Sol kulit yang mereka temukan itu bisa dibilang relatif utuh, tanda kulit terawetkan dengan baik. Ketika ditemukan, sol itu terbenam dalam lumpur. Para ilmuwan memperkirakan sol itu berasal dari abad ke-13 sampai ke-18.
Penemuan sol kulit itu dilaporkan oleh Michel Bardet dan timnya di French Atomic Energy Commission dalam jurnal Analytical Chemistry milik American Chemical Society. "Sol ini dapat memperbaiki pengetahuan tentang pengawetan kulit dan membantu para ilmuwan memperbaiki artefak kulit lainnya," kata Bardet.
Bardet menjelaskan bahwa kulit terdiri atas kolagen, sejenis protein kuat yang juga bisa ditemukan pada tulang manusia. Kolagen dapat tetap utuh selama ribuan tahun jika berada dalam kondisi ideal, seperti lingkungan yang minim oksigen di dalam lumpur.
Pengujian yang dilakukan terhadap sol itu menunjukkan tannin, yang membantu mengawetkan kulit, telah tersingkir dan digantikan oleh besi oksida, yang merembes dari kulit ke tanah di sekitarnya. Hal ini membantu proses pengawetan kulit dalam kondisi tidak adanya tannin.
Bardet menyatakan hal serupa juga ditemukan pada artefak kayu kuno. "Satu hal yang menarik bagi kami, baik kayu maupun kulit adalah materi waterlogged, materi organiknya penuh air," katanya. "Biasanya, ketika kami menemukan artefak kayu yang ditemukan dalam kondisi serupa, kondisi kayu pasti amat buruk. Sebagian besar selulosanya hancur. Dalam kasus kulit, materialnya lebih awet."
TJANDRA | LIVESCIENCE