TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki musim hujan saat ini, hujan seringkali turun disertai dengan angin kencang, puting beliung, petir bahkan es. Petir mungkin lebih sering terdengar menyambar di sebuah lahan luas, gunung atau hutan, namun kawasan di tengah kota seperti Jakarta juga tak luput.
Pada hari Selasa, 11 Oktober 2022 misalnya, sebuah warung di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat, terbakar, hingga membutuhkan tiga unit pemadam kebakaran dengan 15 personil. Command center pemadam, mengutip keterangan warga, mengatakan kejadian berawal dari petir yang menyambar. “Dari data kejadian yang kami terima, dugaan penyebabnya adalah sambaran petir ke kabel listrik,” ujar petugas.
Didi Satiadi, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, mengatakan peristiwa petir menyambar di tengah kota memang memungkinkan. “Untuk wilayah perkotaan memang lebih berpotensi karena fenomena pulau panas mendorong terjadinya konveksi,” ujarnya lewat pesan singkat, Rabu, 12 Oktober 2022.
Keadaan kota yang lebih sedikit tumbuhan dan banyak beton menyebabkan panas dan mendorong udara naik ke atas, yang disebut efek panas perkotaan (urban heat island). Didi juga membuka kemungkinan wilayah Jakarta yang ada di pesisir juga ikut mendorong konveksi, karena siklus angin darat dan laut.
Petir di Indonesia
Menurut Didi, Indonesia merupakan salah satu wilayah penghasil awan dan hujan terbesar di dunia, dan juga sangat berpotensi menghasilkan petir. Petir dihasilkan oleh proses konveksi atmosfer dan updraft (udara naik ke atas) yang kuat, sehingga menimbulkan friksi (gesekan) yang menyebabkan butir-butir air atau es di dalam awan menjadi bermuatan listrik.
“Perbedaan potensial (tegangan) listrik yang tinggi antara awan dan permukaan bumi dapat menyebabkan lompatan muatan listrik atau ionisasi di udara yang disebut sebagai petir, yang menghantarkan energi yang sangat besar dalam waktu yang sangat singkat,” jelas Didi.
Pada saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia memang sedang mengalami pertumbuhan awan dan curah hujan yang tinggi, termasuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal ini antara lain karena kondisi La-Nina, di mana suhu permukaan laut di wilayah Indonesia sedang hangat sehingga banyak menghasilkan uap air yang mendorong terjadinya konveksi, pertumbuhan awan dan hujan.
Selain itu, kondisi IOD (Indian Ocean Dipole) negatif menyebabkan suhu muka laut di bagian barat Indonesia juga menjadi hangat. Saat ini juga sedang terjadi peralihan musim dari musim kering ke musim basah, atau masa pancaroba, yang mendorong terjadinya proses konveksi lokal. Dengan demikian, potensi pertumbuhan awan, hujan, dan terjadinya petir saat ini cukup tinggi.
Petir biasanya menyambar objek di permukaan bumi terutama yang bersifat konduktor, misalnya logam, dan yang paling dekat, sehingga gedung-gedung yang tinggi, pohon, termasuk jaringan listrik sangat terancam oleh sambaran petir. Oleh karena itu biasanya dilindungi oleh penangkal petir dengan grounding (saluran listrik ke bumi) yang baik.
Meski kemungkinan terkena sambaran petir kecil, perlu tetap diwaspadai, terutama terhadap infrastruktur yang vital ataupun yang mengancam jiwa manusia. Sambaran petir yang cukup kuat dapat menyebabkan lonjakan listrik yang dapat menimbulkan gangguan listrik, merusak peralatan elektronik, bahkan percikan api yang dapat mengakibatkan kebakaran apalagi ketika berdekatan dengan bahan yang mudah terbakar.
Pada masa pancaroba ini kita perlu lebih waspada terhadap kejadian ekstrem, seperti hujan lebat yang dapat menimbulkan banjir dan longsor, angin kencang, puting beliung, dan juga petir, antara lain dengan memperhatikan informasi dari BMKG.
Untuk mencegah bahaya petir, Didi memberikan tips. “Perlu memastikan perlindungan dengan penangkal petir yang memenuhi standar, surge protection device (alat pelindung lonjakan listrik), kesiapan peralatan pemadam kebakaran, dan juga segera berlindung di tempat yang sesuai apabila ada potensi petir di sekitar kita,” jelas Didi.
Baca:
Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan, Bibit Siklon Tropis 98W, Bencana Hidrometeorologi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.