TEMPO.CO, Jakarta - Sebulan pascagempa bumi di Cianjur, status tanggap darurat telah berganti menjadi masa transisi darurat pemulihan. Meski demikian, Universitas Padjadjaran (Unpad) tetap berkomitmen membantu penanganan penyintas di Cianjur. Hal itu dilakukan dengan fokus pada pemulihan trauma dan dukungan psikososial.
Aktivitas pemulihan trauma ini dikoodinasikan melalui Fakultas Psikologi bekerja sama dengan Pusat Riset Kebencanaan Unpad. Sasaran utama dari aktivitas pemulihan trauma ini adalah kelompok anak-anak, orang tua, serta kelompok guru.
Koordinator tim psikososial Unpad Hari Setyowibowo mengatakan berdasarkan hasil koordinasi dengan instansi terkait, dukungan tetap diperlukan untuk membantu pemulihan setelah masa tanggap darurat berakhir. Untuk itu, Unpad siap melakukan pemulihan psikososial bagi para penyintas gempa Cianjur selama 4 – 6 bulan ke depan.
Baca juga:Ikut IISMA Vokasi, Mahasiswi Unpad Ini Magang di Mercedes-Benz Inggris
“Ketika semua relawan setelah fase tanggap darurat itu kembali ke lokasinya masing-masing, diharapkan Unpad masih ada mendampingi Cianjur,” kata Hari saat menjelaskan mengenai rencana dukungan psikososial Unpad di hadapan Bupati Cianjur Herman Suherman pada Selasa, 20 Desember 2022.
Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, pihaknya merancang program utama bertajuk “Unpad Bermanfaat Dukungan Psikososial untuk Cianjur Bangkit”. Program ini bertujuan mengembangkan kapasitas masyarakat Cianjur pascabencana.
Program "Tiga Siap" untuk Dukung Psikologis Pelajar
Fokus utama pendampingan adalah komunitas dan sekolah. Dari program utama tersebut, ada empat program dukungan psikososial yang akan dilaksanakan. Program pertama adalah “Tiga Siap”. Program ini berupa dukungan untuk anak-anak sekolah dari kelompok SD, SMP, dan SMA. Melalui program ini, anak-anak didorong untuk siap belajar, siap bangkit, dan siap berbagi.
“Program ini diperuntukkan bagi adik-adik pelajar karena salah satu tantangannya adalah bagaimana mereka bisa kembali belajar,” tutur Hari.
Program kedua adalah “Program Menjadi Teman Berbagi”. Program ini mendorong remaja dan guru untuk bisa berbagi membantu teman-temannya. Melalui program pelatihan dengan modul yang disiapkan, program ini diharapkan menghasilkan individu yang siap menjadi teman curhat bagi teman-temannya. Program ketiga adalah pendampingan terhadap guru.
Konseling untuk Guru
Hari mengatakan, program ini muncul berdasarkan hasil diskusi dengan para guru penggerak dan guru konseling di Cianjur. Dari hasil diskusi itu diperoleh kesimpulan bahwas guru juga memerlukan dukungan psikososial dari para relawan.
Sebagai implementasinya, Fapsi Unpad akan menyiapkan layanan konseling daring bernama “Temani Guru” yang siap dihubungi untuk melakukan pendampingan terhadap guru sekolah di Cianjur. “Kami akan sediakan platform dan nomor yang bisa dihubungi, dan sudah ada 20 psikolog yang stand by dihubungi,” jelas Hari.
Sementara program terakhir adalah “Dekat” atau “Dukung Keluarga Tangguh”. Program ini dikhususkan untuk melakukan pendampingan kepada orang tua pelajar. “Ini disebabkan, sekolah membutuhkan dukungan orang tua untuk mendidik anaknya,” imbuh Hari.
Lebih lanjut Dosen Departemen Psikologi Pendidikan Fapsi Unpad tersebut mengatakan, program ini diharapkan bisa dimulai setelah masa tanggap darurat berakhir. Ada tiga sekolah yang menjadi pilot dari program ini. “Dari kami sendiri, kami menyiapkan mahasiswa, alumni, dan dosen yang akan terlibat,” tuturnya.
Dekan Fapsi Unpad Zahrotur Rusyda Hinduan mengatakan ke depan program dukungan psikososial ini akan terintegrasi dengan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) di Unpad. Saat ini, relawan awal yang turun adalah kelompok mahasiswa Profesi Psikolog. Ke depan, relawan merupakan mahasiswa program Sarjana Psikologi ataupun program Sarjana lainnya yang ada di Unpad.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.