Ketika krisis itu berlangsung, tiga astronot yang berada di ISS hanya diberi tahu dalam waktu kurang dari satu jam bahwa mereka harus mencari perlindungan dalam sebuah kapsul Rusia yang diparkir di stasiun tersebut. Tindakan itu dilakukan untuk berjaga-jaga jika pecahan sampah antariksa menabrak ISS.
"Bila sampah itu menghantam ketika mereka masih berada di bagian utama ISS, mereka hanya punya waktu 10 menit untuk menyelamatkan diri," kata kendali misi di bumi. Sebuah lubang di badan stasiun antariksa berarti hilangnya udara dan tekanan yang mengakibatkan hilangnya nyawa siapa pun di dalamnya.
Para awak dengan cepat mengungsi sehingga mereka lupa membawa buku manual instruksi ketika memasuki kapsul. Di dalam Soyuz, mereka menunggu selama 10 menit, siap untuk kembali ke bumi jika benturan hebat itu terjadi.
Di bumi, para pakar puing antariksa dicekam kekhawatiran. "Kami mengawasinya dengan napas tertahan," kata Mark Matney, ilmuwan serpihan antariksa badan antariksa Amerika Serikat (NASA). "Kami tidak tahu apa yang akan terjadi."
Serpihan itu meleset. Meski begitu, para ilmuwan sama sekali tidak mengetahui berapa banyak dan mungkin tak pernah bisa memastikan jaraknya dengan ISS. Serpihan itu mungkin hanya ratusan puluhan meter atau beberapa kilometer.
Seorang astronot, Commander Mike Fincke, mengatakan bahwa mereka menyaksikan kejadian itu dari balik jendela Soyuz. "Sebenarnya kami tidak melihat apa pun," katanya kepada pusat kendali di Houston. "Kami mengira-ngira berapa dekat serpihan itu."
Matney menyatakan, peristiwa itu adalah kontak terdekat yang pernah diingatnya sejak bekerja di NASA mulai 1992. Namun, peristiwa itu terjadi hanya sebulan setelah tabrakan dua satelit di orbit, yang menambahkan ratusan puing ke sabuk sampah antariksa di orbit bumi.
Dalam beberapa tahun terakhir, masalah serpihan antariksa ini semakin memburuk dengan tindakan yang dengan sengaja menghancurkan satelit. "Ini adalah sebuah peringatan lagi bahwa kita harus melakukan sesuatu tentang puing antariksa," kata Jonathan McDowell, astrofisikawan Harvard University yang melacak segala sesuatu di orbit. "Kita harus melakukan sesuatu di tingkat internasional."
William Ailor, Director Center for Orbital and Reentry Debris Studies di Aerospace Corp di El Segundo, California, menyatakan bahwa dengan semakin banyak satelit yang diluncurkan ke antariksa, tingkat kontak dengan sampah antariksa pun kian meningkat. US Space Command melacak 13.943 obyek berukuran 10 sentimeter atau lebih besar yang berada di orbit.
"Hanya sekitar 900 di antaranya adalah satelit yang masih aktif," kata McDowell. Sisanya sampah. "Ada ribuan serpihan kecil sampah lainnya yang tidak bisa dilacak dengan mudah," katanya.
TJANDRA DEWI | AP