Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Eksperimen Edit Gen dan Cerita Alyssa Remisi Kanker Pertama Kali

image-gnews
Alyssa pada hari dia menerima terapi sel yang diedit secara genetik pada bulan Mei. Great Ormond Street Hospital for Children
Alyssa pada hari dia menerima terapi sel yang diedit secara genetik pada bulan Mei. Great Ormond Street Hospital for Children
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tak terdeteksi lagi sel kanker pada Alyssa, 13 tahun, setelah dirinya menjadi orang pertama menerima terapi yang melibatkan teknik gunting molekuler (CRISPR) terbaru yang disebut editing basa. Remaja ini pada 2021 lalu terdeteksi sebagai pasien dengan leukimia yang agresif, atau dalam bahasa medis T-cell acute lymphoblastic leukaemia (T-ALL).

Berbagai terapi kimia dan pengobatan, hingga cangkok sumsum tulang, telah selama ini tak mengubah kondisi Alyssa, hingga eksperimen teknik baru itu digunakan pada Mei lalu. Sebagai bagian dari eksperimen itu, kepada Alyssa juga diberikan satu dosis sel imun dari donor yang telah dimodifikasi untuk menyerang kanker. 

Setelah 28 hari, hasil tes menunjukkan Alyssa dalam kondisi remisi--meski ini belum akan jelas berapa lama akan bertahan. Remisi berarti tanda dan gejala kanker dalam tubuh yang bersangkutan berkurang, bahkan menghilang.

"Ini sangat luar biasa sekalipun masih hasil yang sangat awal, yang masih perlu dimonitor dan dikonfirmasi selama beberapa bulan ke depan," kata Robert Chiesa, anggota tim dokter yang merawat Alyssa, dalam sebuah pernyataan yang dirilis Great Ormond Street Hospital (GOSH), London, Inggris, pada 11 Desember 2022.

Baca juga: Penelitian Ungkap Kanker Payudara Cenderung Menyebar Saat Kita Tidur

Sel-T dan CAR-T Hadapi Leukimia

Leukimia disebabkan oleh sel-sel imun dalam sumsum tulang yang berlipatganda tak terkendali sehingga malah menjadi merugikan. Ini biasanya dihadapi dengan mematikan seluruh sel dalam sumsum tulang lewat kemoterapi dan kemudian mengganti dengan sumsum tulang baru hasil transplantasi. 

Dalam banyak kasus, cara itu bisa berhasil. Jika gagal, para dokter bisa mencoba sebuah pendekatan yang dikenal sebagai terapi CAR-T. 

Terapi itu dilakukan dengan menambahkan sebuah gen ke satu jenis sel imun yang dikenal sebagai Sel-T untuk membuatnya mencari dan menghancurkan sel-sel kanker. Sel-sel imun yang sudah direkayasa itu disebut sel CAR-T.

Pada awalnya, terapi CAR-T juga mencakup memindahkan seluruh sel-T yang ada, merekayasa dan menanamkannya ulang dalam tubuh pasien. Ini karena jika menggunakan sel-T dari orang lain atau donor, sel-sel itu menyerang setiap sel lain dalam tubuh pasien.

Masalahnya, pendekatan personalisasi hasil rekayasa sel-T ini menambahnya lebih mahal lagi. Belum lagi kerap tidak bisa didapatkan jumlah sel-T yang cukup untuk bisa menciptakan sel-sel CAR-T ketika seseorang sudah sangat sakit.

Ilustrasi rekayasa genetika.[RTE]

Edit Gen Tambahan dan Risiko Sel Kanker Baru

Untuk mengatasinya, sejumlah kelompok dokter telah melakukan edit-gen sel-T sehingga yang sudah didapat dari seorang donor bisa digunakan untuk diberikan ke banyak pasien. Pada 2015, Waseem Qasim dari University College London Great Ormond Street Institute of Child Health dan timnya menjadi yang pertama mencoba cara ini.

Dengan cara itu pula Qasim dkk sukses merawat Layla, pasien bocah perempuan berusia satu tahun, yang sebelumnya tak bisa disembuhkan dengan beragam terapi lainnya. Pendekatan itu yang kini telah diizinkan digunakan di Inggris Raya untuk para pasien leukimia, melibatkan apa yang disebut sel-B--tipe lain dari sel imun tubuh. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Leukimia pada Alyssa disebabkan sel-T dan jika sel-sel CAR-T dimodifikasi untuk menyerang sel-T, mereka hanya akan membunuh satu sama lain. Karenanya Qasim dan timnya membuat sebuah perubahan tambahan terhadap sel-sel CAR-T dengan melumpuhkan gen untuk reseptor yang mengidentifikasi mereka sebagai sel-T. 

Menciptakan sel CAR-T seperti itu mensyaratkan editing empat gen sekaligus, yang menuntun ke problem atau risiko yang lain. Edit gen konvensional melibatkan memotong untaian DNA dan bergantung ke bengkel sel untuk menyambung kembali untaiannya. Ketika banyak potongan dibuat sekaligus, banyak sel akhirnya mati. 

Bahkan ketika sel itu masih hidup, sambungan yang salah bisa tumbuh, menuntun ke sejumlah mutasi signifikan yang berpotensi membuat sel-sel bersifat kanker. Semakin banyak edit gen yang dilakukan, semakin besar peluangnya untuk menjadi sel kanker baru. 

Baca juga: Seperti Apa Edit Gen dan Teknologi Transgenik di Indonesia?

Eksperimen Tekan Risiko Kanker Baru

Jadi Qasim dan timnya menggunakan satu teknik CRISPR yang telah dimodifikasi tidak menggunting DNA, tapi mengubah satu huruf DNA menjadi huruf yang lain. Teknik ini dikenal sebagai edit basa, dan Alyssa adalah  orang pertama yang pernah dirawat dengan sel CAR-T hasil editing basa ini. "Kami sangat senang dia dalam kondisi remisi untuk pertama kalinya," kata Qasim. 

Robin Lovell-Badge dari Francis Crick Institute, London, setuju editing basa sangat menjanjikan, tidak hanya dalam kasus ini tapi juga untuk kelainan genetik. "Banyak teknik perawatan lainnya yang sedang dikembangkan melibatkan teknik editing basa ini," kata dia.

Tiga di antaranya sudah berjalan. Yang pertama dimulai di Selandia Baru pada Juli lalu. Eksperimen oleh sebuah perusahaan bernama Verve Therapeutics terhadap kondisi warisan genetik penyebab kadar kolesterol tinggi nan berbahaya.

NEW SCIENTIST, GOSH, LIVE SCIENCE

 


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sayuran Ini Layak Dimakan Setiap Hari karena Manfaat Supernya

28 menit lalu

Ilustrasi sop kembang kol. shutterstock.com
Sayuran Ini Layak Dimakan Setiap Hari karena Manfaat Supernya

Buat yang mau memperbanyak makan sayuran, kembang kol bisa jadi pilihan karena kaya nutrisi bermanfaat seperti serat, vitamin C, vitamin K, dan kolin.


Dua Orang Dekat Pangeran William Mengidap Kanker, Ini 7 Jenis Kanker Mematikan di Dunia

2 hari lalu

Pangeran William dan Kate Middleton terlihat bersama pada Senin, 11 Maret 2024 usai operasi perut yang dilakukan Putri Wales , Januari lalu. Foto: Bruce Bennet via Daily Mail.
Dua Orang Dekat Pangeran William Mengidap Kanker, Ini 7 Jenis Kanker Mematikan di Dunia

Kanker jadi penyebab kematian paling tinggi di dunia setelah jantung dan stroke, dua orang dekat Pangeran William terkena penyakit itu.


3 Fakta Kanker Karena Faktor Keturunan, Cara Mendeteksi dan Tips Mencegahnya

2 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Wikipedia
3 Fakta Kanker Karena Faktor Keturunan, Cara Mendeteksi dan Tips Mencegahnya

Ada sejumlah cara untuk mengetahui apakah Anda memiliki gen kanker yang diwariskan atau tidak.


Muncul ke Publik Pertama Kali, Raja Charles III Siap Hadiri Acara Paskah

2 hari lalu

Jenis kanker yang diidap Raja Charles belum diungkap. Sel kanker itu ditemukan saat Raja menjalani pengobatan pembesaran prostat baru-baru ini. Namun, menurut kabar, kanker yang diderita Raja Charles bukan kanker prostat. REUTERS/Toby Melville
Muncul ke Publik Pertama Kali, Raja Charles III Siap Hadiri Acara Paskah

Istana Buckingham mengkonfirmasi Raja Charles III bersama Camila akan menghadiri acara paskah pada 31 Maret 2024.


5 Pesohor Yang Mengidap Kanker Seperti Kate Middleton

2 hari lalu

Kylie Minogue. AP/Shizuo Kambayashi
5 Pesohor Yang Mengidap Kanker Seperti Kate Middleton

Kate Middleton menambah jumlah pesohor yang mengalami kanker.


Ayah dan Istri Sakit Kanker, Sejarawan Komentari Kondisi Pangeran William

2 hari lalu

Pangeran William menemani Putri Charlotte, dan Pangeran Louis menghadiri acara penyambutan bagi murid baru di Lambrook School, Berkshire, Inggris, 7 September 2022. Keluarga tersebut telah pindah ke Adelaide Cottage di Windsor Home Park, yang terletak di sebelah timur Kastil Windsor dan di wilayah Berkshire di Inggris. Jonathan Brady/Pool via REUTERS
Ayah dan Istri Sakit Kanker, Sejarawan Komentari Kondisi Pangeran William

Pangeran William mengkhawatirkan kondisi ayah, istri dan anak-anaknya, namun dia diprediksi sangat tabah.


5 Tanda Anda Harus Jalani Kolonoskopi sebelum Berumur 45 Tahun

3 hari lalu

Ilustrasi kanker usus besar. shutterstock
5 Tanda Anda Harus Jalani Kolonoskopi sebelum Berumur 45 Tahun

Dengan kenaikan kasus kanker kolorektal pada orang muda, mereka yang berusia di bawah 45 tahun pun disarankan melakukan kolonoskopi.


3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

4 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

Ada tiga gejala yang perlu diwaspadai terkait kanker ginjal. Pasalnya, kebanyakan pasien tak merasakan gejala sehingga penting mengetahui tandanya.


4 Tahun Lalu Ibunda Jokowi Berpulang, Ini Nasihat Sudjiatmi Notomiharjo untuk Putranya

4 hari lalu

Joko Widodo atau Jokowi berfoto bersama ibunya, Sudjiatmi Notomihardjo, di Jakarta Selatan, Kamis, 20 September 2012. Ibunda Presiden Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo, meninggal di Solo pada Rabu, 25 Maret 2020 pukul 16.45 WIB. Dok TEMPO/Dhemas Reviyanto
4 Tahun Lalu Ibunda Jokowi Berpulang, Ini Nasihat Sudjiatmi Notomiharjo untuk Putranya

Tepat 4 tahun lalu, ibu Jokowi meninggal dunia di usia yang ke-77 karena penyakit kanker


Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

4 hari lalu

Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara Sp.PD-KHOM dalam edukasi bertajuk Webinar Awam Untuk Tingkatkan Kesadaran Akan Penyakit Multiple Myeloma oleh Johnson & Johnson Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia dan dihadiri oleh sekitar 80 peserta pada Sabtu 23 Maret 2024/Johnson & Johnson
Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

Multiple myeloma juga dikenal sebagai kanker darah terbanyak di dunia setelah leukemia.