TEMPO.CO, Jakarta - Di antara kasus gangguan atau gagal ginjal akut misterius pada anak yang belakangan bermunculan di daerah-daerah, gejala atau keluhan awal yang diterima seragam: tidak bisa kencing atau urine sedikit sekali dibandingkan dalam keadaan normal. Hal ini meski asupan cairan dalam tubuh tidak berubah.
Di antara kasus-kasusnya itu adalah yang dilaporkan dari RSUP Adam Malik di Medan, Sumatera Utara, dan RS Hasan Sadikin di Bandung, Jawa Barat. Ada pula dari Yogyakarta. Selain juga Jakarta dan sejumlah wilayah lainnya. Ikatan Dokter Anak Indonesia menyebut per Selasa 18 Oktober 2022, sudah ada 192 kasus dari 20 provinsi.
Baca juga: Dietilen Glikol dan Obat Batuk Maut di Gambia, Bukan Kematian Massal Pertama
"Faktor utama penyebab ginjal akut yang menyerang anak-anak ini belum bisa dipastikan, apakah faktor dari makanan atau yang lainnya," kata Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi RSUP Adam Malik, Sumatera Utara, Rosmayanti Syafriani, Selasa.
Di rumah sakit itu, per hari itu, merawat tujuh anak penderita gagal ginjal misterius sejak Juli 2022. Dari tujuh itu, hanya satu kasus yang berhasil ditangani dan pasien sudah sehat. Sisanya meninggal.
Baca Juga:
Gejala yang sama teramati pula pada 13 kasus di Yogyakarta. Gejala volume air seni yang tiba-tiba menyusut drastis itu bisa dengan atau tanpa demam, riwayat demam atau gejala infeksi dalam 14 hari terakhir, lalu ada tanda hiperinflamasi dan hiperkoagulasi.
"Pada sebagian pasien anak yang meninggal, selain gagal ginjal misterius, mereka juga diketahui mengalami komplikasi akibat kelainan organ pasien," Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, Selasa.
Sepanjang Januari hingga Oktober 2022 ini, telah ditemukan 13 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak usia 7 bulan - 13 tahun di DIY. Sebanyak lima kasus di antaranya meninggal, terdiri dari empat berusia di bawah lima tahun atau balita dan satu usia 10 tahun. Adapun sisanya, delapan anak, terdiri dari dua sudah sembuh dan enam yang masih dirawat intensif di RSUP Sardjito Yogyakarta.
Kepala Divisi Nefrologi di Departemen Nefrologi Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran-Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung, Dany Hilmanto, menerangkan fungsi ginjal secara umum untuk melakukan filtrasi atau penyaringan, penyerapan kembali, dan melepaskan beberapa hormon. Ketika ada gangguan fungsi ginjal, pasien biasanya datang dengan keluhan kurang atau tidak keluar kencing, walaupun pola minum airnya normal.
Karena gangguan ginjal itu, air menumpuk dalam darah, sehingga tubuh anak menjadi bengkak, misalnya pada mata, perut, dan tungkai. Gejala itu, Dany menekankan, tidak ditemukan pada kasus sakit ginjal pada anak sebelumnya yang telah diketahui penyebabnya karena infeksi bakteri, diare, atau penyakit pada ginjalnya.
"Keterlambatan penanganan bisa membuat pasien harus menjalani cuci darah, yang berdampak pada organ lain. Perburukan kondisi bisa membuat pasien meninggal dunia," kata dia sambil menambahkan RS Hasan Sadikin, per Senin lalu, sedang merawat 10 anak kasus gangguan ginjal akut misterius yang sama.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.