TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Yayasan SDM-Iptek menganugerahkan Habibie Prize kepada peneliti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM) Ika Dewi Ana. Penghargaan Habibie yang telah diselenggarakan sejak 1999 ini diberikan kepada para tokoh Indonesia yang telah membuat terobosan dalam bidang Iptek.
Ika Dewi Ana menerima penghargaan bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi. Dua karya penelitiannya, yaitu CHA Bone Graft dan CHA-based Hemostatic Sponge, telah terdaftar dan dipasarkan di Indonesia.
Bone graft adalah suatu bahan yang digunakan dalam proses operatif pada pasien dengan kerusakan jaringan tulang. Pada jaringan tulang yang mengalami kerusakan, diperlukan suatu perancah (scaffold) yang akan berfungsi sebagai pengganti lingkungan mikro yang hilang selama proses kerusakan/ kehilangan jaringan tulang.
Dua karya lainnya sedang dalam proses translasi, salah satunya membran untuk operasi dentokraniofasial. Rekam jejaknya dalam bidang penelitian didokumentasikan dalam buku Biokeramik dan Rekayasa Jaringan yang diterbitkan pada 2021.
“Pada waktu saya melakukan penelitian itu, di Indonesia belum ada graft tulang yang dibuat. Semua yang kita pakai adalah produk luar,” terangnya terkait produk bone graft yang diberi nama GAMACHA seperti dilansir dari laman resmi UGM pada Jumat, 11 November 2022. Adapun GamaCHA berfungsi untuk mempercepat regenerasi jaringan tulang setelah proses operatif pada pasien.
Penghargaan lain yang pernah ia terima di antaranya “Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa” dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia pada 2014 lalu, SRB (Romanian Society for Biomaterials) Excellence Award di Konstanta, Rumania pada 2016, dan Excellence Award dari ISCM (International Society for Ceramics in Medicine) di Charlotte, Amerika Serikat, pada 2016.
Saat ini, ia juga memimpin Pusat Kolaborasi Riset Perancah Biomedis yang telah ditetapkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional bekerja sama dengan Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk, Pusat Riset Metalurgi dan Nanomaterial, serta Pusat Riset Teknologi Polimer di BRIN.
Baca juga: Deretan Aplikasi yang Dibuat Nadiem, Digunakan 10,2 Juta Orang
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan penghargaan ini menjadi salah satu upaya untuk melanjutkan harapan dan cita-cita Habibie membangun sumber daya alam Indonesia unggul. “BRIN berkomitmen untuk melanjutkan legacy dari Pak Habibie khususnya Habibie Award yang sekarang bernama Habibie Prize, juga melanjutkan spirit dan inspirasi yang dulu dibawa oleh Pak Habibie,” terangnya.
Penghargaan ini diharapkan menjadi motivasi dan inspirasi bagi para peneliti, ilmuwan, dan masyarakat untuk terus berkarya dan berkontribusi di berbagai bidang, khususnya bidang Iptek, guna mendorong kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Para penerima Habibie Prize pun diharapkan tetap produktif dan meningkatkan kontribusi di bidang masing-masing serta melakukan yang terbaik untuk bangsa.
Pada tahun ini Habibie Prize diberikan kepada empat penerima untuk empat bidang yang berbeda. Ika Dewi Ana menerima penghargaan bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi. Penerima penghargaan lainnya Ocky Karna Radjasa untuk bidang Ilmu Dasar, Riri Fitri Sari untuk bidang Ilmu Rekayasa, dan Naufan Noordyanto untuk bidang Ilmu Kebudayaan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.