TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Gajah Mada lewat Green e-Waste and Battery Recycling Research Group UGM (Greenery) memberikan kontribusi dalam menjawab tantangan perkembangan kendaraan listrik dan baterai di Indonesia. Group peneliti ini berfokus pada pengembangan teknologi proses daur ulang baterai.
Dirintis sejak 2014, Greenery merupakan kelompok penelitian Fakultas Teknik UGM dari multidisiplin keilmuan seperti Teknik Elektro, Teknik Mesin, dan Teknik Kimia UGM yang telah mengembangkan proses daur ulang secara menyeluruh sehingga terbentuk sirkular ekonomi yang sempurna.
Grup penelitian ini telah berhasil mematenkan teknologi daur ulang untuk pengolahan limbah baterai Litium kendaraan listrik dengan berbagai tipe seperti LCO (Lithium Cobalt Oxide), LFP (Lithium Ferrous Phosphate), NCA (Lithium Nickel Cobalt Alumunium Oxide) dan NMC (Lithium Nickel Manganese Oxide).
Berdirinya research group ini dilatarbelakangi oleh perkembangan teknologi kendaraan listrik berbasis baterai yang terus meningkat. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 mendorong pertumbuhan jumlah kendaraan listrik di Indonesia terus meningkat, bahkan target pada 2027 diperkirakan sekitar 20 persen populasi kendaraan konvensional telah beralih menjadi kendaraan listrik.
Namun, demikian dalam pengembangan kendaraan listrik terdapat tantangan besar di masa mendatang yaitu limbah baterai yang dapat diisi ulang baterai pada kendaraan listrik ada batasnya. Sedangkan, setelah 5 sampai 10 tahun baterai tersebut akan berubah menjadi limbah yang perlu ditangani secara serius.
Permasalahan inilah yang sejak dini menjadi perhatian peneliti UGM dengan mengembangkan teknologi daur ulang baterai lithium yang ramah lingkungan ekonomis dan diharapkan dapat dihilirkan pada industri.
Di awal limbah baterai akan melalui proses penyortiran yang mampu memisahkan baterai rusak dan baterai yang masih bisa digunakan. Selanjutnya, baterai rusak akan dilakukan pengosongan daya secara otomatis untuk menjamin sisi pada proses daur ulang.
Baca juga:UGM Borong 13 Penghargaan di Anugerah Diktiristek Kemendikbud 2022
Limbah baterai yang telah aman akan masuk mesin pembongkar dismantling atau penghancur. Setelah itu, batu hasil pembongkaran dikenai pemisahan secara fisik sehingga mampu menghasilkan produk berharga yang siap dijual atau diolah kembali, produk ini seperti selongsong stainless, aluminium, tembaga, grafit, dan serbuk aktif katoda.
Hasil berupa serbuk aktif katoda dapat diproses kembali secara kimia menggunakan hydrometallurgy melalui tahapan leaching, presipitasi dan purification. Sehingga didapatkan produk akhir senyawa logam prekursor baterai yang bisa digunakan kembali untuk membuat baterai baru.
Pihak Greenery juga telah mengklaim produknya memiliki kualitas yang baik dan ramah lingkungan. “Kualitas produk kami telah diuji dan terbukti menghasilkan produk dengan kualitas yang sangat baik, demi menjamin proses yang efisien ekonomis dan ramah lingkungan,” dikutip dari Youtube Fakultas Teknik UGM.
Selain itu, teknologi daur ulang baterai UGM masuk dalam kategori zero waste process sebab pada pengolahan limbah dilakukan secara bertahap mulai dari presipitasi logam, absorpsi, dan pemisahan membran. Selanjutnya, proses kimia mampu memenuhi spesifikasi air proses, sehingga dapat diumpankan kembali sebagai sumber air daur ulang baterai.
Greenery UGM dengan dukungan pendanaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bersama dengan berbagai mitra industri seperti Astra Otoparts, VIAR Motor Indonesia, PT. Atmi Solo, WIKA Industri Energi, dan Senzo terus melakukan penelitian dan inovasi terhadap proses daur ulang baterai agar mendapatkan teknologi daur ulang baterai yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Pada tahun ini juga rencananya Greenery akan melanjutkan penelitian pada pilot project dengan kapasitas olahan baterai yang lebih besar untuk lebih mendekati desain proses yang sesungguhnya.
ZAHRANI JATI HIDAYAH
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.