperti Cina, Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa, untuk mengkaji ulang kebijakan iklimnya. Korban jiwa dan kerugian ekonomi dari banjir Pakistan kemungkinan akan menyediakan dorongan segar di konferensi-konferensi iklim untuk isu 'loss and damage'.

Isu itu didorong negara-negara berpenghasilan lebih rendah. Mereka menyerukan beberapa bentuk reparasi dari negara dengan sejarah emisi yang besar terhadap dampak dari perubahan iklim yang terjadi sekarang. 

Agenda Konferensi iklim COP27 di Mesir pada November nanti. Tapi agenda  belum tentu mulus seperti yang diharapkan. Sejauh ini, negara-negara yang lebih kaya hanya menyepakati sebatas mendiskusikannya secara formal lebih jauh. 

Tingginya korban jiwa dalam banjir Pakistan melahirkan dugaan sistem peringatan dini masih belum bisa menjangkau cukup banyak orang di negara itu."Kenapa banjir sekarang ini mengulangi dampak banjir 2010 lalu yang menewaskan hampir 2.000 orang tewas," kata Liz Stephens dari University of Reading, Inggris.

NEW SCIENTIST, BBC

Baca juga:
Studi Pemodelan Dampak Perang Nuklir India-Pakistan dan Amerika-Rusia


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Waspada 9 Penyakit ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

1 hari lalu

Penting untuk menjaga kesehatan selama musim hujan agar terhindar dari berbagai jenis penyakit. Ini tips menjaga kesehatan di musim hujan. Foto: Canva
Waspada 9 Penyakit ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

Musim hujan membawa risiko peningkatan penyebaran berbagai penyakit berikut ini.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

1 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

2 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Pengendara Mobil Patut Waspada Aquaplaning Saat Musim Hujan, Apa itu?

4 hari lalu

Kendaraan melintasi banjir di Jalan Raya Kelapa Nias, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat 22 Maret 2024. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI menncatat banjir terjadi pada 11 ruas jalan di DKI Jakarta yang disebabkan curah hujan tinggi. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Pengendara Mobil Patut Waspada Aquaplaning Saat Musim Hujan, Apa itu?

Pengendara mobil patut mewaspadai bahaya aquaplaning saat musim hujan, Ini penjelasannya.


Sekjen PBB Kutuk Penembakan di Gedung Konser Moskow

5 hari lalu

Api membubung di atas tempat konser Balai Kota Crocus yang terbakar menyusul penembakan di Krasnogorsk, di luar Moskow, Rusia, 22 Maret 2024. Sekelompok hingga lima pria bersenjata menyerang Balai Kota Crocus di wilayah Moskow, kata layanan darurat Rusia. Setidaknya 40 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka dalam serangan teroris itu, kata badan intelijen Rusia, FSB. EPA-EFE/VASILY PRUDNIKOV
Sekjen PBB Kutuk Penembakan di Gedung Konser Moskow

Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk penembakan di gedung konser Moskow yang menewaskan sedikitnya 80 orang dan melukai lebih dari 145 lainnya


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

9 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.


13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

9 hari lalu

Australia dalam sepekan harus menyiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona di resor ski. Foto: @thredboresort
13 Persen Resort Ski Dunia Diprediksi Gundul dari Salju Pada 2100

Studi hujan salju di masa depan mengungkap ladang ski dipaksa naik ke dataran lebih tinggi dan terpencil. Ekosistem pegunungan semakin terancam.


Kemarau Mundur, Kapan Musim Hujan di Indonesia Selesai?

9 hari lalu

Umat muslim menggunakan perahu untuk berangkat melaksanakan salat Tarawih di Masjid Riyadhul Abidin, Ulu Gedong, Jambi, Jumat, 15 Maret 2024. Banjir yang telah merendam kawasan itu sejak tiga bulan terakhir dan melumpuhkan akses jalan darat tidak menyurutkan umat muslim setempat untuk melaksanakan ibadah salat Tarawih berjamaah di masjid. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Kemarau Mundur, Kapan Musim Hujan di Indonesia Selesai?

Musim hujan di Indonesia masih akan terus berlangsung selama Maret 2024


Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

10 hari lalu

Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis 15 Februari 2024. Pembangunan PLTS tersebut untuk fase pertama sebesar 10 megawatt (MW) dari total kapasitas 50 MW yang akan menyuplai energi terbarukan untuk IKN dan akan beroperasi pada 29 Pebruari 2024. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Studi Terbaru: IKN Nusantara dan Wilayah Lain di Kalimantan Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Kajian peneliti BRIN menunjukkan potensi kekeringan esktrem di IKN Nusantara dan wilayah lainnya di Kalimantan pada 2033-2050. Dipicu perubahan iklim.


Sekjen PBB Kecam Rencana Rusia Gelar Pilpres di Wilayah Aneksasi Ukraina

12 hari lalu

Seorang wanita berjalan melewati papan informasi tentang kandidat di tempat pemungutan suara selama pemilihan presiden Rusia di Vidnoye, Wilayah Moskow, Rusia 15 Maret 2024. REUTERS/Maxim Shemetov
Sekjen PBB Kecam Rencana Rusia Gelar Pilpres di Wilayah Aneksasi Ukraina

Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk upaya Rusia untuk menyelenggarakan pemilihan presiden di wilayah pendudukan Ukraina