Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Asteroid Nyaris Tabrak Bumi

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Massachusetts:Langit Asia, Australia, dan kepulauan di Pasifik kedatangan tamu dadakan kemarin pagi. Sebuah asteroid seukuran gedung 10 lantai melintas 72 ribu kilometer di atas kepala atau dua kali ketinggian orbit satelit-satelit komunikasi geostasioner--sebuah jarak yang dalam hitungan astronomis boleh dibilang nyaris menghantam Bumi.
Asteroid berdiameter sekitar 35 meter itu sedikit lebih besar daripada yang menciptakan ledakan kolosal di langit Siberia pada 1908. Saat itu ledakan diduga bertanggung jawab atas hangusnya area hutan seluas 2.000 kilometer persegi di bawahnya.
Kemarin, asteroid 2009 DD45 terukur melesat sekitar 20 kilometer per detik di antara Bumi dan Bulan. Posisinya bahkan lebih dekat ke Bumi, yakni seperlima jarak keduanya. "Setiap beberapa bulan sekali, kita sebenarnya punya beberapa obyek lainnya yang melintas sedekat ini, bahkan lebih dekat lagi," ujar Timothy Spahr, Direktur Pusat Planet Minor Uni Astronomi Internasional di Massachusetts.
Tapi Spahr menambahkan, kalaupun harus dicatat, semua itu berdasarkan yang berhasil diketahui. "Banyak yang melintas tanpa terdeteksi, seperti yang hampir saja dilakukan asteroid 2009 DD45," ujarnya.
Para astronom memang tidak memperhatikan kedatangan asteroid yang satu ini hingga 28 Februari lalu, yakni ketika ia muncul berupa titik pudar dalam sebuah citra yang direkam tim Siding Spring Survey, sebuah program penelitian obyek-obyek dekat Bumi yang berbasis di Australia. Saat itu asteroid sudah mencapai jarak 2,4 juta kilometer dari Bumi dan terus mendekat dengan cepat.
Setelah mendapatkan rentang diameter lewat tingkat kecerahannya, para astronom berharap masih bisa mendapatkan perkiraan yang lebih pasti lewat observasi menggunakan gelombang inframerah. Termasuk yang ingin diteliti adalah seberapa baik asteroid itu dalam merefleksikan cahaya.
Orbitnya juga bakal dimodelkan dalam beberapa hari ke depan demi bisa mendeteksi dengan lebih baik ancaman yang mungkin diberikannya lewat tumbukan dengan Bumi 100 tahun ke depan atau lebih. Sejauh ini, pengukuran yang dilakukan observatorium penemu di Australia, yang dibantu observatorium lain dan pengamatan oleh para astronom amatiran, mengungkapkan 2009 DD45 butuh 1,56 tahun untuk sekali 'merengkuh' matahari.
Itu berarti sang asteroid masih mungkin mengayun mendekat kembali ke Bumi suatu saat nanti. Hanya, Spahr mengatakan, "Sejauh yang kami tahu saat ini, tidak ada yang berbahaya yang akan terjadi." Kemarin, misalnya, diketahui pula asteroid itu melintasi konstelasi Virgo setelah ia melewati jaraknya yang terdekat dengan Bumi.
Meski begitu, jaraknya dengan Bumi yang bisa sedekat 0,00048 Unit Astronomi (atau 0,00048 jarak Bumi ke Matahari) membuat antisipasi penting dirumuskan. Asal tahu saja, para astronom selama ini sepakat menetapkan radius 0,05 Unit Astronomi sebagai jarak berbahaya. Sebanyak lebih dari 1.000 dari 6.100 obyek langit yang selama ini diketahui wira-wiri dalam tata surya melintasi Bumi dalam radius tersebut.
Asteroid yang pernah terobservasi paling dekat melintasi Bumi adalah 2004 FU162. Batu berdiameter 5-10 meter itu melayang cepat 6.500 kilometer di atas kepala. Sedangkan pada Oktober 2008, serpihan batu antariksa berukuran kurang dari lima meter ditemukan di Sudan.
Terkait dengan potensi ancaman dari luar langit Bumi ini, NASA sebenarnya memiliki program untuk menemukan setidaknya 90 persen obyek dekat Bumi yang berdiameter satu kilometer atau lebih. Namun, beberapa kalangan mendesak badan antariksa itu untuk juga memperhitungkan obyek yang lebih kecil, yang berukuran hingga 140 meter.
Obyek seukuran mobil pun bisa menghujani atmosfer Bumi sampai beberapa kali dalam setahun. Kebanyakan terbakar di atmosfer atau kalaupun bisa menembusnya, mendarat di laut (syukurlah dua per tiga wilayah Bumi terdiri atas air).
Sedangkan untuk asteroid-asteroid sekaliber yang pernah jatuh di Tunguska, Siberia, pada 1908, para astronom berspekulasi bisa datang sekali setiap dua abad. Serpihannya yang mampu menembus atmosfer Bumi untuk skala waktu sekarang mungkin bisa menghancurkan sebuah kota.
WURAGIL | SPACE | NEWSCIENTIST
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

16 hari lalu

Petugas Kantor Kemenag Kota Sabang melakukan pemantauan hilal di Tugu Kilometer Nol Indonesia, Kota Sabang, Aceh, Minggu, 10 Maret 2024. Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024 ANTARA/Khalis Surry
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024

Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.


Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

22 hari lalu

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles
Tak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan

Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.


Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

22 hari lalu

Pemandangan lintasan meteor di langit malam selama hujan meteor tahunan Perseid di Taman Nasional Shebenik, di Fushe Stude, Albania, 13 Agustus 2023. REUTERS/Florion Goga
Fenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan

Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.


Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

23 hari lalu

Gambaran orbit elips komet 12P/Pons-Brooks yang akan melontarkan 'komet setan' itu mengelilingi matahari pada 2024. Foto: SpaceReference.org
Kemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?

Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.


Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

2 Februari 2024

Pegawai BMKG menunjukkan bagan prediksi cuaca di Kantor BMKG Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. (ANTARA/Katriana)
Pilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG

Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.


Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

6 Januari 2024

Fase awal gerhana bulan sebagian (U1) di Bekasi, Jawa Barat, Minggu, 29 Oktober 2023 dinihari. Fase U1 ini terjadi saat sebagian piringan bulan masuk ke umbra Bumi. ANTARA. FOTO/Paramayuda
Fenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia

Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.


Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

5 Desember 2023

Hujan meteor Geminid. (nasa.gov)
Fenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal

Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.


Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

4 Oktober 2023

Gerhana Bulan terlihat di Bangkok, Thailand, 8 November 2022. REUTERS/Athit Perawongmetha
Fenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor

Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.


Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

6 September 2023

Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023. Dok. Puspresnas
Jakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta

DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.


Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

4 September 2023

Dzaky Radiansyah bersama medali perak yang diraihnya di International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOOA) ke-16 2023. Foto: Pribadi
Dzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya

Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.