Dhuvaafaru, sebuah pulau koral tak berpenghuni, dipilih karena memiliki "benteng" karang di sekelilingnya. Kandholhudhoo, pulau sebelumnya, yang masih bertetangga, "telanjang" dan terbukti tersapu tsunami akhir 2004 lalu.
Maladewa adalah negara di tengah Samudra Hindia yang sudah lebih dulu rentan tenggelam karena bencana kenaikan muka air laut. Gelombang dalam tsunami pada 2004 lalu menerjang lebih dari sepertiga penduduknya. Total, lebih dari 29 ribu penduduknya kehilangan tempat tinggal.
"Ini adalah proyek konstruksi tunggal yang terbesar yang pernah ditangani Sekretariat International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC)," ujar Per Jensnaes, kepala delegasi IFRC di Maladewa. "Tidak mudah memang, tapi kami kini sudah memiliki lingkungan yang jauh lebih aman dari kemungkinan bencana alam di masa depan."
IFRC mulai membangun Dhuvaafaru, pulau seluas 40 hektare, mulai April 2006. Dalam tiga tahun dana sebesar US$ 32 juta dihabiskan demi menyulap pulau yang semula kosong itu menjadi kota baru lengkap dengan 600 rumah, tiga sekolah, satu kompleks pemerintahan, satu auditorium, satu pusat kesehatan, dan satu stadion olahraga.
IFRC juga membangun pembangkit listrik, sistem pengolahan sampah, serta jaringan jalan. "Membangun pulau tak berpenghuni menjadi 'sebuah pulau yang aman' bagi populasi 4.000 orang benar-benar luar biasa," kata Presiden Maladewa Mohamed Nasheed.
WURAGIL | ONEWORLD