Panel Antarpemerintah PBB untuk Perubahan Iklim (IPCC) menyimpulkan awal 2007 lalu kalau laju perubahan iklim itu, jika tidak diredam, akan memicu banjir, kekeringan, penyakit dan cuaca ekstrem di akhir abad nanti. Namun, hasil riset yang lebih baru menduga kalau dampak-dampak lingkungan akibat pemanasan global itu bisa lebih parah dan akan datang lebih awal lagi.
Yang lebih mengerikan, setiap dampak itu boleh jadi tak akan bisa lagi kembali ke dalam kondisi semula. Melelehnya tutupan es di Arktik dan pelepasan triliunan ton gas rumah kaca yang selama ini terperangkap dalam permafrost adalah dua kandidat skenario yang amat buruk itu.
Konferensi para ilmuwan iklim ini sendiri bakal digelar tiga hari. Disana mereka akan mencoba merumuskan konsensus ilmiah terbaru bahwa muka laut akan naik setidaknya satu meter pada 2100. Angka ini dua kali lebih tinggi daripada estimasi IPCC dua tahun lalu—estimasi belum memperhitungkan melelehnya es di Greenland.
“Para pembuat kebijakan yang akan bertemu di Kopenhagen Desember nanti harus menyadari ini dari apa yang biasa mereka pikirkan tentang perubahan iklim,,” ujar William Howard, peneliti dari University of Tasmania di Hobart, Australia.
Sebanyak lebih dari 2000 ilmuwan dan peneliti dari 80 negara merespons undangan terbuka dari konferensi ini. Ketua panel PBB, Rajendra Pachauri – yang berbagi Nobel Perdamaian 2007 bersama bekas Wakil Persiden Amerika Serikat, Al Gore –membuka konferensi bersama dengan Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, dan ekonom iklim terkemuka Lord Nicholas Stern.
“Respons luar biasa dari para ilmuwan ini berasal dari sense urgency dan rasa frustasi mereka,” kata Katherine Richardson, ketua Komisi Pemerintahan Denmark tentang Kebijakan Perubahan Iklim.
“Kebanyakan dari kami telah terlatih sebagai ilmuwan yang tidak ingin mengotori tangannya bicara dengan para politikus—lempar data di atas meja lalu menghindar sesegera mungkin,” kata Richardson, “Tapi sekarang kami sadar kalau berhadapan dengan permasalahan yang begitu rumit dan mendesak dimana kami harus membantu memastikan hasil-hasil riset ini dipahami dengan baik.”
(AFP)