TEMPO.CO, Jakarta - Tim Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) memeriksa kesiapan Desa Pangandaran dari bahaya tsunami. Verifikasi itu terkait permohonan Desa Pangandaran ke UNESCO-IOC untuk menjadi Masyarakat Siaga Tsunami berkelas internasional bersama enam komunitas desa lainnya di Indonesia.
Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, verifikasi UNESCO-IOC itu dilakukan oleh Ardito M. Kodijat dan Maria Usman pada 17-18 September 2022 di Desa Pangandaran, Jawa Barat. Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata dan wakilnya, Ujang Endin Indrawan, ikut menyambut kedatangan tim pemeriksa.
Tim verifikasi melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau Papan Informasi Tsunami dan Rambu Tsunami, tempat dan jalur evakuasi. “Serta diskusi lapangan dengan komunitas di Desa Pangandaran,” kata Rahayu, Selasa, 20 September 2022.
Dia mengungkapkan beberapa keuntungan dari pengakuan Masyarakat Siaga Tsunami oleh UNESCO-IOC. Selain menjadi contoh di dunia, dampaknya juga pada ekonomi, sosial, dan politik, serta masuk dalam peta Global Tsunami Ready.
Namun begitu, ada beberapa tanggung jawab yang perlu ditingkatkan masyarakat, yaitu menjaga tingkat kesiapsiagaan tsunami, keberlanjutan sistem dan prosedur yang ditetapkan. Selain itu memelihara dan mengelola setiap indikator Tsunami Ready, serta menyusun rencana dan kegiatan tahunan terkait kesiapan menghadapi bahaya tsunami.
Berdasarkan pendampingan dan inventarisir kelengkapan dokumen sejak 2021, kata Rahayu, Desa Pangandaran telah memenuhi 12 indikator Tsunami Ready. Pengakuan Masyarakat Siaga Tsunami dari National Tsunami Ready Board Indonesia telah diraih pada 13 Januari 2022.
BMKG pada 2022 telah mengusulkan tujuh komunitas untuk mendapatkan pengakuan Tsunami Ready Community dari UNESCO-IOC. Selain Desa Pangandaran, ada Tanjung Benoa di Bali, Panggarangan di Lebak Provinsi Banten, kemudian Glagah di Kulon Progo, Kemadang di Gunung Kidul, Tambakrejo di Malang, dan Kuta di Mandalika. Pengajuan bersama tujuh desa itu ke UNESCO-IOC pada 21 April lalu.
Baca:
Gelombang Diprediksi 3 Meter, Ancaman Tsunami Berlalu Setelah Gempa Meksiko