“Sejak tambahan video itu kami telah merekam sembilan individu badak, termasuk induk dan anak, sehingga sangat membantu penelitian satwa yang sedang dalam bahaya ini, “ kata Adhi Rachmat Hariyadi, Project Leader program konservasi badak WWF-Indonesia di Ujung Kulon, kemarin.
Badak Jawa adalah satwa yang dikenal bersifat pemalu dan soliter sehingga teknologi video jebak diharapkan dapat membantu mengenal lebih jauh satwa yang beratnya bisa mencapai 2 ton. Dalam klip video yang didapatkan baru-baru ini terlihat seekor badak jantan berbagi wilayah dengan badak betina dan anaknya pada satu lokasi kubangan. Suatu kondisi yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Sementara dalam rekaman video lainnya terlihat seekor badak mengambil alih kubangan lumpur babi hutan lalu mengejarnya. Ini merupakan video pertama yang merekam perilaku agresif badak terhadap satwa lain. “Hasil rekaman video ini merupakan alat yang penting dan menjadi menjadi bukti ilmiah dalam upaya menyelamatkan spesies badak Jawa dari kepunahan,” ujar Agus Priambudi, M.Sc, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Dia berharap dengan mengenal lebih jauh, tumbuh rasa bangga masyarakat dan pemerintah.
Dari dua populasi badak Jawa yang tersisa di dunia, populasi badak Jawa di Ujung Kulon, memiliki peluang bertahan hidup lebih baik. Terbukti populasi tersebut menunjukkan perkembangbiakan. Meskipun demikian, populasi yang sehat harus memiliki catatan kelahiran beberapa individu baru setiap tahunnya. Adhi khawatir karena sangat sedikit tanda-tanda adanya anak badak yang baru lahir beberapa tahun ke belakang. “Populasi badak Jawa di Ujung Kulon mungkin bergantung pada dua atau tiga betina saja,” kata Adhi.
UNTUNG WIDYANTO