TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah klaim yang disiarkan di televisi nasional Rusia pada akhir Juli lalu menyebutkan militer Rusia bisa menyusup ke Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 atau HIMARS buatan Amerika dan mampu secara tepat memetakan lokasi peluncur-peluncurnya. Sebuah klaim yang sempat membuat terhenyak Amerika yang telah menyuplai sistem roket itu ke Ukraina. Namun, sekitar sebulan berlalu, tidak ada bukti satupun unit HIMARS yang telah menjadi korban agresi Rusia.
Seperti diungkap pertama kali oleh Newsweek, klaim itu dibuat Alexei Leonov, editor majalah militer Rusia, Arsenal Otechestva. Leonov yang saat itu diundang dalam sebuah acara televisi adalah, menurut Newsweek, didesain oleh Kementerian Luar Negeri Rusia sebagai Kremlin propagandist.
"Sistem roket milik Amerika sudah berhasi diretas," kata Leonov mengumumkan, "dan pengembangan rahasia kami ini akan dikerahkan di segala arah." Dia menyebutnya sebagai sebuah sistem yang baik. "Saya belum dapat memberi tahukan namanya, tapi ini bisa berfungsi pada jarak yang sangat jauh, secara instan memberikan lokasi pasti situs peluncuran."
Ukraina saat ini memang mengoperasikan 16 sistem roket HIMARS, donasi dari Amerika Serikat. Setiap unitnya terdiri dari truk taktikal ukuran medium yang mampu mengangkut sampai enam roket diameter 227 milimeter berpenuntun GPS dan meluncurkan mereka dengan jangkauan lebih dari 70 kilometer. Setiap hulu roket memiliki daya ledak tinggi, seberat 200 pound dan berteknologi GPS, memastikan setiap roket bisa mengenai sasaran dalam radius 5 meter.
Amerika Serikat mengirim empat HIMARS pertama ke Ukraina pada awal Juni, dan per akhir Juli, pasukan Ukraina mengklaim telah menyerang lebih dari 100 target militer Rusia berprofil tinggi. Roket HIMARS disebut terbukti sangat efektif dengan memorakpoandaka pos-pos komando, gudang senjata, dan sistem pertahanan udara Rusia.
Amerika dilaporkan puas dengan kinerja Ukraina dengan roket-roket HIMARS itu, dan terus meningkatkan jumlah peluncur roket yang dikirim. Sementara Kyiv terus menyerang target yang berada di belakang garis pertahanan Rusia.
Kendaraan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) mampu dipindahkan melalui jalur udara dengan menggunakan pesawat angkut militer C-130. www.118aw.ang.af.mil/Angkatan Udara Amerika Serikat
Kembali kepada klaim yang dilontarkan Leonov bahwa militer Rusia berhasil meretas dan bisa langsung mengetahui lokasi HIMARS, ada dua kemungkinan penjelasannya. Pertama adalah menggunakan radar serangan balik. Radar ini mencari roket artiliteri dan bom musuh di udara dan begitu berhasil mendeteksinya, dia dapat ekstrapolasi lokasi peluncurannya. Data kemudian diteruskan ke sistem artilerinya yang berperan membombardir lokasi tersebut.
Radar-radar Rusia seperti Zoopark-1 dinilai dapat mendeteksi enam roket HIMARS yang menyerbu wilayah pertahanannya. Meski begitu sasis truk yang dimiliki sistem roket itu, juga teknologi GPS serta jaringan jalan yang sangat baik di Ukraina sejatinya membuat truk HIMARS menerapkan strategi 'tembak dan lari'.
Kedua adalah peretasan ke dalam sistem komunikasi HIMARS atau sistem komputer truknya. Peluang ini dinilai kecil arena sistem komunikasi SINCGARS VHF buatan Amerika yang digunakan di Ukraina sulit dideteksi, dan pasukan Rusia tidak dapat secara instan menunjuk lokasi dari satu penggunanya. Sedangkan navigasi dan komputer-komputer cenderung hanya menerima data, dan memancarkan sinyal frekuensi radio yang tidak dapat dideteksi.
Pemerintahan AS berjanji akan mengirim Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142, juga dikenal sebagai HIMARS, ke Ukraina yang dilanda perang.
Bagi Amerika, bukan kali pertama ini Alexei Leonov membuat klaim yang dianggap bombastis. Pada 2021, Leonov tercatat menyatakan tanpa bukti kalau kemampuan jet tempur Rusia Su-57 telah jauh meninggalkan rivalnya dari Amerika, the F-22 and F-35, di belakang. Leonov juga memprediksi sistem pertahanan udara Rusia yang akan datang, S-500, akan mengatasi ancaman yang akan dihadirkan bomber siluman B-21.
Pada awal Agustus lalu, Leonov mengumumkan kalau Amerika Serikat telah mulai mengurangi dukungannya untuk Ukraina. Faktanya, pada hari yang sama, Washington mengumumkan paket baru bantuan militer senilai 1 miliar dolar. Paket bantuan militer tambahan senilai 775 juta dolar diumumkan kemudian pada 19 Agustus lalu.
POPULAR MECHANICS
Baca juga:
Perang Rusia - Ukraina: Cerita dari Fron Bernama Pulau Ular
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.