Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenaikan Muka Air Laut Ungkap Transisi Satwa

image-gnews
paparan samudra dangkal yang mengeliling Semenanjung Malaya luasnya setara Eropa
paparan samudra dangkal yang mengeliling Semenanjung Malaya luasnya setara Eropa
Iklan
TEMPO Interaktif, San Diego: Ahli ekologi di University of California, San Diego, Amerika Serikat, menawarkan penjelasan baru tentang peralihan tiba-tiba jenis mamalia yang ditemukan sepanjang Semenanjung Malaya di Asia Tenggara, yaitu dari spesies daratan ke spesies pulau, karena tiadanya penghalang geografis apapun di sana.
Sebuah jalur laut purba antara Teluk Thailand dan Laut Andaman semula dianggap telah membelah semenanjung itu menjadi dua, membuat populasi binatang yang terpisah untuk membentuk percabangan. Namun revisi sejarah tinggi permukaan laut belum lama ini mengungkapkan bahwa samudera tidaklah membelah semenanjung itu pada 40 juta tahun lalu. Apalagi spesies mamalia yang ada saat ini jauh lebih muda.
David Woodruff, dosen biologi di universitas tersebut dan mantan mahasiswanya, Leslie Turner, yang kini bekerja di Max Planck Institute for Evolutionary Biology di Ploen, Jerman, menyatakan bahwa lebih dari 58 kali kenaikan muka air laut dengan cepat dalam 5 juta tahun lalu dapat dituding sebagai penyebab peralihan itu. Naiknya muka air laut itu mengumpulkan spesies tersebut di satu lokasi, terutama di bagian tersempit semenanjung itu, yaitu Tanah Genting Kra.
Penemuan itu dilaporkan dalam Journal of Biogeography pada 25 Februari lalu. Selama beberapa juta tahun yang lalu, paparan samudera yang dangkal mengelilingi semenanjung dan pulau-pulau di Malaysia dan Indonesia bebas dari air laut, menciptakan daratan seluas Eropa. Namun habitat itu menyusut secara dramatis setiap kali muka air laut naik.
"Samudera merambah dari kedua sisi berulang kali dan mendesak segalanya," kata Woodruff. "Jika tepi samudera itu terus maju lebih dari 50 kali di sekeliling daerah sempit ini, fauna di sana akan tertekan dan menyebabkan kepunahan spesies secara lokal."
Berdasarkan riset itu, Woodruff dan Turner memetakan daerah penyebaran 325 spesies mamalia yang ditemukan di kawasan tersebut. "Kami telah mempelajari mamalia dari Cina sampai ke Singapura," kata Woodruff. Namun mereka tidak menemukan bukti adanya transisi yang tajam antara jenis mamalia di Kra atau tempat mana pun di sepanjang semenanjung itu.
Mereka justru melihat adanya sebuah celah. "Kami menemukan sebuah daerah sepanjang 600 kilometer yang jumlah spesiesnya 30 persen lebih rendah daripada seharusnya," kata Woodruff. Meski penyebaran 128 spesies Asia daratan berhenti di ujung selatan semenanjung itu dan 121 spesies pulau hanya ditemukan di bagian selatan, 35 spesies tersebar luas ditemukan di atas dan di bawah tanah genting, namun hilang dari bagian yang paling sempit.
TJANDRA | SCIENCEDAILY
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

32 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

32 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

33 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Model skala Kawasan Inti Pemerintahan Pusat Ibu Kota Nusantara atau IKN. ANTARA/Aji Cakti
Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.


Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.


Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Capres nomor urut 1 Anies Baswedan, Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat mengikuti debat ketiga Calon Presiden 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, 7 January 2024. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.


Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Masyarakat Melayu Pulau Rempang berkumpul di Lapangan Sepakbola Dataran Muhammad Musa, Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang pada Rabu (11/10/2023). FOTO: YLBHI
Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.


BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

Kepala BRIN Laksono Tri Handoko berbicara soal prioritas riset di lembaganya sepanjang tahun 2023, salah satunya bidang pangan dengan total 218 judul riset. (Tempo/Annisa Febiola)
BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.


Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

18 Desember 2023

Penulis buku Gadis Kretek, Ratih Kumala memegang buku saat hadir dalam diskusi  Biennale Jatim di Rumah Budaya, Sidoarjo, pada Sabtu 16 Desember 2023. TEMPO/ Yolanda Agne
Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

Penulis novel Gadis Kretek Ratih Kumala menceritakan proses kreatif. Mengapa ia akhirnya menjadi seorang kolektor bungkus kretek.


BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

11 Desember 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat menyampaikan kata sambutan di kegiatan Kick Off Peran Valuator Kekayaan Intelektual dalam Pemanfaatan Hasil Riset dan Inovasi di Jakarta, Senin, 11 Desember 2023. (Tempo/Alif Ilham Fajriadi)
BRIN Akan Tetapkan Regulasi Penggunaan AI di Industri Riset

Hingga kini belum ada regulasi yang jelas mengatur terkait penggunaan AI tersebut.