TEMPO.CO, Jakarta - Meta melaporkan adanya kelompok yang membuat lebih dari 60 situs web yang meniru organisasi berita Eropa, diperkuat oleh jaringan akun media sosial yang juga palsu. Operasi canggih disebutnya berasal dari Rusia, dan akun media sosial yang dimaksud tersebar di Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, Telegram, dan bahkan LiveJournal.
Dalam laporan terbarunya itu Meta menjelaskan telah menghapus perilaku tidak autentik yang terkoordinasi secara luas tersebut. Dalam upaya mendapatkan kredibilitas atau terkesan asli, perusahaan induk Facebook dan Instagram itu memaparkan,beberapa situs tersebut meniru nama media berita terkenal di Eropa seperti Der Spiegel, The Guardian, dan Bild.
Akun media sosialnya membagikan artikel palsu dari outlet-outlet berita itu. Sebagian besar isi berita mengkritik pengungsi Ukraina atau berdebat tentang sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia atas kebijakan invasinya. Konten dalam artikel palsu diproduksi dalam Bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Rusia, dan Ukraina, juga ada bahasa lain.
“Ini adalah operasi terbesar dan paling kompleks asal Rusia yang telah kami ganggu sejak awal perang di Ukraina,” tulis pemimpin intelijen ancaman global Meta, Ben Nimmo, dan insinyur keamanan Mike Torrey dalam laporan tersebut.
Mereka melukiskan operasi merupakan kombinasi kecanggihan dan kekuatan yang tidak biasa. Alasannya, situs web palsu dan penggunaan banyak bahasa menuntut investasi teknis dan linguistik. "Amplifikasi di media sosial, di sisi lain, terutama mengandalkan iklan kasar dan akun palsu.”
Meta juga menjelaskan bahwa jaringan akun palsu ini membangun merek mini di internet dengan menggunakan nama yang sama di berbagai platform, dan secara kolektif. Halaman yang digunakan dalam jaringan akun palsu menghabiskan sekitar $105 ribu untuk mempromosikan artikel dan meme melalui iklan Facebook dan Instagram.
"Pada beberapa kesempatan, halaman Facebook Kedutaan Besar Rusia di Eropa dan Asia bahkan memperkuat konten dari kampanye tersebut," bunyi laporan Meta.
Selain itu, Meta melaporkan pula kampanye menggunakan meme asli yang dibuat untuk mempromosikan narasi pro-Rusia dan anti-Ukraina. Kampanye bahkan menyertakan petisi yang diluncurkan di Change.org dan Avaaz. Meta memberi sebuah contoh petisi yang menuntut agar pemerintah Jerman mengakhiri kemurahan hati yang tidak dapat diterima terhadap pengungsi Ukraina.
Sementara beberapa aspek kampanye secara teknis tergolong canggih, Meta mengatakan bahwa konstruksi berulang dan pola posting akun palsu itu telah banyak yang dihapus oleh sistem otomatis--sebelum penyelidikan mendalam dimulai.
Meskipun Meta tidak mengaitkan kampanye secara langsung dengan pemerintah Rusia, namun Kremlin selama ini dikenal mahir menggunakan operasi pengaruh digital sebagai cara untuk memproyeksikan kekuatan global. Bahkan sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pejabat Ukraina sudah ada yang kampanye disinformasi Rusia yang dilakukan di negara itu melalui media sosial.
Rusia juga menggunakan taktik serupa untuk mempengaruhi diskusi topik penting global lainnya. Misalnya, ketika vaksin virus corona mulai diluncurkan pada awal 2021.
THE VERGE
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.