TEMPO.CO, Jakarta - Guncangan tanah akibat gempa bumi dapat menyebabkan bangunan dan jembatan runtuh; mengganggu fasilitas gas, listrik, dan telepon, dan terkadang memicu tanah longsor, banjir bandang, kebakaran, sampai tsunami.
Gempa bumi dapat menghasilkan tsunami, jika rangkaian gelombang yang membentang di atas permukaan samudra dalam lingkaran yang terus melebar, seperti gelombang yang dihasilkan oleh kerikil jatuh ke kolam dangkal. Ketika gelombang ini mencapai perairan dangkal, akibatnya air pantai naik setinggi 30 meter, atau sekitar 100 kaki, di atas permukaan laut normal dalam 10 sampai 15 menit.
Tsunami dalam laman britannica, menjadi perpindahan volume air yang besar, sehingga kedalaman dan besarnya gempa bumi merupakan faktor penting dalam menentukan seberapa besar kemungkinan perpindahan tersebut. Energi dari gempa kuat jauh di dalam Bumi teredam dalam perjalanannya ke permukaan, dan gempa bumi lemah tidak memicu banyak pergerakan pada sepanjang retakan antara kerak bumi. Gempa bumi dengan kekuatan kecil cenderung tidak menghasilkan tsunami.
Baca: Akibat Gempa Cianjur, Puluhan Sekolah SD sampai SMA Rusak berat di Cianjur dan Sukabumi
Risiko Gempa Berpotensi Tsunami
Berbeda dengan gempa bumi yang kuat atau tepat di bawah dasar laut akan memindahkan sebagian besar dari satu sisi retakan melewati sisi lainnya. Jika fenomena ini terjadi secara horizontal, sangat sedikit risiko terjadi tsunami.
Melansir dari discovermagazine, jika salah satu sisi retakan terdorong keras ke atas melewati sisi yang lain, maka akan menghasilkan lekukan volume air di atas patahan yang menjadi tsunami. Ahli Geologi Gempa Kate Clark juga berpendapat, saat satu lempeng mendorong ke atas lempeng lainnya di bawah laut menyebabkan penurunan yang meluas, atau dasar laut naik di satu sisi dan turun di sisi lain.
Saat satu lempeng memanjat dan mendorong yang lain ke bawah, bibir atasnya secara konsekuen mendorong air di depannya. Tsunami yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik ini tidak hanya bergerak satu arah, karena air juga masuk mengisi kekosongan yang tertinggal di bibir atas.
Ukuran tsunami bergantung pada ukuran gempa awal dan kedalaman laut di sekitarnya, semisal gempa terjadi di perairan yang sangat dalam kemungkinan tidak cukup kuat untuk menimbulkan tsunami. Sebaliknya, apabila air terlalu dangkal di pusat gempa, maka gempa tidak dapat memindahkan cukup air menghasilkan gelombang yang serius.
BALQIS PRIMASARI
Baca juga: Silang Pendapat Ahli Soal Sumber Gempa Cianjur, Sesar Cimandiri atau Sesar Lain
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.