TEMPO Interaktif, Jakarta: Dengan mendengarkan percakapan antarneuron atau sel sistem saraf dalam berbagai bagian otak, para ilmuwan dari California Institute of Technology (Caltech) semakin memahami bagaimana memori terbentuk, dipindahkan, dan akhirnya tersimpan di otak. Berkat riset itu, mereka juga mengetahui bagaimana proses tersebut berubah-ubah sesuai dengan beragam tahap tidur. Suatu saat nanti, penemuan mereka ini dapat membantu ilmuwan memahami mengapa mimpi sulit untuk diingat. Seperti diketahui, memori terbentuk dalam bagian hippocampus otak, tetapi di simpan di tempat lain, yaitu di neocortex, lapisan terluar otak. Pemindahan memori dari satu bagian ke bagian lain otak membutuhkan perubahan kekuatan hubungan antarneuron serta ketepatan waktu penembakan sel otak. "Kami tahu jika neuron A di hippocampus ditembakkan secara konsisten tepat ke neuron B di neocortex dan jika ada koneksi dari A ke B, hubungan itu akan diperkuat," kata Casimir Wierzynski, ahli sistem saraf dan komputasional dari Caltech. "Jadi, kami ingin memahami hubungan ketepatan waktu antara neuron di hippocampus dan prefrontal cortex, bagian depan neocortex." Tim riset yang dipimpin oleh Athanassios Siapas dari Caltech Division of Biology dan dosen sistem saraf dan komputasional itu menggunakan teknik komputasional dan perekaman canggih untuk mendengarkan penembakan neuron dalam otak tikus. Teknik ini membantu mereka mengetahui sejumlah pasangan neuron yang memiliki sejenis hubungan harmonis yang mereka cari, yaitu ketika neuron hippocampus ditembakkan dalam waktu sepersekian detik neuron di prefrontal cortex juga ikut ditembakkan. "Inilah jenis relasi yang dibutuhkan hippocampus untuk mempengaruhi perubahan dalam neocortex, seperti konsolidasi atau menyimpan memori," kata Wierzynski. Tim itu mendengar ledakan percakapan neuron selama tikus itu tidur, tetapi hanya selama fase tidur gelombang pelan (SWS), tidur nyenyak, periode tidur tanpa mimpi. Pada fase itu terdapat episode yang menunjukkan banyak sel hippocampus ditembakkan hampir pada saat yang bersamaan. Sejumlah sel di prefrontal cortex juga ditembakkan secara sinkron, hanya beberapa milidetik setelahnya. Sebaliknya, pada fase rapid-eye-movement (REM), pasangan neuron itu tak lagi ditembakkan dengan sinkronisasi seperti sebelumnya. "Relasi ketepatan waktunya nyaris tak teratur selama tidur REM," kata Wierzynski. Tidur REM adalah fase ketika mimpi terjadi sehingga para ilmuwan menduga tidak adanya ocehan yang berhubungan dengan penyimpanan memori itu dapat membantu menjelaskan mengapa mimpi bisa begitu sulit diingat. TJANDRA | SCIENCEDAILY