TEMPO.CO, Jakarta - Piala Dunia Qatar 2022 sudah menjelang akhir dengan laga pertandingan yang disuguhkan semakin menegangkan. Banyak orang yang terbang ke Qatar demi melihat tim kesayangan atau hanya ingin melihat langsung, tak peduli negara mana yang bertanding.
Acara yang mengundang kerumunan ini tidak hanya dibayang-bayangi pandemi Covid-19 yang belum benar-benar selesai, tapi ada juga virus corona penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Umum dikenal sebagai 'Flu Unta', MERS adalah penyakit pernapasan yang jarang namun parah, bisa lebih mematikan daripada Covid-19.
Baca juga:
Kemungkinan wabah virus yang lebih mematikan di Piala Dunia telah ditandai oleh PARA pakar kesehatan yang didukung WHO. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal New Microbes and New Infections. Isinya memperingatkan bahwa sekitar 1,2 juta penggemar sepak bola berisiko terjangkit MERS.
Pakar penyakit mendaftarkan MERS sebagai salah satu dari delapan 'risiko infeksi' potensial yang secara teoritis dapat muncul selama empat minggu turnamen itu digelar. Sedangkan, Covid-19 dan cacar monyet atau mpox disebut sebagai dua ancaman yang paling mungkin terjadi.
Lima risiko infeksi lainnya adalah cacar, hepatitis A, hepatitis B, diare palancong, dan vector-borne diseases seperti leishmaniasis, malaria, dengue, dan rabies. Khusus untuk flu unta atau MERS , jurnal mengutip data epidemiologis dari Qatar yang menunjukkan kejadian 28 kasus atau1,7 per satu juta populasi.
Catatan dari CDC Eropa ada sedikitnya dua kasus MERS dilaporkan di Qatar pada Januari-Mei tahun ini, setelah kasus sebelumnya didata pada Februari 2020. Pada dua kasus di awal tahun ini tersebut, seorang di antaranya meninggal dengan riwayat kontak dengan unta.
Baca juga: Gantikan Teknologi VAR di Piala Dunia Qatar, Apa Itu SAOT?
Suporter Bola Diminta tak Kontak dengan Unta
Patricia Schlagenhauf, profesor bidang epidemiologi dari University of Zürich, Swiss, dan timnya mengatakan peringatan berlaku untuk Qatar dan juga negara-negara tetangga. Untuk diketahui, Qatar berbatasan dengan Arab Saudi, tempat MERS pertama kali dilaporkan satu dekade lalu.
“Penyakit juga dapat diekspor ke negara lain, seperti Inggris dan AS, karena banyaknya penggemar yang pergi ke Qatar untuk menonton turnamen,” kata Patricia yang juga Co-Director di WHO Collaborating Centre for Travellers' Health.
Inggris misalnya, pernah mencatat lima kasus MERS, terakhir pada seorang pelancong dari Timur Tengah pada Agustus 2018. Adapun saat ini ada sekitar 5.000 penggemar Inggris, juga Wales, diyakini menuju ke negara Arab itu untuk babak penyisihan grup. Mereka hanya merupakan sebagian kecil dari 1,2 juta pendukung yang ditargetkan berduyun-duyun ke Qatar untuk menyaksikan Piala Dunia pertama yang digelar di dunia Arab tersebut.
Unta telah diketahui menjadi inang alami dari virus tersebut, yang berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab pandemi Covid-19. Karena itu, demi mencegah adanya masalah kesehatan, sudah ada rekomendasi agar semua pelancong ke wilayah itu menghindari kontak dengan jenis mamalia ini.
"Mereka juga harus menghindari minum susu unta atau air kencing atau makan daging unta yang belum dimasak dengan benar," kata tim ilmuwan penyakit menular di belakang peringatan terbaru.
Siapapun yang kembali ke Inggris dengan gejala MERS, seperti pilek atau flu, diminta untuk mencari nasihat medis dan membagikan riwayat perjalanan mereka sebagai pengendalian dan pengujian infeksi. Menurut data, sekitar 35 persen dari mereka yang terkena MERS meninggal.
WEATHER, DAILY MAIL, ECDC
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.