"Ketika krisis orang lebih memilih untuk tinggal di rumah dan menikmati home entertainment. Karenanya monitor ini dilengkapi dengan fitur yang mendukung fungsi tersebut," ujar Albert Susilo, Head of IT Marketing LG.
Monitor-monitor baru itu adalah seri 52 yang terdiri dari dua model yaitu W1952TE berlayar 19 inci dan W2252TE dengan layar 22 inci, serta seri 53 yaitu W1953S-PF dengan layar 18,5 inci dan W2253S0PF dengan layar 21,5 inci.
Jika rata-rata monitor berukuran 22 inci membutuhkan listrik 45 watt, maka monitor LG hanya mengkonsumsi 22 watt. Sementara yang 19 inci membutuhkan listrik 20 watt, 50 persen lebih hemat dibandingkan monitor standar yang membutuhkan listrik sampai 40 watt.
Monitor-monitor yang sudah dipasarkan bulan Maret ini juga dilengkapi sensor untuk mengenali tata cahaya ruangan. Tingkat kecerahan layar akan berubah-ubah menyesuaikan dengan caya sekitar.
Jika tampilan gambar terlalu gelap, monitor juga akan membuatnya lebih terang secara otomatis. Dan jika penggunanya ingin diingatkan tentang lama pemakaian monitor setiap satu atau dua jam, ini juga bisa diatur.
Albert mengatakan seri 52 disasar untuk kalangan menengah ke atas. Karena itu fitur-fiturnya sedikit lebih canggih. Sementara seri 53 adalah pengganti. "Monitor ini diproduksi untuk menggantikan kebutuhan monitor 17 inci yang tidak diproduksi lagi," ujar Albert.
Jika rata-rata monitor menggunakan rasio perbandingan panjang dan lebar layar standar 16:9, maka LG mengembangkan ukuran layar sendiri dengan perbandingan 16:10.
Tidak hanya hemat energi atau fitur canggih, LG juga membangun desain yang cantik untuk kedua seri monitor. Selain balutan warna hitam glossy, pada bagian bawah monitor juga terpasang panel berwarna transparan dengan sensor sentuh.
Model W1952TE dibanderol US$ 226, sementara W2252TE US$ 283. Adapun model W1953S-PF dipasarkan US$ 146 dan W2253S0PF seharga US$ 219.
Kartika Candra
