Selama periode tersebut, mereka sama sekali tak boleh keluar dari fasilitas khusus di Institute of Biomedical Problems di Moskow, Rusia. Semua pasokan makanan, air, sampai udara telah dipersiapkan dalam fasilitas isolasi khusus itu.
Namun, jangan bayangkan mereka bisa hidup bersenang-senang dalam modul-modul fasilitas ini. Tak ada akses Internet, bahkan televisi, yang setiap hari menayangkan opera sabun.Mereka hanya bisa melakukan kontak personal dengan rekan sesama kru misi. Selain Knickel dan Fournier, empat awak lain dalam simulasi misi ke Mars itu berasal dari Rusia. Mereka adalah dua kosmonot Rusia, Oleg Artemyez dan Sergei Ryazansky; Alexei Baranov, seorang dokter, serta Alexei Shpakov, seorang ahli fisiologi olahraga.
Satu-satunya komunikasi dengan dunia luar adalah kontak suara dengan pusat kendali simulasi. Mereka juga bisa menghubungi keluarga maupun teman. Namun, setiap komunikasi, baik dengan pusat kendali maupun dengan keluarga dan teman, harus mengalami penundaan selama 20 menit untuk mensimulasikan kondisi misi antarplanet.
"Kontak radio membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai ke pusat kendali di bumi dan kembali ke para penjelajah antariksa di Mars," kata Markus Bauer, juru bicara Direktorat Penerbangan Manusia ke Antariksa Badan Antariksa Eropa (ESA).
Meski suplai makanan telah tersedia, para awak harus mengaturnya agar cukup untuk misi selama 105 hari. Namun, ESA menjamin standar nutrisi dan kebersihan para awak setara dengan penghuni Stasiun Antariksa Internasional (ISS).
Suplai air dalam fasilitas isolasi khusus itu juga terbatas, sehingga selama lebih dari tiga bulan para awak tak bisa menikmati mandi di bawah pancuran. Alkohol dan rokok juga sesuatu yang harus dijauhi.
Mereka harus melakukan tugas pemeliharaan, eksperimen, dan berolahraga mengikuti jadwal harian. Mereka juga harus mengikuti jadwal kerja tujuh hari sepekan dengan dua hari libur.
Singkatnya, selama periode isolasi 105 hari itu, keenam awak akan mengalami simulasi semua elemen misi ke Mars, dari peluncuran, perjalanan ke Mars, mengorbit planet tersebut, mendarat di permukaan Mars, dan kembali ke Bumi. Bahkan salah satu modul akan mensimulasikan kondisi di planet merah itu.
Fasilitas ini memang dirancang menyerupai ruang sempit pesawat antariksa dalam misi ke Mars. Tentunya minus radiasi ultra violet dan kondisi tanpa bobot atau tanpa gravitasi.
Misi mereka adalah membantu para ilmuwan memahami aspek medis dan psikologi misi penjelajahan antariksa berdurasi panjang. Mereka akan menjadi subyek penelitian ilmiah untuk mengetahui efek isolasi terhadap kondisi fisik dan psikologis, semisal stres, regulasi hormone dan imunitas, kualitas tidur, mood, serta efektivitas suplemen makanan.
Fournier menyadari betapa beratnya tes yang akan dijalaninya. "Tes itu membutuhkan rasa tanggung jawab yang besar," kata pilot sebuah maskapai penerbangan Eropa tersebut. "Saya tahu program Mars500 ini amat penting bagi ESA dan untuk eksplorasi antariksa. Ini tanggung jawab yang besar untuk memastikan bahwa seluruh eksperimen ini berjalan dengan benar dan kita dapat mengumpulkan hasil yang menarik."
Hidup terkungkung dalam tempat sempit selama 15 pekan dengan lima orang lain memang akan sangat membosankan. Tak mengherankan bila para peserta simulasi sudah memikirkan barang pribadi yang akan mereka bawa meski simulasi baru berlangsung pada 31 Maret mendatang. Terbatasnya ruang penyimpanan membuat para awak hanya diizinkan membawa satu koper kecil barang.
Dengan terbatasnya tempat, Knickel tidak berencana membawa barang berukuran besar. "Ada kemungkinan cuma sejumlah foto keluarga, mungkin beberapa buku dan musik sehingga saya punya sesuatu untuk dibaca dan melewatkan waktu," kata ahli mekanik di angkatan darat Jerman itu.
Para peserta tes sadar betapa sulitnya hidup jauh dari teman dan keluarga dalam jangka waktu yang begitu lama. Meski begitu, Knickel yakin kesuksesan menuntaskan studi ini akan menjadi tantangan terbesar baginya. "Untuk masuk ke dalamnya dan ambil bagian dengan sukses," ujar pemuda berusia 28 tahun itu. "Tidak pernah menyerah sepanjang waktu dan menyelesaikan seluruh misi."
Bagian terberat dari tes ini, kata Fournier, kemungkinan besar justru detail kecil dalam kehidupan sehari-hari yang tidak diduga sebelumnya. "Memang lebih mudah mempersiapkan diri dan berlatih melakukan hal-hal yang Anda perkirakan akan terjadi. Tapi, jika sesuatu yang tidak Anda harapkan terjadi, Anda tidak akan siap menghadapinya," kata pilot Prancis itu.Fournier dan Knickel terpilih sebagai peserta simulasi dari Eropa setelah mengungguli dua kandidat lainnya, Cedric Mabilotte, 34 tahun, dosen di French National Scientific Research Centre, dan Arc'hanmael Gaillard, insinyur elektronik dari Prancis berusia 32 tahun. Baik Mabilotte maupun Gaillard tetap dipersiapkan sebagai tim cadangan untuk menggantikan awak lainnya jika diperlukan.
TJANDRA DEWI | ESA