TEMPO.CO, Jakarta - Candra Sihotang meraih peraih juara harapan 1 dalam kategori Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional 2021. Pria kelahiran Desa Laubalang, Kecamatan Laubalang, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara itu saat ini mengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Subulussalam.
Candra mengisahkan perjalanan panjang yang ia tempuh menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai tenaga pendidik. Sejak 2008, dia diangkat sebagai ASN guru setelah menyelesaikan diploma dua di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. Dia lalu melanjutkan kuliah S1 jurusan Bahasa Indonesia di kampus yang sama.
Setahun mengikuti masa karantina ASN, tepatnya pada 2009 ia ditempatkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Subulussalam, Aceh. Tak hanya mengajar satu mata pelajar, posisinya sebagai guru kelas menuntutnya menguasai banyak cabang mata pelajaran.
Pernah Jadi Tukang Fotokopi
Ketika kuliah, Candra mengaku sulit membagi waktu. Sebab, saat itu dia harus kuliah sambil bekerja di tempat fotokopi dan percetakan untuk menambah pemasukan untuk biaya pendidikan yang dijalaninya. "Karena memang saya berasal dari keluarga tidak mampu, jadi ya belajar sambil bekerja, jaga fotokopi, percetakan mencetak banner dan spanduk," ujarnya dilansir dari laman nu.or.id pada Rabu, 9 November 2022.
Baca juga: Tim Robotik MTsN 1 Pati Raih Medali di Tingkat Asia
Ayah satu anak ini mengaku saat mengajar di MIN Subulussalam pada 2009, banyak pengalaman yang dia alami dari mulai berinteraksi dengan murid hingga belajar menjadi guru yang baik. "Kalau mengajar anak-anak yang paling penting bagaimana menjadi guru yang membaur, merangkul mereka dan dekat dengan mereka," ujarnya.
Setelah hampir tujuh tahun mengajar pada jenjang sekolah dasar, pada 2015 Candra ditugaskan mengajar jenjang sekolah menengah pertama (SMP) di MTsN 1 Subulussalam sebagai guru yang mengampu Bahasa Indonesia. Sejak lulus S1 Bahasa Indonesia dan mengajar di MTsN, pria kelahiran tahun 1926 ini juga mulai dipinang sebagai dosen di STIT Hamzah Fansuri, Kota Subulussalam dengan sistem kontrak karena statusnya sebagai ASN.
"Karena memang kampus butuh dosen, jadi saya bisa menjadi dosen tapi statusnya buka dosen tetap. Akhirnya, setiap pagi sampai siang saya mengajar MTs, kemudian sorenya ke kampus, " imbuhnya.
Aktif di Berbagai Kegiatan
Tidak hanya sebagai guru dan dosen, pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Ikatan Guru Indonesia Kota Subulussalam itu sejak 2016 aktif sebagai trainer pedagogik jenjang SMP/MTs di Aceh yang direkrut oleh USAID Prioritas. Pada 2017, dia menjadi alumni Teacher Supercamp Anticoruption Komisi Pemberantasan Korupsi dan sampai sekarang masih aktif mensosialisasikan nilai-nilai antikorupsi dan juga aktif sebagai fasilitator pada proyek Realizing Education’s Promise – Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR).
Candra juga menggeluti ilmu jurnalistik dan literasi digital dengan aktif sebagai blogger dan mengikuti berbagai lomba sastra. Beberapa tulisannya masuk jadi finalis pada kegiatan tingkat nasional seperti Seminar Nasional Guru dalam Era Globalisasi dan Cerpen pada ajang pemilihan peserta TSC 2017. "Saat ini masih aktif belajar menulis, ada beberapa artikel kecil dan puisi-puisi yang sudah dibukukan," katanya.
Baca juga: Kisah Anak Petani yang Jadi Marbot dan Raih Juara Mahasiswa Berprestasi
Merasa masih haus ilmu, Candra memutuskan untuk meneruskan kuliah jenjang magister jurusan Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Pilihan jurusan ini dirasa penting untuk memperkaya inovasi dalam pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia. "Saya melihat guru kelas mengajarnya monoton. Makanya saya ambil teknologi pendidikan dengan harapan bisa mendapat teori dan praktik bagaimana mengajar Bahasa Indonesia yang menarik dan menyenangkan sesuai tingkatannya," ujarnya.
Terpilih Sebagai Guru Inovatif
Ternyata, jurusan yang dia pilih dirasa menjadi sesuatu yang penting saat pandemi Covid-19 melanda. Kala itu pembelajaran dilakukan secara online dan butuh inovasi pembelajaran berbasis digital. Candra tak kesulitan untuk menyesuaikan. Bahkan menjadi juara II sebagai guru dengan inovatif pembelajaran era Covid-19 dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh pada 2020. Kala itu, Candra mempresentasikan inovasi dalam pembelajaran menggunakan permainan berbasis boardgames untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa secara online sehingga lebih menarik.
Usai mengajar di MTsN, pada tahun 2021, dia ditempatkan di MAN 1 Subulussalam dan mencoba peruntungan untuk mengikuti seleksi Guru Tenaga Kependidikan Madrasah Berprestasi Tingkat Nasional pada 2021. Nasib membawanya memasuki tahapan grand final menyisihkan sekitar 676 guru yang ikut seleksi tersebut.
Lanjut Kuliah S3 dan Berharap Bisa Majukan Pendidikan
Usai tahapan grand final setelah akhir seleksi dia meraih juara harapan 1 berdasarkan keputusan Menteri Agama yang diumumkan pada November tahun lalu. Capaian ini tentu membanggakan apalagi dirinya saat itu baru 5 bulan pindah di jenjang MA. "Karena meraih juara Harapan 1, maka saat ini saya mengikuti seleksi GTK Madrasah Berprestasi tingkat Nasional lagi tahun ini, dan masih menunggu pengumuman pada 25 November ini bertepatan Hari Guru Nasional," ujarnya.
Candra saat ini meneruskan pendidikan doktor di Universitas Negeri Medan jurusan Teknologi Pendidikan ini. Dia berharap bisa membuktikan bahwa guru madrasah Kota Subulussalam memiliki kemampuan untuk mengubah pendidikan di sana bisa lebih baik lagi.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.