Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Badan Iklim PBB: Pemanasan Global Capai 2,5 Derajat Celsius 2030

image-gnews
Ilustrasi emisi karbon. Pixabay
Ilustrasi emisi karbon. Pixabay
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Iklim PBB, UNFCCC, baru saja merilis analisis pemanasan global terbarunya, 26 Oktober 2022. Isinya, emisi karbon dunia saat ini dalam kondisi yang cukup untuk melampaui target batas kenaikan suhu udara global 1,5 derajat Celsius dalam 10 tahun ke depan.

Rencana iklim negara-negara tentang target pengurangan emisi karbon antara saat ini dan 2030 dinilai tak ada yang cukup ambisius untuk bisa menghadang laju pemanasan global tersebut. Tak cukup bahkan untuk mendekatinya sekalipun.

Baca juga:
Krisis Iklim Ancam Belasan Ribu Desa Pesisir dan Sejutaan Nelayan di Indonesia

Dalam trennya yang terjadi saat ini, suhu udara rata-rata di planet Bumi pada akhir abad nanti diyakini akan mencapai 2,5 derajat lebih panas dibandingkan suhu global di masa pra-industri pada 1900. Ini artinya menerabas batas tertinggi, 2 derajat, dari target meredam pemanasan global menurut Paris Agreement.

Padahal, saat kesepakatan itu dibuat di COP21 Paris pada 2015 lalu, para ilmuwan telah memperingatkan batas atas pemanasan global itu sudah akan mampu memicu beberapa penyebab yang akan membuat dampak perubahan iklim tak terkendali. 

Laporan sintesis paling mutakhir dari PBB ini mengkaji dampak dari rencana-rencana iklim yang telah dikirim sebagai komitmen negara-negara di dunia. Sejak hasil analisis yang tahun lalu, beberapa kemajuan telah dibuat, namun tetap rencana negara-negara itu dinilai masih jauh daripada yang dibutuhkan.

Implementasi sempurna dari skema-skema itu, yang akan melibatkan negara-negara kaya membantu yang lebih miskin mendanai aksi iklim, akan menghasilkan emisi karbon drop sebesar 3,6 persen pada 2030, dibandingkan tingkat emisi 2019. Itu masih jauh dari seharusnya drop 43 persen jika ingin sampai ke target menjaga selisih suhu tak lebih dari 1,5 derajat Celsius hingga akhir abad nanti.

Berdasarkan strategi yang ada sekarang, 87 persen sisa anggaran karbon untuk target kenaikan suhu 1,5 derajat itu sudah akan habis terpakai pada akhir dekade--dan seluruh anggaran akan meledak per 2032. 

"Tren menurun dalam emisi yang diharapkan mulai 2030 menunjukkan kalau negara-negara telah membuat beberapa kemajuan pada tahun ini," kata Kepala Badan Iklim PBB, Simon Stiell. Namun dia juga menambahkan bahwa sains sudah begitu jelas, begitu juga dengan target-target menurut Paris Agreement. 

"Kita belum sama sekali mendekati skala dan laju reduksi emisi karbon yang dibutuhkan untuk menempatkan kita ke jalur target selisih suhu 1,5 derajat," kata Stiell lagi. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam Pertemuan COP26 di Glasgow pada tahun lalu juga telah ditekankan kalau komitmen iklim eksisting tak cukup untuk menahan laju pemanasan global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius. Saat itu disepakati negara-negara mesti kembali ke meja perundingan dalam setahun dengan rencana-rencana pemangkasan emisi yang lebih ambisius. 

Tapi, hingga kini, sebulan menjelang COP27, baru 24 negara yang telah memperbarui rencana iklimnya. Jumlah yang disebut Stiell, mengecewakan. 

Baca juga:
Perubahan Iklim, PBB Ingin Semua Penduduk Terlindungi Sistem Peringatan Dini

"Keputusan dan aksi pemerintah negara-negara harus merefleksikan tingkat kedaruratan, gravitasi dari ancaman yang kita hadapi, dan semakin pendeknya waktu yang kita miliki untuk menghindarkan konsekuensi kehancuran dari tak terkendalinya perubahan iklim," tuturnya. 

Negara-negara di dunia sudah akan kembali berkumpul untuk pertemuan iklim COP27 di Sharm El Sheikh, Mesir, pada November nanti. Mereka dipastikan untuk sekali lagi berada di bawah tekanan, baik untuk meningkatkan ambisi pangkas emisi karbon maupun penyediaan dana lebih besar untuk menolong negara-negara rentan mengimplementasikan rencana iklim mereka secara penuh. 

“Memperkuat ambisi dan implementasi kedaruratan tak bisa lagi ditawar untuk bisa menghadapi krisis iklim," kata Menteri Luar Negeri Mesir dan Presiden COP27, Sameh Shoukry, dalam pernyataan tertulisnya. 

NEW SCIENTIST, UNFCCC


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

1 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

1 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

1 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

2 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

6 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

12 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

16 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

19 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

24 hari lalu

Warga beraktivitas di pinggir Waduk Cacaban, Kedung Banteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa, 11 September 2018. Akibat musim kemarau tahun ini, volume air di salah satu waduk penyuplai di wilayah Pantura itu menyusut hingga lebih dari puluhan meter sehingga mengancam kekeringan, terutama persawahan di sejumlah wilayah itu. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Waspada Dampak Penguapan Air Selama Kemarau, Diperkirakan Berlangsung di Jakarta dan Banten pada Juni-Agustus 2024

Fenomena penguapan air dari tanah akan menggerus sumber daya air di masyarakat. Rawan terjadi saat kemarau.


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

25 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.