TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengajak kembali vaksinasi booster. Dia menanggapi prediksi WHO mengenai lonjakan kasus Covid-19 lewat penyebaran varian Omicron XBB pada akhir tahun ini dan memuncak pada Januari nanti.
Lonjakan disebut didorong pula oleh pasokan vaksin yang sempat menipis. “Dengan modal imunitas yang ada saat ini, yang perlu dikejar adalah dosis 3, dosis 4,” kata Dicky menyerukan lewat pesan singkat, Senin 31 Oktober 2022.
Baca juga:
Epidemiolog yang Sama Pernah Prediksi Omicron BA.4 dan BA.5 Akan Meledak di Indonesia dalam 2 Minggu
Menurutnya, puncak kasus subvarian XBB sama seperti subvarian Omicron lainnya, bahkan lebih lagi. Dicky merujuk kepada gejala infeksinya yang ringan atau malah tidak bergejala, sehingga sangat mungkin tak terdeteksi. Dia menduga jumlah yang tak bergejala terinfeksi Omicron XBB itu mendekati 90 persen dari kasus yang ada.
Jadi, Dicky menambahkan, “Bicara puncak (pada Januari nanti) ini jangan dibayangkan seperti halnya infeksi Covid-19 varian Alpha, Beta atau Delta yang terdahulu.”
Sejauh ini, XBB—rekombinan dari Omicron BA.2.10.1 dan Omicron BA.2.75—telah terdeteksi setidaknya di 35 negara dan memiliki prevalensi 1,3 persen dari kasus Covid-19 global saat ini. Masa libur Natal dan Tahun Baru diperkirakan dapat menambah besar prevalensi itu dan menambah luas penularannya, karena banyak orang pergi liburan.
Namun, Dicky tak berharap sampai ada pembatasan kegiatan masyarakat. “Pembatasan tidak diperlukan, tidak seperti sebelumnya. Hanya terus menggencarkan 3T (testing, tracing, treatment), 5 M dan vaksinasi,’’ katanya.
Kemungkinan Omicron XBB Menggila di Akhir Tahun
Sebelumnya, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan gambaran terkini kasus Covid-19 secara global. “Berbagai ahli di Amerika Serikat maupun WHO menyebutkan bahwa subvarian XBB bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun dan puncaknya Januari,” kata Wiku.
Subvarian XBB telah meningkat jumlahnya secara signifikan di Kanada, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan Denmark. Juga di beberapa negara Asia yaitu Singapura, Bangladesh, India dan Jepang.
Update kasus di tingkat global per tanggal 23 Oktober 2022 jumlah penambahan kasus positif di tingkat dunia mencapai 2,98 juta. Di Eropa yaitu di Jerman dan Perancis menjadi negara dengan jumlah kasus mingguan tertinggi yaitu lebih dari 500 ribu dan 300 ribu kasus baru dalam seminggu sebelumnya.
Sedangkan di Asia, tiga negara, yaitu Jepang, Korea Selatan, dan Singapura menjadi negara dengan jumlah kasus baru mingguan tertinggi.