TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat di Sulawesi mewaspadai curah hujan tinggi sepuluh hari pertama September ini. Hujan di banyak lokasi di pulau ini diperkirakan akan terukur di atas 150 sampai 200 mm per hari atau tergolong ekstrem.
"Kita lihat di Provinsi Gorontalo kemudian di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Selatan agak ke utara, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara itu potensi hujan dengan intensitas cukup tinggi masih terbuka," kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam Disaster Briefing di Jakarta, Senin 5 September 2022.
BNPB mengharapkan masyarakat dan pemerintah daerah setempat meningkatkan kesiapsiagaan, melihat fenomena alam, dan berani menyiapkan evakuasi. Peringatan serupa pernah dikeluarkan BNPB pada pekan lalu untuk wilayah Bengkulu dan Lampung.
"Ini kita harus sampaikan rekan-rekan di daerah masyarakat harus segera setidaknya menyiapkan diri," katanya.
Di Banggai, Sulawesi Tengah, BPBD setempat mendata sedikitnya 18 rumah terdampak banjir luapan sungai di Desa Huhak, Kecamatan Bunta, sehari sebelumnya. Dari 18 rumah itu, satu di antaranya sampai hanyut terseret arus.
"Banjir membawa material lumpur dan potongan kayu," kata Kepala BPBD Banggai Mujiono yang dihubungi dari Palu, Senin.
Ia menjelaskan, material kayu menyumbat jembatan di Sungai Huhak sehingga air leluasa mengalir hingga ke pemukiman warga. Bahkan aspal jalan di desa tersebut terkelupas karena air mengalir cukup deras
Kondisi Desa Pohi, Kecamatan Luwuk Timur, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, saat dilanda banjir pada Selasa 30 Agustus 2022. ANTARA/ Stepensopyan Pontoh
Dari peristiwa banjir tersebut tidak ada korban jiwa, hanya sejumlah warga terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam lumpur.
Mujiono menduga material kayu yang hanyut hingga ke perkampungan berasal dari aktivitas usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam di hulu sungai. Ia menambahkan, di bagian hulu juga terdapat area penggunaan lain (APL) yang dibuka masyarakat setempat.
"Kami telah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan Sulawesi Tengah melakukan peninjauan di bagian hulu, kemungkinan peristiwa banjir ini ada hubungannya dengan aktivitas tersebut," tutur Mujiono.
Baca juga:
Sungai Kapuas, Perkebunan Sawit dan Banjr yang tak Wajar di Kapuas Hulu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.