Sebuah jalur laut purba antara Teluk Thailand dan Laut Andaman semula dianggap telah membelah semenanjung itu menjadi dua, membuat populasi binatang yang terpisah untuk membentuk percabangan. Namun revisi sejarah tinggi permukaan laut belum lama ini mengungkapkan bahwa samudera tidaklah membelah semenanjung itu pada 40 juta tahun lalu. Apalagi spesies mamalia yang ada saat ini jauh lebih muda.
David Woodruff, dosen biologi di universitas tersebut dan mantan mahasiswanya, Leslie Turner, yang kini bekerja di Max Planck Institute for Evolutionary Biology di Ploen, Jerman, menyatakan bahwa lebih dari 58 kali kenaikan muka air laut dengan cepat dalam 5 juta tahun lalu dapat dituding sebagai penyebab peralihan itu. Naiknya muka air laut itu mengumpulkan spesies tersebut di satu lokasi, terutama di bagian tersempit semenanjung itu, yaitu Tanah Genting Kra.
Penemuan itu dilaporkan dalam Journal of Biogeography pada 25 Februari lalu. Selama beberapa juta tahun yang lalu, paparan samudera yang dangkal mengelilingi semenanjung dan pulau-pulau di Malaysia dan Indonesia bebas dari air laut, menciptakan daratan seluas Eropa. Namun habitat itu menyusut secara dramatis setiap kali muka air laut naik.
"Samudera merambah dari kedua sisi berulang kali dan mendesak segalanya," kata Woodruff. "Jika tepi samudera itu terus maju lebih dari 50 kali di sekeliling daerah sempit ini, fauna di sana akan tertekan dan menyebabkan kepunahan spesies secara lokal."
Berdasarkan riset itu, Woodruff dan Turner memetakan daerah penyebaran 325 spesies mamalia yang ditemukan di kawasan tersebut. "Kami telah mempelajari mamalia dari Cina sampai ke Singapura," kata Woodruff. Namun mereka tidak menemukan bukti adanya transisi yang tajam antara jenis mamalia di Kra atau tempat mana pun di sepanjang semenanjung itu.
Mereka justru melihat adanya sebuah celah. "Kami menemukan sebuah daerah sepanjang 600 kilometer yang jumlah spesiesnya 30 persen lebih rendah daripada seharusnya," kata Woodruff. Meski penyebaran 128 spesies Asia daratan berhenti di ujung selatan semenanjung itu dan 121 spesies pulau hanya ditemukan di bagian selatan, 35 spesies tersebar luas ditemukan di atas dan di bawah tanah genting, namun hilang dari bagian yang paling sempit.
TJANDRA | SCIENCEDAILY