Gerhana Bulan Total, Bagaimana Penjelasan Ilmiah Fenomena Ini?

Gerhana bulan terlihat dari Observatorium Jokotole IAIN Madura, Pamekasan, Jawa Timur, Rabu, 26 Mei 2021. Gerhana bulan total di wilayah Kabupaten Pamekasan dan sekitarnya berlangsung pada pukul 16.44-19.52 WIB dan fase total pada pukul 18.18 WIB. ANTARA/Saiful Bahri
Gerhana bulan terlihat dari Observatorium Jokotole IAIN Madura, Pamekasan, Jawa Timur, Rabu, 26 Mei 2021. Gerhana bulan total di wilayah Kabupaten Pamekasan dan sekitarnya berlangsung pada pukul 16.44-19.52 WIB dan fase total pada pukul 18.18 WIB. ANTARA/Saiful Bahri

TEMPO.CO, Jakarta - Gerhana bulan total atau blood moon akan terjadi pada Selasa, 8 November 2022. Warga DKI Jakarta dan sekitarnya bisa melihat fenomena gerhana bulan itu nanti sore mulai pukul 17.43 WIB.

"Secara garis besar  peristiwa ini dapat disaksikan oleh semua pengamat di wilayah Indonesia," kata Astronom Planetarium dan Observatorium Jakarta Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki Widya Sawitar, dikutip dari Antara, Senin, 7 November 2022.

Apa itu gerhana bulan total?

Merujuk dari laman Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), gerhana bulan total fenomena astronomis. Fenomena ketika seluruh permukaan bulan memasuki bayangan inti atau umbra Bumi. Itu tersebab konfigurasi antara bulan, Bumi dan matahari membentuk garis lurus. Bulan berada di dekat titik simpul orbit. Perpotongan antara ekliptika atau bidang edar Bumi mengelilingi matahari dengan orbit bulan. 

Mengutip dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, gerhana bulan peristiwa terhalang cahaya matahari oleh Bumi. Tidak semua cahaya matahari sampai ke bulan. Fenomena itu hanya terjadi saat posisi bulan, matahari, dan Bumi sejajar. Bulan akan terlihat berwarna merah.

Baca: Observatorium Bosscha Siarkan Pengamatan Gerhana Bulan Total dari 4 Kota

Mengutip publikasi Gerhana, dillhat dari Bumi, gerhana terjadi jika bulan berada 16,5 derajat dari titik node, di sebelah timur atau barat. Selama bulan berada dalam interval itu akan mengalami gerhana. Ketaksejajaran ketiga benda langit itu pula, setiap enam bulan sekali bisa terjadi dua kali gerhana matahari. Namun, berbeda dengan gerhana bulan, karena waktu yang dibutuhkan lebih lama dari fase Bumi mengitari matahari.

Jenis gerhana bulan

Fenomena gerhana bulan terbagi menjadi empat. Perbedaan jenis gerhana itu di bayangan Bumi mana yang jatuh ke permukaan bulan. Itu saat fase maksimum gerhana terjadi.

1. Gerhana bulan total

Saat fase gerhana maksimum atau total, keseluruhan bulan masuk dalam bayangan inti atau umbra Bumi. Gerhana Bulan total ini maksimum durasinya bisa mencapai 1 jam 47 menit.

2. Gerhana bulan sebagian

Jika hanya sebagian bulan yang masuk ke umbra Bumi. Sebagian lagi berada dalam bayangan tambahan atau penumbra Bumi pada saat fase total.

3. Gerhana bulan penumbra total

Seluruh bulan masuk dalam penumbra pada saat fase total. Tapi tidak ada bagian bulan yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra.

4. Gerhana bulan penumbra sebagian

Jika hanya sebagian saja dari bulan yang memasuki penumbra.

Baca: Gerhana Bulan Total, Lebih dari 1.000 Orang Diperkirakan Akan Memadati TIM

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.








Pengamatan Gerhana Matahari, Planetarium Jakarta Siapkan Observatorium Coude

8 jam lalu

Planetarium Jakarta akan menggunakan Observatorium Coude untuk pengamatan gerhana matahari 20 April 2023. (TEMPO/Maria Fransisca)
Pengamatan Gerhana Matahari, Planetarium Jakarta Siapkan Observatorium Coude

Teleskop untuk pengamatan gerhana matahari berada di lantai 4 dengan kubah yang dapat dibuka.


Klub Astronomi Amatir Jakarta: Kami Sekarang Bagai Tunawisma

7 hari lalu

Ketua Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, Andre, menyiapkan teleskop pertama setelah hujan berhenti di Taman Ismail Marzuki (TIM), Selasa petang, 8 November 2022. Pengamatan Gerhana Bulan Total di Jakarta terganggu cuaca hujan lebat yang turun hingga melewati waktu terjadinya puncak gerhana total itu. Foto: Maria Fransisca Lahur
Klub Astronomi Amatir Jakarta: Kami Sekarang Bagai Tunawisma

Himpunan Astronomi Amatir Jakarta mengaku kini kesulitan menggelar kegiatan regulernya. Mereka terimbas devitalisasi Planetarium Jakarta.


Rolls-Royce Terima Dana Pembuatan Reaktor Nuklir Mini untuk Pangkalan di Bulan

9 hari lalu

Ilustrasi pangkalan di bulan yang ditenagai oleh mikroreaktor Rolls-Royce. (Kredit gambar: Rolls-Royce Holdings)
Rolls-Royce Terima Dana Pembuatan Reaktor Nuklir Mini untuk Pangkalan di Bulan

Rolls-Royce berharap memiliki model demonstrasi untuk reaktor mikro modular yang siap dikirim ke Bulan pada 2029.


Pengamatan Hilal Bisa Dikacaukan oleh Berbagai Obyek Astronomis

11 hari lalu

Petugas memantau penampakan hilal guna menetapkan 1 Syawal 1443 H di Masjid Al-Musyari'in, Kembangan Utara, Jakarta, Ahad, 1 Mei 2022. Pemerintah tetapkan 1 Syawal 1443 H atau Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 2 Mei 2022. ANTARA/Aprillio Akbar
Pengamatan Hilal Bisa Dikacaukan oleh Berbagai Obyek Astronomis

BMKG menilai obyek astronomis selain matahari dan bulan berpotensi mengacaukan pengamatan atau rukyat hilal.


Meteorit Tabrak Bulan Terekam Kamera Astronom Jepang di Bumi

16 hari lalu

Astronom Jepang, Daichi Fujii, menangkap gambar peristiwa meteorit menabrak Bulan yang tampak lewat kilatan cahaya terang di kiri bawah pada 23 Februari 2023. mage credit: Daichi Fujii Hiratsuka City Museum
Meteorit Tabrak Bulan Terekam Kamera Astronom Jepang di Bumi

Dibandingkan dengan di Bumi, di Bulan hanya ada eksosfer yang sangat renggang. Meteorit bisa lebih sering menabraknya.


Klub Astronomi HAAJ Beri Layanan Pengamatan Gerhana Matahari 20 April di TIM

17 hari lalu

Persiapan warga membeli kacamata gerhana untuk mengamati gerhana matahari yang melewati Indonesia pada 20 April 2023. Lokasi: Lobi Theater Kecil, TIM, Jakarta. Foto: Maria Fransisca Lahur
Klub Astronomi HAAJ Beri Layanan Pengamatan Gerhana Matahari 20 April di TIM

Warga yang hadir untuk pengamatan gerhana matahari sebagian diprediksi sekitar 5.000-7.000 orang seperti tahun 2019.


Pusat Astronomi Internasional: Ramadan 2023 Kemungkinan Jatuh pada 23 Maret

18 hari lalu

Ilustrasi berbuka puasa.  NOAH SEELAM/AFP/Getty Images
Pusat Astronomi Internasional: Ramadan 2023 Kemungkinan Jatuh pada 23 Maret

Pusat Astronomi Internasional di Uni Emirat Arab mengungkap bulan suci Ramadan 2023 kemungkinan akan jatuh pada 23 Maret.


Planetarium TIM Tak Berfungsi, PSI DKI: Anggaran Fantastis, Hanya Ganti Kursi dan Karpet

19 hari lalu

Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, telah selesai. Namun, sampai hari ini Planetarium dan Observatorium Jakarta masih ditutup. Tak ada kunjungan publik apalagi kegiatan peneropongan bintang.
Planetarium TIM Tak Berfungsi, PSI DKI: Anggaran Fantastis, Hanya Ganti Kursi dan Karpet

Wakil Ketua Komisi E Bidang Kesra DPRD DKI Anggara Wicitra Sastroamidjojo menyayangkan situs Planetarium dan Observatorium Jakarta tidak berfungsi.


Di Planetarium Jakarta, Pejabat Kemenko PMK Lihat Banjir dan Kotoran Kucing

29 hari lalu

Ruang pameran lantai 1 Planetarium Jakarta pasca-revitalisasi TIM. Ruangan menjadi tertutup dan tak bisa digunakan. Foto: Maria Fransisca Lahur
Di Planetarium Jakarta, Pejabat Kemenko PMK Lihat Banjir dan Kotoran Kucing

Anggota Akademi Jakarta, Karlina Supelli, mengungkap perkembangan terbaru dari Planetarium Jakarta.


Harga Di Bawah Rp 1 Juta, Ini Rekomendasi 5 Teropong Bintang untuk Amati Hilal Kemunculan Ramadan

37 hari lalu

Petugas Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel menggunakan teropong saat pengamatan hilal di Mal GTC, Makassar, 22 Agustus 2017. Pengamatan hilal menyimpulkan Idul Adha 10 Zulhijjah 1438 H jatuh pada tanggal 1 September 2017. TEMPO/Sakti Karuru
Harga Di Bawah Rp 1 Juta, Ini Rekomendasi 5 Teropong Bintang untuk Amati Hilal Kemunculan Ramadan

Ingin mencoba sensasi mengamati hilal sendiri, bisa gunakan teleskop dengan harga terjangkau berikut ini.