TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Padjadjaran (Unpad) mendukung dan menyambut baik adanya perubahan aturan masuk perguruan tinggi negeri yang diumumkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Anwar Makarim.
Salah satu perubahan itu adalah menhapus materi akademik dan menggantinya dengan sepenuhnya tes potensi skolastik. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad Arief S. Kartasasmita mengungkapkan ada tiga alasan Unpad mendukung perubahan tersebut.
"Pertama, Unpad sudah lama menerapkan tes potensi skolastik untuk seleksi penerimaan mahasiswa baru lewat jalur mandiri," ujarnya pada Kamis malam, 15 September 2022.
Tes potensi skolastik merupakan tes penerimaan mahasiswa baru untuk mengukur kemampuan kognitif yang mencakup penalaran umum dan kemampuan pemahaman. Menurut Arief, berdasarkan penilaian, mahasiswa yang masuk Unpad melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) maupun jalur mandiri memiliki kualitas yang seimbang.
Artinya, tes skolastik, kata dia, memang cukup andal untuk digunakan menyeleksi mahasiswa baru. Arief mengatakan tes potensi skolastik lebih efektif menyeleksi berdasarkan potensi calon mahasiswa baru yang sebenarnya. Sebab, seleksi tidak terbatas hanya pada mata pelajaran tertentu.
Dengan adanya perubahan aturan ini, Arief juga mengatakan seleksi masuk perguruan tinggi bisa lebih inklusif dan adil. “Misalnya, ada anak-anak yang sesungguhnya cerdas, tetapi karena ada masalah akses ke sekolah yang bagus atau tidak dapat mengikuti bimbingan belajar intensif, nilai akademik yang didapat tampak rendah, sehingga tidak dapat bersaing dengan anak-anak yang memiliki banyak akses untuk mendapatkan nilai akademik tinggi,” paparnya.
Alasan kedua, lanjut Arief, Unpad menyadari bahwa ada potensi masalah saat adaptasi mahasiswa baru di tingkat awal perkuliahan. Hal ini terjadi karena mahasiswa harus mempelajari hal-hal yang semasa sekolah mungkin tidak menjadi perhatian utama mereka. Mengatasi problematika ini, Unpad sudah siap dengan menerapkan sistem belajar hybrid dan kesempatan untuk belajar dalam skema Kampus Merdeka.
Pada sistem ini, mahasiswa memiliki akses penuh untuk mempelajari apapun yang dirasa perlu di luar kelas. Dalam skema Kampus Merdeka, mahasiswa dapat mengambil mata kuliah apa pun yang mereka perlukan untuk memperdalam bidang yang studi yang telah dipilih.
Alasan terakhir, Arief berpendapat bahwa saat ini pengkotakan seleksi berdasarkan mata pelajaran tertentu di bidang sains atau sosiohumaniora sudah tidak relevan. Dengan sistem yang baru, Arief mengatakan, semua calon mahasiswa memiliki kesempatan sama untuk masuk ke bidang studi apapun, dengan talenta yang terseleksi lebih mendasar.
Arief berharap Unpad ke depan akan memiliki mahasiswa yang benar-benar memiliki talenta dan kecerdasan, bukan hanya andal pada mata pelajaran tertentu. “Dulu, mahasiswa Kedokteran mungkin hanya andal dalam mata pelajaran Biologi atau Matematika, tetapi sangat lemah di bidang sosial budaya atau komunikasi. Dengan sistem sekarang, mahasiswa akan terjaring berdasarkan potensi dasar di semua aspek kehidupan,” kata Arief.
Pada prinsipnya, Arief mengatakan perubahan ini tentu menjadi tantangan bagi Unpad untuk melakukan penyesuaian. Namun, berdasarkan pengalaman yang telah diperoleh saat melaksanakan ujian mandiri, Unpad menyambut baik perubahan kebijakan tersebut.
ANWAR SISWADI
Baca juga:Nadiem Ubah Aturan Masuk PTN 2023, ITB Pertahankan Jalur Peminatan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.