TEMPO.CO, Jakarta - Setelah memberhentikan setengah stafnya awal bulan ini, Twitter pada hari Sabtu, 12 November 2022, mulai memberhentikan sebagian besar staf kontraknya, menurut sumber kepada Axios.
Seperti banyak perusahaan, staf Twitter terdiri dari campuran karyawan penuh waktu serta pekerja kontrak yang bekerja untuk pihak ketiga. Twitter telah memotong jumlah karyawan kontrak yang tidak ditentukan di berbagai bidang, termasuk moderasi konten.
Banyak karyawan kontrak itu berstatus tak pasti sejak Twitter memangkas separuh stafnya awal bulan ini, dengan beberapa tidak tahu harus melapor kepada siapa, karena rekan mereka di dalam perusahaan telah diberhentikan.
Beberapa karyawan kontrak, sementara itu, khawatir tentang pembayaran selama dua minggu terakhir karena sejumlah karyawan kontrak berakhir dengan tim tanpa karyawan Twitter penuh waktu, sehingga tidak ada yang menandatangani kartu waktu kerja mereka.
Pemotongan karyawan kontrak diungkap Sabtu oleh Casey Newton di Twitter. Setidaknya dalam beberapa kasus, jika tidak semua, pekerja tidak mendapatkan komunikasi langsung dari Twitter yang mengatakan bahwa pekerjaan mereka telah berakhir.
Mereka malah mengetahui dengan melihat akses mereka ke sistem komputer Twitter telah dimatikan. Hal ini sejalan dengan kejadian ketika karyawan penuh waktu mengetahui bahwa mereka telah kehilangan pekerjaan, bukan dari email yang dijanjikan pada hari Jumat, tetapi pada Kamis malam karena mereka kehilangan akses ke email dan sistem komputasi perusahaan lainnya.
Twitter sejak itu berupaya menjangkau untuk mempekerjakan kembali beberapa karyawan penuh waktu setelah menyadari keterampilan mereka sangat penting untuk proyek yang ada, termasuk fitur baru yang menjadi prioritas perusahaan.
Twitter berada dalam kekacauan sejak Elon Musk mengambil alih, dengan produk dan fitur diluncurkan kemudian ditarik. Itu termasuk versi baru dari layanan langganan Twitter Blue yang memungkinkan pelanggan memiliki tanda centang biru yang sama dengan yang diberikan ke akun terverifikasi politisi, jurnalis, lembaga pemerintah, dan selebritas.
Twitter menangguhkannya awal pekan ini setelah membanjirnya peniru identitas menggunakan layanan berlangganan untuk meniru berbagai merek dan atlet serta politisi terkemuka.
Melissa Ingle, karyawan kontrak moderasi konten berbasis di San Francisco yang berspesialisasi dalam misinformasi politik, termasuk di antara mereka yang diputus.
Ingle, yang memiliki dua gelar master dan mengajar keterampilan ilmu data, mengatakan bahwa dia terkejut dengan pemutusan tersebut, dan khawatir akan menafkahi keluarganya menjelang liburan. "Saya adalah orang yang Anda inginkan di perusahaan Anda," katanya kepada Axios. "Ini bukan cara untuk memperlakukan orang."
AXIOS
Baca:
Banyak Pengguna Tinggalkan Twitter dan Bergabung dengan Mastodon, Apa Bedanya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.