TEMPO.CO, Jakarta - Peresmian hasil revitalisasi TIM (Taman Ismail Marzuki) pada akhir September lalu telah ikut membuka kembali Planetarium Jakarta. Telah sepanjang revitalisasi yang lalu aktivitas planetarium dan observatorium berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain.
Staf, petugas dan peneliti yang ada di dalamnya terpaksa menggelar aktivitas pengamatan dan edukasi secara nomaden. Pernah di balkon Teater Jakarta, atau di plaza-nya, atau di area lobi Teater Besar, atau atap gedung parkir di kompleks TIM. Pernah juga di kawasan Ancol.
Tapi, kala gedung lain di Kompleks TIM sudah beroperasi kembali, Planetarium Jakarta terus sepi--bahkan lebih daripada sebelumnya. Diskusi publik bertajuk 'Planetarium dan Observatorium Jakarta: Garda Depan Pemajuan Kebudayaan via Ilmu' membeberkan apa yang terjadi di internal Planetarium Jakarta.
"Yang berfungsi dari Planetarium dan Observatorium Jakarta ini tiba-tiba tinggal 10-20 persen," kata Seno Gumira Ajidarma, Ketua Akademi Jakarta, dalam diskusi itu, Sabtu siang, 5 November 2022.
Baca berita sebelumnya:
Revitalisasi TIM Devitalisasi Planetarium Jakarta, Ini 7 Seruan untuk DKI
Terungkap dalam diskusi itu permasalahan seperti Teater Bintang yang tak bisa lagi menggelar pertunjukan, ruang pamer yang kosong melompong, serta observatorium yang menjadi tak bisa diakses atau malah hilang. Masalah ruangan yang tidak mendukung juga hampir menjegal gelaran diskusi dan memaksa berpindah tempat dua kali.
Ruang pameran lantai 1 Planetarium Jakarta pasca-revitalisasi TIM. Ruangan menjadi tertutup dan tak bisa digunakan. Foto: Maria Fransisca Lahur
Sesuai undangan yang telah disebarkan, diskusi sejatinya berlokasi di Teater Bintang namun terpaksa dipindah karena problem penyejuk udara. Panitia dari Akademi Jakarta awalnya memilih ruangan tempat acara bincang santai. Namun, ruangan tersebut dianggap masih dianggap kurang memungkinkan sehingga akhirnya pindah lagi ke Teater Wahyu Sihombing atau Teater Arena.
"Bagaimana bisa desain arsitek revitalisasi POJ (Planetarium dan Observatorium Jakarta) mengabaikan fungsional? Sangat ceroboh," kata seorang peserta yang mengikuti diskusi itu daring, menuliskannya dalam kolom percakapan di akun YouTube Planetarium dan Observatorium Jakarta, di antara jalannya diskusi.