TEMPO.CO, Jakarta - BMKG telah mencatat sebanyak lebih dari 400 kali gempa susulan yang terjadi di Cianjur sejak gempa M5,6 mengguncang dari episentrumnya di Cugenang pada 21 November 2022. Per Jumat pagi, 9 Desember 2022, BMKG tepatnya mencatat sudah 406 kali gempa susulan yang terjadi.
Mungkinkah gempa darat lainnya yang terjadi di Jawa Barat berpengaruh terhadap panjangnya rangkaian gempa susulan di Cianjur tersebut? Sekalipun gempa-gempa itu telah dipastikan BMKG tak saling terkait karena memiliki pusat gempa dan mekanisme yang berbeda?
Baca juga: Info Gempa Terkini BMKG, Gempa Darat Pidie dan 19 Gempa Lainnya
Seperti dituturkan BMKG, gempa Cianjur yang telah menewaskan lebih dari 300 orang dan meruntuhkan puluhan ribu rumah itu adalah gempa dari lapisan kerak dangkal yang batuannya relatif heterogen dan tergolong rapuh. Batuan semacam itu jika mengalami deformasi atau patahan dapat memproduksi serangkaian gempa susulan.
Pusat Gempa di Cianjur, 1 Desember 2022. FOTO/twitter
Adapun di antara rangkaian gempa susulan yang terjadi di Cianjur, sejumlah gempa memang mengguncang daerah lainnya di Jawa Barat. Di antaranya yang memiliki kekuatan signifikan, dan guncangannya bisa dirasakan cukup luas, adalah yang terjadi di Garut dan Sukabumi.
Yang pertama terjadi pada 3 Desember berkekuatan M6,1. Sedang yang kedua pada 8 Desember lalu dengan kekuatannya M5,8. Keduanya sama memiliki pusatnya di darat dan tergolong jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas dalam lempeng Indo-Australia atau intraslab.
Menurut BMKG pula, gempa intraslab memiliki karakter mampu memancarkan energi rilis yang lebih besar daripada gempa sekelasnya dari sumber lain. Itu sebabnya peta guncangan yang dirasakan akibat gempa jenis ini umumnya lebih luas.
Jadi, apakah ground motion dari gempa-gempa intraslab dari Garut dan Sukabumi memiliki kontribusi untuk ratusan gempa susulan dari kerak dangkal di Cianjur?
Episentrum gempa bumi berkekuatan M6,1 di Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Sabtu sore 3 Desember 2022. (ANTARA/HO-BPBD Jawa Barat)
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, tak dapat memastikan itu. Menurut dia, tidak mudah untuk satu gempa bisa memicu gempa lain karena masing-masing memiliki masa akumulasi energi tersendiri.
"Proses maksimum matang dan proses batuan melampaui elastisitas saat mendapat tekanan tidak semudah yang dibayangkan bisa memicu gempa lain," tuturnya di antara pengumuman temuan zona Patahan Cugenang, Kamis 8 Desember 2022.
Kalaupun bisa dipicu, Daryono menambahkan, pusat gempanya mensyaratkan lokasi yang sangat dekat sekali dengan pusat gempa yang memicunya, segmennya bersambung, dan sama-sama sedang matang. Temuan kejadian ini diaku Daryono sangat jarang, tapi pernah pula teramati di Lombok, NTB.
Daryono menduga, kejadian yang sama tidak teramati di Jawa Barat sejauh ini. Dasarnya, dia mengungkap hasil monitoring BMKG tidak menunjukkan peningkatan aktivitas gempa dekat Cianjur. Artinya, gempa-gempa Cianjur, Garut, Sukabumi dan juga Tasikmalaya sekalipun berdekatan satu sama lain--lokasi ataupun waktu gempa-nya--mereka tak saling memicu.
"Memang sumbernya beda dan mereka memang sedang matang sehingga bisa terjadi kapan saja," kata Daryono sambil menambahkan, "Kalaupun lokasinya berdekatan, hanya kebetulan saja."
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.