TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang baru serangan udara mematikan Rusia di Ukraina telah menewaskan lebih dari 25 orang dan melukai lebih dari 100, menurut pihak berwenang di Kyiv, sebagaimana dikutip Al Jazeera, 17 Oktober 2022.
Serangan dimulai pada 10 Oktober lalu menggunakan rudal Rusia serta drone buatan Iran, yang telah menargetkan setidaknya 10 wilayah di seluruh negeri, menurut pihak berwenang Ukraina.
Kawanan pesawat tak berawak yang sarat bahan peledak itu, disebut drone “kamikaze”, menargetkan Kyiv, menewaskan sedikitnya empat orang dan menargetkan fasilitas energi. Angkatan Udara Ukraina mengaku telah menghancurkan setidaknya 37 drone pada hari Senin.
Mengapa disebut drone kamikaze?
Tidak seperti drone yang kembali ke pangkalan setelah rudal diluncurkan, drone kamikaze atau bunuh diri dihancurkan dalam serangan. Kamikaze sendiri merupakan istilah yang digunakan pilot Jepang dalam Perang Dunia II untuk serangan bunun diri dengan menabrak target musuh.
Ukraina mengatakan Rusia mengimpor drone dari Iran, di mana mereka dikenal sebagai Shahed-136, yang dapat diterjemahkan sebagai “yang rela berkorban saat perang”.
Shahed-136 pertama kali muncul dalam perang pada bulan September. Meskipun digambarkan sebagai drone kamikaze, drone itu lebih baik dianggap sebagai rudal jelajah kecil dengan kapasitas destruktif yang relatif terbatas. Meskipun begitu, drone Shahed-136 mampu membawa rudal dan memiliki muatan sekitar 50 kilogram (110 pon). Itu berarti mereka dapat menimbulkan kerusakan yang signifikan.
Selain memiliki panjang 3,5 meter, Shahed-136 memiliki lebar sayap 2.5 meter, dengan berat 200 kg dan dapat menempuh kecepatan hingga 115 mph. Jarak yang dapat ditempuh hingga 1.550 mil dan menggunakan mesin push-propeller.
Bentuk sayap triangular milik drone tersebut membuat Shahed-136 terlihat seperti setrika. Yang mengejutkan, drone ini tak memiliki kamera dan hanya dipandu dengan menggunakan navigasi satelit. Hal tersebut mengakibatkan Shahed-136 hanya dapat menyerang target jarak dekat yang telah dipantau sebelumnya.
Selain itu, komponen elektronik dan mesinnya berasal dari AliExpress yang masuk ke dalam golongan kelas sipil. Karena hal itu, drone jadi sangat sensitif terhadap sistem perang elektronik.
Analis pertahanan Al Jazeera Alex Gatopoulos mengatakan amunisi drone tersebut dapat melayang di atas suatu area untuk mengidentifikasi target, sebelum menyelam dan menghancurkannya.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, mengatakan Rusia telah membeli 2.400 drone – jumlah yang terdengar besar, tetapi habis dengan cepat.
Gatopoulos mengatakan drone kamikaze atau Shahed-136 tidak mungkin buatan Rusia karena Moskow telah tertinggal dalam mengembangkan drone taktis kelas bawah, terutama yang bersenjata.
Samir Puri, seorang analis di King's College London, dikutip Al Jazeera, mengatakan bahwa beberapa bentuk perjanjian penjualan kemungkinan telah terjadi antara Moskow dan Teheran.
"Drone ini dibeli dari rak Iran, dipindahkan ke zona perang dan digunakan, saya pikir, sangat banyak sebagai senjata yang akan terus membingungkan pertahanan udara Ukraina dengan menambahkan sesuatu yang lain," kata Puri.
Drone kamikaze harganya jauh lebih murah daripada rudal jelajah, namun biayanya sekitar US$ 20.000 juga tidak bisa disebut murah. “Itu sebenarnya cukup mahal, ketika Anda memikirkan fakta bahwa mereka (Shahed-136) adalah senjata sekali pakai.” ucapnya.
ZAHRANI JATI HIDAYAH | AL JAZEERA | THE GUARDIAN
Baca:
TNI AL Punya Drone ScanEagle, ini Spesifikasi dan Kecanggihannya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.