Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Awas, Ancaman Virus dari Penyimpan Bergerak

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta: Lelaki itu tak mempedulikan malam yang semakin larut dan hawa yang kian menggigit di lantai teratas sebuah hotel di Bandung tersebut. Tangannya menusukkan satu per satu flash disk pada port USB di laptop, lalu mencopotnya sesaat kemudian.

Ary Pryanto, nama lelaki itu, adalah product manager di Optima Solusindo Informatika. Ini adalah distributor produk Kaspersky Lab, perusahaan antivirus dari Rusia.
Malam itu Ary ketiban tugas dadakan: memeriksa dan membersihkan flash disk para wartawan. Tugas ini adalah bagian dari workshop yang diadakan Kaspersky di Bandung pada awal bulan ini.

Temuan Ary ternyata sangat menarik. Melalui Kaspersky Internet Security 2009, Ary menemukan bahwa tak satu pun flash disk itu bebas dari malware alias program jahat pada komputer, seperti virus, Trojan, dan worm.

"Kebanyakan kita memang tak menyadarinya," kata Ary setelah menunaikan tugasnya. "Apalagi tak semua antivirus mampu membaca malware seperti itu."

Flash disk adalah perangkat penyimpanan bergerak yang sangat populer saat ini. Begitu populernya, sehingga lambat laun ia telah mengeliminasi floppy disk. Contoh penyimpanan bergerak lain adalah kartu memori dan hard disk portabel.

Sayangnya, popularitas itu telah membuat perangkat penyimpanan bergerak menjadi target serangan pembuat malware. Tak hanya sebagai penampung, portabilitasnya telah membuat perangkat ini menjadi biang keladi penyebar malware yang berbahaya.

Menurut spesialis di Kaspersky Lab, penyebaran malware via perangkat bergerak adalah ancaman terbesar pada 2009. Pasalnya, pengembang program jahat telah mengembangkan infeksi komputer yang secara otomatis meluncur begitu perangkat itu diakses.

Inilah malware yang menumpang pada fitur Autorun. "Fitur itu sebetulnya bisa dinonaktifkan, tapi tak otomatis membuat flash disk dan komputer aman," kata Yudhi Kukuh, seorang pakar antivirus dari Prosperita Mitra Indonesia, distributor antivirus Eset Antivirus NOD32 dan Eset Smart Security 4.

Yudhi mengatakan Autorun adalah fitur yang hadir bersama perangkat penyimpanan bergerak sejak 2001. Ia adalah fasilitas yang membuat komputer bisa langsung "membaca" perangkat tersebut.

Tapi, sejak 2008, fitur ini mulai banyak ditumpangi malware dan menduduki puncak malware, yang banyak menyerang komputer pada Januari dan Februari lalu. "Autorun membuat malware itu mampu mengaktifkan dirinya sendiri," kata Yudhi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Yudhi, Autorun adalah "tumpangan" yang mudah. Program kecil-kecilan pun bisa dengan mudah dicantelkan pada fitur tersebut. Itulah sebabnya, banyak pengembang malware yang memanfaatkannya saat ini.

Jalan keluar paling sederhana adalah menonaktifkan atau bahkan menghapus Autorun. Tapi malware masih memiliki cara tradisional untuk menumpang pada penyimpanan bergerak, yaitu melalui share folder.

Folder inilah yang akan langsung muncul pada komputer pengguna saat flash disk atau perangkat penyimpanan bergerak diakses. Hanya, berbeda dengan Autorun, malware pada folder itu adalah virus pasif. "Ia menunggu kita mengklik untuk mengaktifkan dirinya," kata Yudhi.

Sebuah survei yang diadakan Trend Micro di Jepang pada akhir tahun lalu menemukan bahwa sudah ada 471 infeksi melalui Autorun pada flash disk. Itu baru di Jepang saja. Sedangkan kasus di Bandung itu adalah salah satu contoh kecil di Indonesia.

"Kerapuhan" flash disk dan perangkat penyimpanan bergerak terhadap malware sebetulnya sudah terdeteksi banyak pihak sejak dulu. Karena itu, banyak perusahaan atau badan yang mengendalikan penggunaan port USB pada komputer-komputernya.

Masalahnya, pemakaian flash disk dan penyimpanan bergerak begitu populer. Bentuknya semakin kecil dan tak jarang diciptakan dengan desain-desain yang menarik, mulai bentuk gelang sampai boneka.

Harganya pun semakin terjangkau. Pada pameran-pameran komputer, misalnya, Anda bisa mendapatkan flash disk berkapasitas 2 gigabita seharga Rp 40-50 ribu saja. Tak mengherankan, semakin ia populer, semakin ia berbahaya.

DEDDY SINAGA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

16 hari lalu

Ilustrasi monyet peliharaan. AP/Rajesh Kumar Singh
Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada


Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

17 hari lalu

Flu Singapura.
Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?


BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

17 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.


Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

21 hari lalu

Sejumlah perawat dengan menggunakan masker melakukan pemeriksaan terhadap LSY (5 tahun) warga negara Singapura suspect flu babi (H1N1) di ruang isolasi RSUD Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Selasa (21/7). ANTARA/Yusnadi Nazar
Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.


Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

22 hari lalu

Ilustrasi virus flu. freepik.com
Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.


Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

24 hari lalu

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.


Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

25 hari lalu

Flu Singapura.
Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.


Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

25 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.


Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

27 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Tima Miroscheniko
Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

28 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?