TEMPO.CO, Jakarta - Peralihan siaran analog ke siaran digital atau Analog Switch Off (ASO) sudah dilakukan pada tanggal 2 November lalu dan berjalan dua minggu.
Pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan keterbatasan teknologi dan mahalnya sarana untuk bisa menikmati siaran analog berkualitas menyebabkan teknologi itu kalah bersaing dengan siaran digital yang jauh lebih efisien, murah dan dapat dimanipulasi sehingga diadopsi oleh lembaga penyiaran di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang menerapkan ASO.
Digital adalah binari dan apapun yang ada di domain digital dapat dikirimkan dengan sangat efektif melalui koneksi digital. Keunggulannya, data digital bisa dimanipulasi seperti kompresi sehingga ukurannya jadi lebih kecil dan tidak mempengaruhi kualitas, multiplexing sehingga lebih banyak data yang dapat dikirimkan pada kanal yang sama yang digunakan sebelumnya.
Adanya efisiensi itu membuat siaran digital memiliki keuntungan. “Pertama, kualitas gambar yang diberikan sangat baik, tidak berbayang atau berbintik,” kata Alfons, 23 November 2022.
Dilihat dari sisi antena yang digunakan, sifatnya multi directional, sehingga dapat menangkap pancaran digital dari berbagai stasiun pemancar digital dari segala arah. Sebagai bandingan, jika antene untuk siaran analog harus mencari posisi yang pas ke arah stasiun pemancar.
Kemampuan multiplexing juga menjadi suatu unggulan, karena sanggup mengirimkan 1-5 siaran yang berbeda pada gelombang yang sama dengan menurunkan kualitas dari HDTV menjadi SDTV yang secara teknis masih lebih bagus daripada kualitas siaran analog.
Salah satu bentuk efiensi nyata adalah frekuensi yang tidak terpakai karena adanya efisiensi digitalisasi ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain seperti 4G atau 5G. Kabar baik pemilik atau yang ingin membeli smartphone 5G, koneksi 5G akan semakin bertambah tinggal menunggu kabar dari operator seluler.
Televisi kini dapat menampilkan siaran berkualitas tinggi HD Hi Definition yang tetap enak ditonton pada TV 60 inci, lebih besar daripada TV analog yang ukuran idealnya 30 inci karena kualitasnya SD (Standard Definition). Selain itu, tidak mengalami penurunan kualitas gradual seiring makin bertambahnya jarak dengan pemancar dan dapat memberikan suara berkualitas surround 5 saluran. Dan yang pasti, wujud televisi menjadi lebih ringan, tipis dan ramping, karena tidak menggunakan tabung.
Hal yang merugikan akibat kebijakan ini tentu ada. Misalnya Set Top Box yang tidak dibagikan gratis kepada warga yang kurang mampu. “Harga set top box yang paling murah saat ini Rp. 200.000 cukup signifikan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” kata Alfons.
Sementara dari sisi penyelenggara siaran membutuhkan infrastruktur pemancar TV Digital sehingga membutuhkan investasi tambahan bagi stasiun TV.
Perangkat analog lama seperti Video Casette Recorder (VCR) tidak akan bisa merekam siaran digital TV karena sinyalnya berbeda. Tapi, VCR tetapi tetap akan bisa memainkan koleksi VCR yang ada. Sedangkan, TV audio reciever yang tadinya bisa digunakan dalam menerima siaran analog karena di broadcast menggunakan 2 channel yang berbeda tidak bisa digunakan lagi.
Baca:
Harga Set Top Box Siaran TV Digital di Toko Online Dulu dan Sekarang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.