Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Putri Zulzali dari Dibully hingga Menjadi Guru Penggerak

Reporter

Editor

Devy Ernis

image-gnews
Putri Zulzali, Guru Penggerak Mataram
Putri Zulzali, Guru Penggerak Mataram
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi Guru Penggerak, serangkaian proses Putri Zulzali lalui dengan penuh perjuangan. Pada awal 2021, perempuan 36 tahun ini sedang hamil besar ketika pendaftaran Guru Penggerak dibuka. Sempat ragu, akhirnya Putri mendaftar.

Karena laptopnya rusak, Putri meminjam komputer jinjing kawannya yang juga guru di sekolah. Dia mencicil sejumlah persyaratan menjadi guru penggerak, dari esai hingga kelengkapan administrasi lain. Di tengah persiapan itu, Putri melahirkan anak keduanya pada Maret 2021. Selama beberapa hari, anak kedua Putri harus masuk ruang neonatal intensive care unit (NICU) karena penyakit kuning.

Tiba di rumah setelah anaknya keluar dari NICU, Putri mendapat pesan otomatis yang masuk ke telepon selulernya agar segera merampungkan syarat Guru Penggerak sebelum batas waktu berakhir pada hari itu, 13 Maret 2021. Sambil mengasuh bayinya, Putri mengetik esai yang belum selesai. “Sewaktu keluar dari NICU dan kembali ke rumah, saya pinjam laptop keponakan dan langsung menyelesaikan esai sebelum tenggat hari itu pukul 23.00 WIB,” ujarnya.

Baca juga: Nadiem Minta Pemda Angkat Guru Penggerak Jadi Kepala Sekolah

Perjuangan lulusan Universitas Mataram itu tak sia-sia. Putri pun terpilih dan mengikuti pendidikan Guru Penggerak selama sembilan bulan. Selama mengikuti pelatihan yang digelar daring dan luring, dia mendapat dukungan penuh dari sekolah.

Saat Putri meninggalkan kelas karena mengikuti pelatihan Guru Penggerak secara tatap muka, rekan sejawatnya, Ahmad Muharrar, dengan sigap menggantikan dia mengajar di kelas I. Ahmad juga meminjamkan laptopnya kepada Putri untuk mengikuti pelatihan tersebut. “Walau pendidikan Guru Penggerak panjang dan menyita waktu, Bu Putri tetap gigih dan bersemangat menyelesaikannya,” kata Ahmad, yang merupakan guru kelas V.

Kepala Sekolah Dasar Negeri 34 Cakranegara, Ni Nengah Murniati, mengatakan selalu mendukung Putri ataupun guru lain untuk mengembangkan kapasitas diri di luar. Dia menilai Putri termasuk guru kompeten yang metode belajarnya disukai siswa. “Saya selalu mendorong guru-guru untuk bisa mendapatkan lebih banyak ilmu di luar agar manfaatnya juga dirasakan siswa dan sekolah,” ujarnya.

Berbagi Pengalaman Lewat Komunitas Guru Penggerak

Lewat komunitas Guru Penggerak Mataram, Putri juga saling berbagi ilmu. Siti Zikriyah, bendahara komunitas tersebut yang juga guru SD Negeri 5 Ampenan, Mataram, mengatakan komunitasnya kerap mengadakan pertemuan untuk membahas sejumlah program dan ide atau inovasi pembelajaran. “Di sini kami juga punya ‘hardisk alias hari diskusi kita untuk merefleksikan lagi pembelajaran di kelas masing-masing,” ujarnya.

Siti mengatakan komunitasnya memberikan coaching clinic untuk para calon guru penggerak angkatan keenam. Mereka juga telah merancang program untuk studi banding berbagi pengalaman dengan guru penggerak di wilayah lain. “Saat ini kami rancang antarkabupaten. Harapannya bisa ke wilayah lain, bahkan antarpulau. Namun, karena butuh biaya, kami sudah mengajukan anggaran ke Dewan dan akan disalurkan melalui dinas pendidikan,” tuturnya.

Melalui komunitas Guru Penggerak, Siti mengenal Putri dan saling berbagi cara mengajar yang menyenangkan. Menurut Siti, Putri adalah sosok guru yang sabar dan tulus. “Dengan segala keterbatasan dia, kami justru belajar banyak dari Bu Putri. Keterbatasan itu menjadikan dia bergerak maju,” katanya.

Gap Year karena Tak Ada Biaya Kuliah

Lulus dari Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nurul Hakim, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, pada 2005, Putri tak pernah terpikir untuk melanjutkan kuliah. Kondisi ekonomi keluarganya serba pas-pasan.

Orang tua Putri hanya berjualan bahan-bahan es buah di Pasar Cakranegara, Mataram. Kondisi terberat dialami Putri ketika ayahnya meninggal dan kakak keduanya, Suraiya, mengalami kecelakaan sehingga membutuhkan biaya pengobatan. Putri yang merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara terpaksa menunda rencananya kuliah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Suraiya mengatakan dia selalu memberikan dukungan kepada Putri agar tak pantang menyerah. Sebaliknya, ketika Suraiya mengalami kecelakaan sepeda motor, Putri berusaha memulihkan ingatan kakaknya yang kala itu divonis dokter mengalami amnesia. “Kami saling mendukung dan menyemangati,” ujar Suraiya.

Pernah Jadi Korban Bullying

Pada 2006, ibunda Putri meminta anak-anaknya patungan membiayai kuliah Putri. Dia akhirnya bisa kuliah di Universitas Mataram jurusan pendidikan guru sekolah dasar dengan mendapat beasiswa. Pengalaman waktu kecilnya membawanya menjadi seorang guru. Waktu duduk di sekolah dasar, Putri dibully oleh kawannya karena belum bisa membaca.

“Saya mengambil jurusan itu karena waktu kecil saya mengalami kesulitan belajar sampai dipanggil bodoh sama kawan. Dari situ saya mau bantu anak-anak supaya bisa belajar dengan baik,” katanya.

Lulus kuliah pada 2010, Putri sempat menganggur dua tahun. Tak ada sekolah yang menerima dia sebagai guru saat itu. Ketika itu, dia membantu ibunya berjualan. Sampai pada 2012, Putri diterima menjadi guru honorer di SD Negeri 34 Cakranegara.

Mayoritas siswa di sekolah itu beragama Hindu. Hanya ada satu-dua siswa muslim di kelas I dari total 28 siswa. Meski begitu, lingkungan sekolah amat menjunjung toleransi. “Saya ingin ilmu saya bisa mengalir kepada siapa pun,” ujarnya.

Gaji Kecil Tak Menyurutkan Semangat

Selama hampir sepuluh tahun mengajar, gaji Putri tak pernah lebih dari Rp 1 juta. “Awal honorer gaji Rp 250 ribu, naik bertahap pada 2021 jadi Rp 1 juta setelah ada kebijakan Mas Menteri (Nadiem Anwar Makarim), yakni dana Bantuan Operasional Sekolah bisa untuk gaji guru honorer,” tuturnya.

Guna menutup kebutuhan sehari-hari, Putri mengajar les privat di lembaga bimbingan belajar. Dia juga menjadi guru mengaji di SDN Model Mataram hingga 2018. “Dulu tiap hari berangkat pagi mengajar di SDN 34, siangnya di SDN Model, dan sorenya hingga malam mengajar privat,” katanya.

Dengan segala keterbatasan itu, Putri tak patah semangat. Kabar gembira menghampiri Putri pada awal 2022. Dia dinyatakan lulus seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja. Gajinya naik menjadi Rp 3,7 juta. “Saya enggak pernah pikirkan gaji atau finansial. Saya jalani semua dengan niat ilmu kita bisa bermanfaat,” ujarnya.

Baca artikel selengkapnya di Majalah Tempo di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1

3 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1

IJTech milik FTUI kembali menjadi jurnal terindeks kuartil tertinggi (Q1) berdasarkan pemeringkatan SJR yang dirilis pada April 2024


Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

4 hari lalu

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim pada acara peringatan Hari Guru Nasional 2023 di Indonesia Arena, Jakarta, Sabtu (25 November 2023). Acara ini dihadiri sekitar 7,500 guru. (ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah)
Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

Tenaga pendidik akan ditempatkan Kemendikbudristek di CLC yang berlokasi di perkebunan atau ladang dengan masa penugasan selama 2 tahun.


Siap-siap PPDB Online 2024-2025 Segera Dimulai, Begini Caranya

9 hari lalu

Orang tua murid berkonsultasi terkait pendaftaran online Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2021/2022 di Posko Pelayanan PPDB Jakarta Selatan, SMA Negeri 70 Bulungan, Jakarta, Senin, 21 Juni 2021.  TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Siap-siap PPDB Online 2024-2025 Segera Dimulai, Begini Caranya

Berikut perkiraan tanggal pendaftaran PPDB Online 2024 akan dibuka untuk jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK, beserta alurnya.


Viral Soal Pakaian Adat Seragam Sekolah, Kota di Sumbar Telah Menerapkannya

9 hari lalu

Siswa Sekolah Dasar Islam Excellent Plus Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, mengenakan pakaian adat untuk seragam sekolah. Foto: SF Islam Excellent Plus/Istimewa
Viral Soal Pakaian Adat Seragam Sekolah, Kota di Sumbar Telah Menerapkannya

Salah satu daerah yang menerapkan kebijakan Permendikbud Ristek soal pakaian adat sebagai seragam sekolah pada waktu tertentu adalah Bukittinggi.


Setelah Pramuka Tak Jadi Ekskul Wajib, Kebijakan Kemendikbud Soal Seragam Sekolah Disorot Publik

9 hari lalu

Pedagang seragam sekolah menunggu calon pembeli di Pasar Jatinegara, Jakarta, Minggu, 5 Juli 2020.  ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Setelah Pramuka Tak Jadi Ekskul Wajib, Kebijakan Kemendikbud Soal Seragam Sekolah Disorot Publik

Dua kebijakan Kemendikbud dapat sorotan publik, soal Pramuka tak lagi jadi ekskul wajib dan seragam sekolah.


Kemendikbud akan Tindak Tegas Dekan Unas yang Dituding Catut Nama Dosen UMT

11 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
Kemendikbud akan Tindak Tegas Dekan Unas yang Dituding Catut Nama Dosen UMT

Kemendikbudristek saat ini sedang berkoordinasi untuk menyelidiki dugaan pencatutan nama dosen UMT oleh Dekan Unas Kumba Digdowiseiso.


20 Persen Sekolah Belum Menerapkan Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek Lakukan Ini

14 hari lalu

Suasana ruang kelas di Jakarta pada Selasa (21 Maret 2023). Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah membuka pendaftaran bagi satuan pendidikan yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun pelajaran 2023-2024. (ANTARA/HO-Kemendikbudristek)
20 Persen Sekolah Belum Menerapkan Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek Lakukan Ini

Untuk mendorong sekolah menerapkan kurikulum merdeka, Kemendikbudristek membuat sejumlah program.


Pendaftaran PPG Prajabatan 2024 Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftarnya

18 hari lalu

Ilustrasi guru madrsah. Foto : Kemendag
Pendaftaran PPG Prajabatan 2024 Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftarnya

PPG Prajabatan merupakan salah satu program prioritas Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk memenuhi kebutuhan guru.


Nadiem Makarim Sebut Ferienjob Jerman yang Diduga Jadi Kedok TPPO Bukan Bagian Magang Merdeka

21 hari lalu

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim saat menghadiri agenda perilisan Peraturan Mendikbudristek tentang Kurikulum pada Jenjang PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, di Gedung Kemdikbud, Jakarta Selatan, pada Rabu, 27 Maret 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Nadiem Makarim Sebut Ferienjob Jerman yang Diduga Jadi Kedok TPPO Bukan Bagian Magang Merdeka

Nadiem menyatakan ferienjob bukan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dari kementeriannya.


Koordinator Universitas Jambi Sebut Ferienjob sebagai Implementasi Merdeka Belajar

22 hari lalu

Universitas Jambi. Dok. ANTARA
Koordinator Universitas Jambi Sebut Ferienjob sebagai Implementasi Merdeka Belajar

Universitas Jambi menjelaskan keikutsertaanya dalam mengirim mahasiswa ke Jerman untuk mengikuti ferienjob.