TEMPO.CO, Bandung - Sebanyak tiga siklon tropis yang terbentuk di belahan Bumi utara, yakni Muifa, Nanmadol dan Merbok, ikut mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia belakangan ini. Akibatnya hujan sporadis dan angin kencang melanda sejumlah wilayah di Indonesia meski minim awan.
Erma Yulihastin, peneliti klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkapnya lewat keterangan tertulis, Kamis 15 September 2022. Dia menjelaskan, wilayah Indonesia yang mengalami banyak hujan adalah bagian barat. Ini seperti sebagian Sumatera, Bangka Belitung, Selat Malaka, dan sebagian Kalimantan.
Sementara wilayah yang dilanda angin kencang menyebar di berbagai wilayah, seperti perairan selatan Jawa, Laut Jawa di utara Jawa Timur, dan bagian tenggara Indonesia yang membentang dari Bali hingga Pulau Timor. “Selain itu hujan diurnal yang turun pada sore hingga malam juga masih terbentuk di wilayah Jawa bagian barat karena penguatan aktivitas angin darat-laut,” kata Erma.
Nantinya, dia menambahkan, kondisinya semakin patut diwaspadai saat ketiga siklon tropis tersebut memasuki tahap peluruhan. Saat itu, menurut Erma, berpotensi menimbulkan peningkatan aktivitas awan dan hujan di wilayah Indonesia. Memasuki Oktober, potensi intensifikasi hujan disebutnya akan tambah meningkat karena suplai awan-awan konvektif yang terbentuk secara massif di Samudera Hindia, efek fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang memiliki intensitas terkuat.
Warga melintasi genangan banjir di Desa Haliau, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Jumat 9 September 2022. Banjir menggenangi sejumlah ruas jalan dan permukiman penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Tengah akibat tingginya curah hujan sehingga membuat sungai di daerah itu meluap. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Erma juga menyebutkan potensi cuaca buruk lain dari prakondisi vorteks Borneo. Pusaran angin yang terbentuk di Laut Cina Selatan dekat Kalimantan itu bisa mengumpulkan massa udara lembap, meningkatkan aktivitas awan dan hujan, juga angin kencang yang dapat terjadi pada radius skala dari puluhan hingga seratus kilometer. “Pembentukan vorteks Borneo dapat terbentuk sekitar satu hingga dua pekan mendatang,” ujarnya.
Efek pembentukan vorteks itu berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem berupa hujan deras yang terjadi secara singkat dan angin kencang di sejumlah daerah seperti sebagian Kalimantan, Sumatera, dan Jawa bagian barat.
Kondisi itu, menurut Erma, juga berdampak pada fluktuasi angin permukaan harian yang menguat dan melemah secara tiba-tiba di sejumlah tempat dalam hitungan skala tiap jam. Prakondisi vorteks Borneo juga membuat maraknya pembentukan konveksi di laut Jawa sehingga hujan di atas laut ini terjadi secara intensif pada tengah malam hingga pagi.
Baca juga:
Kabar Buruk, Studi Ini Sebut Air Hujan tak Bisa Diminum Lagi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.