Memang, untuk mendapatkan BlackBerry harga minim itu butuh sedikit "perjuangan". Mereka mesti antre dan BlackBerry hanya diundi untuk 100 orang. Meski begitu, orang rela untuk sedikit capek. Pengantrenya tidak saja datang dari Kelapa Gading, bahkan dari Bekasi, seperti Ivan, 35 tahun. "Kapan lagi bisa beli BlackBerry dengan harga miring?" ujarnya. Ia rela mengantre meski datang bersama tiga anaknya. Ivan Olive, 15 tahun, dari Pluit, Jakarta Utara, juga sangat berminat. Ia ingin sekali mendapatkan seri 8120. Apalagi, "Harganya murah."
Barang murah yang ditawarkan sama sekali bukan barang bekas. Garansi masih diberikan. Ilham (bukan nama aslinya), staf penjualan BlackBerry di Mall of Indonesia, mengatakan diskon abis dimungkinkan karena seri baru terus bermunculan. Artinya, jika seri baru muncul, seri yang lebih dulu ada harganya jadi turun.
Promosi tak pelak membuat penjualan laris manis. Sabtu pekan lalu saja, kata Ilham, 38 unit BlackBerry terjual. Tipe 8100 terjual 16 unit, 8120 sebanyak 16 unit, dan 6 unit untuk 8707. Tentu saja laris, ini promo.
Sebenarnya tanpa promo pun BlackBerry telah menguasai pasar ponsel high-end di Kelapa Gading. Di gerai Arena, Mal Kelapa Gading, misalnya, rata-rata 20 unit BlackBerry semua jenis terjual habis dalam sepekan terakhir, baik itu seri Bold, Javelin, maupun 8320.
Demam bahkan menular ke handset Nokia E63 dan E71, sejenis dengan BlackBerry, yang berkemampuan otomatis mengantar dan menerima surat elektronik. "Jenis N-Series sudah tidak banyak ditanya lagi," kata Tami, 28 tahun, penjual di gerai Arena. Padahal, seri N menawarkan kemudahan yang lain, seperti menyediakan musik dan video yang canggih. Jika ingin mengantar dan menerima surat elektronik, tinggal menambah fasilitas. Tapi kemampuan ini sudah tak tampak lagi.
Di Mal Kelapa Gading, tak banyak gerai menyediakan BlackBerry. Saingan Arena adalah Tele Art. Di Tele Art, gadget ini juga primadona. Begitu pun dengan Nokia seri E71 dan E63. Pada Ahad malam lalu, staf penjualan Tele Art sampai kewalahan melayani pembeli tua dan muda yang menanyakan handset itu.
Itu yang di Kelapa Gading. Selain di sana, "Orang Kelapa Gading umumnya lari ke ITC Cempaka Mas yang jauh lebih lengkap dan fokus pada ponsel," ujar Febby Frans, warga Kelapa Gading, pemilik sebuah gerai ponsel di ITC Cempaka Mas. Meski memiliki gerai ponsel, lelaki 26 tahun itu tidak menggunakan BlackBerry. "Saya belum perlu pakai BlackBerry," ujar Frans, Selasa lalu.
Irvan Sjafari