TEMPO.CO, Bandung - Pelaksana Teknis Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid, mengatakan status aktivitas Gunung Semeru diturunkan dari Level IV atau Awas menjadi Level III atau Siaga terhitung 9 Desember 2022 pukul 12.00 WIB.
“Tingkat aktivitas Gunung Semeru ini akan ditinjau kembali jika terdapat kemunculan gempa-gempa vulkanik dan deformasi yang berkaitan dengan proses suplai magma ke permukaan (gempa low frequency, tremor, tiltmeter dan GPS) dalam kecenderungan yang signifikan,” kata dia, dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 9 Desember 2022.
Dengan turunnya status tersebut, Badan Geologi merekomendasikan agar warga tidak melakukan aktivitas apapun hanya di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan dan Kali Lanang sejauh 13 kilometer dari kawah Gunung Semeru.
Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas di sungai dan tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter di sempadan sungai sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
“Masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, serta tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Semeru,” kata Wafid.
Pengamatan visual pada Gunung Semeru menunjukkan masih terjadi aktivitas letusan yang kemudian membuat tumpukan material letusan (pyroclastic cone) atau lidah lava. Selain itu, masih teramati asap kawah berwarna putih bertekanan lemah dengan intensitas tipis hingga sedang dengan tinggi 500 meter dari puncak.
“Masih terjadi dua kali APB (awan panas guguran) dengan jarak luncuran hingga 6 kilometer ke arah tenggara. Teramati guguran dengan jarak 300-500 meter ke arah tenggara,” kata Wafid.
Gempa vulkanik dalam dan dangkal masih terekam dan berfluktuasi. Gempa letusan, gempa guguran masih terekam. Sejak status Gunung Semeru dinyatakan Awas pada 4 Desember 2022, tercatat empat kali awan panas guguran dengan durasi dan jarak luncuran yang sudah menurun.
“Pengamatan sejak 4 Desember 2022 hingga saat ini menunjukkan tidak ada gejala peningkatan kegiatan yang signifikan menuju APG yang cukup besar. Diduga perlu waktu untuk mengakumulasi material letusan menjadi sumber APG yang melebihi 7 kilometer,” kata Wafid.
Citra thermal juga mengindikasikan penumpukan material pijar di sekitar permukaan kawah. Namun dari citra thermal tersebut menunjukkan anomali yang relatif menurun pada periode 4-9 Desember 2022 dari 15 MW turun jadi 27 MW
Pengamatan gas SO2 dari citra Aura/OMI yang terlihat pada 2 Desember 2022 sebesar 1,78 Dobson Unit, saat ini hanya teraamati sebesar 0,62 Dobson Unit. Instrumen tiltmeter yang mengukur deformasi inflasi menunjukkan penurunan pascaerupsi 4 Desember 2022.
“Potensi ancaman bahaya Gunung Semeru saat ini berupa berupa banjir lahar bila material hasil erupsi dan APG tercampur dengan intensitas hujan tinggi, terutama di sungai yang berhulu di puncak, yakni Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat, serta anak-anak sungai di sekitarnya,” kata Wafid.
Badan Geologi sebelumnya menaikkan status aktivitas Gunung Semeru jadi Level IV atau Awas pada Minggu, 4 Desember 2022 pukul 12.00 WIB.
Baca:
Awan Panas Gunung Semeru: Begini Langkah-langkah Mitigasi Letusan Gunung Berapi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.