TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro (Undip), Prof. Dr. Muhammad Nur DEA, melalui penelitiannya di Center for Plasma Research (CPR) Undip, berhasil mengembangkan mesin penghasil ozon dengan menggunakan teknologi plasma untuk terapi luka diabetes.
Plasma sendiri merupakan gas terionisasi. Melalui teknologi tersebut ozon dapat dihasilkan yang kemudian dikenal dengan plasma ozon. Sampai saat ini, ozon banyak dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi, di antaranya pada bidang medis. Alat penghasil ozon untuk keperluan medis tersebut dinamakan M’Ozone.
Nur menggambarkan cara kerja mesin tersebut. Oksigen murni dari tabung dialirkan ke reaktor sehingga dihasilkannya ozon dengan pilihan konsentrasi 50 part per million (ppm) dan 100 ppm.
Selanjutnya ozon tersebut digunakan untuk terapi luka diabetes dengan istilah bagging, yaitu dengan cara membungkus luka diabetik yang ada pada kaki dengan plastic bag yang kedap udara, kemudian disambungkan dengan generator ozon medis yang mengubah oksigen murni menjadi ozon untuk percepatan penyembuhan ulkus kaki diabetik.
Pada M’Ozone juga terdapat fitur pemusnah ozon, sehingga ozon yang telah dipakai untuk terapi bagging dapat langsung dialirkan ke tempat pemusnahan agar tidak mencemari udara bebas.
Agar hasil yang didapat optimal, dalam riset ini Nur melibatkan berbagai disiplin Ilmu, seperti fisika, kimia, biologi, kedokteran dan lainnya.
Salah satu klinik yang telah menggunakan M’Ozone sebagai terapi luka diabetes adalah Fathull Wound Care Healing di Kabupaten Grobogan. Setidaknya sudah ada 60 penderita luka diabetes ringan hingga serius yang sebelumnya perlu tindakan amputasi, berhasil pulih.
Tidak hanya M’Ozone, CPR dibawah pimpinan Nur telah menghasilkan berbagai inovasi penelitian berbasis teknologi plasma, seperti D’ozone untuk memperpanjang masa simpan produk holtikultura hingga dua bulan.
Selain itu Zeta Green, yang merupakan alat pembersih udara sekaligus mampu membunuh bakteri, virus dan jamur dalam ruangan tertutup dan berpendingin udara, serta Seaozone, yang berfungsi untuk memperpanjang masa simpan ikan hingga 16 hari dengan suhu 2-8° Celcius. Inovasi tersebut telah melalui berbagai uji laboratorium berulang kali dan uji pasar.
Berbagai pencapaian luar biasa didedikasikan untuk membantu permasalahan yang ada. Nur merasa memiliki tanggung jawab moril sebagai dosen untuk selalu memberikan manfaat kepada sekitarnya. Hal itulah yang mendorong ia untuk terus mengembangkan teknologi plasma.
“Saya sebagai ilmuwan, jika merasa sudah selesai mengerjakan sesuatu, kerjakan yang lain. Kita harus mencari objek-objek penelitian lain yang bermanfaat,” ujarnya menambahi.
ZAHRANI JATI HIDAYAH
Baca:
Mahasiswa FIK UI Ciptakan Aplikasi Cegah Amputasi Diabetes
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.