Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

image-gnews
Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis yang berbahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa, 17 Agustus 2021. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan perlunya tindakan yang cepat dan tepat terkait pengelolaan limbah medis Covid-19 yang mencakup Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang pada Juli 2021 terdapat peningkatan mencapai 18 juta ton. ANTARA/M Risyal Hidayat
Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis yang berbahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa, 17 Agustus 2021. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan perlunya tindakan yang cepat dan tepat terkait pengelolaan limbah medis Covid-19 yang mencakup Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang pada Juli 2021 terdapat peningkatan mencapai 18 juta ton. ANTARA/M Risyal Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bahan Berbahaya dan Beracun atau disingkat B3 sudah banyak tersebar cepat di lingkungan sehari-hari. Komponen limbah B3 dapat merugikan makhluk hidup dan kelestarian lingkungan.

Umumnya limbah B3 yang sering ditemukan dalam lingkungan sekitar kita seperti deterjen, aki bekas, akumulator, hairspray, dan pengharum ruangan. Diketahui limbah B3 pada manusia berpotensi menyebabkan virulensi yang merusak sistem syaraf, kardiovaskuler, pencernaan, pernapasan, penyakit kulit, cacat bawaan dan bahkan kematian. 

Sementara pada hewan, limbah tersebut akan menyebabkan berkurangnya populasi hewan dan tumbuhan. Hal tersebut dikarenakan limbah dapat menganggu sistem reproduksi dan habitatnya. 

Namun limbah B3 dibagi kembali menjadi limbah elektronik dan limbah mode. Untuk lebih paham dengan berbagai limbah tersebut, simak penjelasan di bawah ini yang dikutip dari greeneration.org, sebagai berikut.

Baca: Bahaya Limbah B3 Rumah Tangga Termasuk Baterai, Hair Spray, Bekas Pengharum Ruangan

Limbah Elektronik

Pertama adalah limbah elektronik yang nampaknya masih banyak belum disadari oleh masyarakat. Umumnya sampah dari limbah ini dihasilkan dari aktivitas di media sosial dan internet. 

Hal tersebut terjadi karena aktivitas digital meninggalkan jejak karbon dari penyerapan energi dan pengiriman perangkat. Perlu diketahui bahwa limbah elektronik menyumbang emisi karbon global sekitar 3,7 persen. Khususnya untuk Indonesia per Maret 2021, jumlah pengguna internet mencapai 202,7 juta pengguna.

Pasalnya, produksi limbah elektronik semakin meningkat sehubung dengan banyaknya merek elektronik yang gencar mengeluarkan banyak keunggulan baru. Hal ini juga yang membuat pola konsumtif dari masyarakat dalam pembelian produk tersebut.

Berdasarkan jurnal berjudul Model Baru Dalam Penanganan Limbah Elektronik di Indonesia Berbasis Integrasi Seni yang terbit pada tahun 2015, limbah elektronik mengandung sekitar 1.000 material. Lalu sebagian besar dari material tersebut telah dikategorikan sebagai limbah B3. 

Unsur B3 seperti logam berat seperti brominated flame-retardan menyebabkan potensi kanker, bromin yang meyerang kekebalan tubuh, CFC dengan emisi gas beracunnya, atau bahkan arsenik membuat peradangan pada urat dan ginjal.

Limbah Industri Fashion

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Limbah selanjutnya adalah limbah mode fashion yang juga berkembang secara cepat pada masyarakat. Belakangan memang industri baik lokal atau internasional saling bersaing menciptakan tren popular. Hal ini selanjutnya menyebabkan terjadinya fast fashion yang berdampak kurang baik pada lingkungan.

Dikutip dari zerowaste.id, industri fast fashion merupakan istilah yang kerap ditujukan untuk tren fashion yang cepat berubah, serta bahan bakunya berkualitas buruk. Hal tersebut membuat bahan-bahan tidak bertahan lama. Misalnya ketika industri fashion saling berkompetisi memproduksi pakaian sesuai musim yang berganti. Oleh karena itu, produknya tidak tahan lama meskipun harganya terjangkau. 

Adapun dampaknya seperti dikutip dari sustainyourstyle.org, setiap kali mencuci pakaian yang berbahan polyester atau nilon, terhitung terdapat 700.000 serat mikrofiber dilepaskan ke dalam lautan. Kemudian mikrofiber ini ditelan oleh organisme air kecil. Lalu organisme tersebut dimakan oleh ikan kecil yang selanjutnya akan masuk ke dalam rantai makanan manusia.

Selain itu, bahan kimia juga terkandung selama produksi serat, pencelupan, pemutihan, dan pemrosesan basah dari setiap pakaian. Sementara bahan kimia yang berlebihan dalam pertanian kapas. Hal ini tentu menjadi salah satu penyebab dari suatu penyakit dan kematian dini di kalangan petani kapas, bersamaan dengan polusi air tawar dan air laut yang masif serta degradasi tanah.

Lalu dari sisi produsen, sisa zat pewarna tekstil umumnya seringkali dibuang ke selokan dan sungai. Padahal, limbah ini mengandung berbagai zat sisa pewarna kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan.

FATHUR RACHMAN 

Baca juga: Mengenal Limbah B3 yang Menanjak Selama Pandemi Covid-19

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Busa Limbah Penuhi Kali Baru Depok, Ini Dugaan Sementara Penyebabnya

1 jam lalu

Warga melihat busa yang menutupi aliran Curug Kali Baru di RT004/01 Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok, Senin 27 November 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Busa Limbah Penuhi Kali Baru Depok, Ini Dugaan Sementara Penyebabnya

Pemkot Depok sedang menelusuri munculnya busa yang menutupi areal Curug Kali Baru, Cimanggis


Astra Agro Lestari Tanggapi Tuduhan Pelanggaran Lingkungan dan HAM Walhi

15 jam lalu

Foto udara lahan perkebunan kelapa sawit. ANTARA/Wahdi Septiawan
Astra Agro Lestari Tanggapi Tuduhan Pelanggaran Lingkungan dan HAM Walhi

PT Astra Agro Lestari Tbk, anak usaha Astra International, mengeluarkan laporan pihak ketiga menanggapi tuduhan pelanggaran lingkungan dan HAM Walhi.


Partisipasi Gaya Hidup Prioritaskan Lingkungan Perlu Dilakukan oleh Lintas Generasi

2 hari lalu

Peluncuran #IndonesiaAsri, Ruang Partisipasi Lintas Generasi Terapkan Gaya Hidup yang Prioritaskan Lingkungan by Chandra Asri/Chandra Asri
Partisipasi Gaya Hidup Prioritaskan Lingkungan Perlu Dilakukan oleh Lintas Generasi

#IndonesiaAsri dapat menjadi wadah aspirasi dan kebutuhan dari setiap generasi untuk memberikan dampak positif di bidang lingkungan.


Benarkah Golongan Darah Memiliki Peran dalam Risiko Penyakit Autoimun?

3 hari lalu

Ilustrasi kantong darah/golongan darah. Shutterstock
Benarkah Golongan Darah Memiliki Peran dalam Risiko Penyakit Autoimun?

Beberapa penelitian mendukung korelasi antara golongan darah dan penyakit autoimun tertentu.


Cita-cita KBA Pekayon Jadi Kampung Wisata Lingkungan Tahun 2027

4 hari lalu

Para masyarakat penggerak di KBA Pekayon mengajak peserta Workshop Lingkungan Astra dalam simulasi eco printing. Praktiknya memanfaatkan zat warna dari dedaunan di pekarangan kampung. TEMPO/Annisa F
Cita-cita KBA Pekayon Jadi Kampung Wisata Lingkungan Tahun 2027

KBA Pekayon, Bekasi, Jawa Barat pasang target menjadi kampung wisata lingkungan pada tahun 2027.


Walhi Kritik Food Estate: Tidak Sentuh Akar Persoalan

6 hari lalu

Sejumlah petani melakukan aksi teatrikal di depan gedung Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin, 31 Oktober 2022. Dalam aksinya tersebut mereka menyatakan food estate gagal atasi krisis pangan, dan menolak benih GMO kedelai. TEMPO/M Taufan Rengganis
Walhi Kritik Food Estate: Tidak Sentuh Akar Persoalan

Walhi mengatakan proyek lumbung pangan atau food estate harus dihentikan karena tidak menyentuh akar persoalan seperti krisis pangan.


Limbah 19 Merek Top dari Adidas sampai Reebok untuk Membakar Batu Bata di Kamboja, Pekerja Jatuh Sakit

8 hari lalu

Foto kolase limbah dari merek pakaian internasional  digunakan untuk bahan bakar di pabrik batu bata di pinggiran Phnom Penh, Kamboja 17 November 2023. Liga Kamboja untuk Promosi dan Pertahanan Hak Asasi Manusia/Handout via REUTERS
Limbah 19 Merek Top dari Adidas sampai Reebok untuk Membakar Batu Bata di Kamboja, Pekerja Jatuh Sakit

Limbah dari setidaknya 19 merek internasional termasuk Adidas, Reebok, dan Under Armour untuk membakar batu bata di Kamboja, menyebabkan pekerja sakit


Muhammadiyah: Perubahan Iklim Tersebab Pembakaran Batu Bara, Minyak, dan Gas

11 hari lalu

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nasir didampingi Sekretaris Umum Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, Ketua Bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup Muhammadiyah Anwar Abbas, dan Ketua Bidang Tabligh, Dakwah Komunitas, Kepesantrenan dan Pembinaan Haji-Umroh Muhammadiyah, Saad Ibrahim (dari kanan ke kiri) tiba untuk melakukan pertemuan dengan pengurus Nahdlatul Ulama di Gedung Nahdlatul Ulama, Jakarta, Kamis, 25 Mei 2023. Pertemuan tersebut dilakulan dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan membahasan isu terkini yang terjadi di Indonesia. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Muhammadiyah: Perubahan Iklim Tersebab Pembakaran Batu Bara, Minyak, dan Gas

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas mengajak masyarakat turut mencintai lingkungan sesuai ajaran Al Quran.


Perubahan Iklim Terus Bergerak, Muhammadiyah: Kita Tak Baik-baik Saja

12 hari lalu

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti (kiri) dan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir (kanan) saat pernyataan sikap PP Muhammadiyah terhadap konflik Israel- Palestina di kantornya, Menteng, Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023.  TEMPO/ Febri Angga Palguna
Perubahan Iklim Terus Bergerak, Muhammadiyah: Kita Tak Baik-baik Saja

Muhammadiyah bersama Kementerian Luar Negeri gandeng 13 negara dalam Global Forum for Climate Movement untuk perubahan iklim.


7 Fakta Unik Ulat Hong Kong, Bisa Jadi Sumber Pangan juga Penyelamat Lingkungan

12 hari lalu

Seorang warga memakan ulat Hong Kong dijual di sebuah toko di Seoul, Korea Selatan, 8 Agustus 2016. Ulat ini diketahui mengandung banyak vitamin, protein, dan serat. REUTERS
7 Fakta Unik Ulat Hong Kong, Bisa Jadi Sumber Pangan juga Penyelamat Lingkungan

Ulat Hong Kong, disajikan di restoran hingga jadi biskuit untuk penyintas stunting