TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah investigasi internal di induk perusahaan TikTok, ByteDance, bocor pada Kamis pekan lalu. Isinya menyatakan menemukan beberapa orang di dalam perusahaan yang telah mengakses data TikTok milik setidaknya dua jurnalis Amerika Serikat dan 'sekelompok kecil' orang lain yang terkoneksi dengan keduanya.
Pelaku disebutkan ada empat orang, terdiri dari dua berbasis di Amerika dan dua di Cina. Adapun data yang diakses termasuk IP address si reporter, yang digunakan untuk melihat apakah mereka telah secara fisik dekat dengan karyawan TikTok yang diduga membocorkan informasi ke pers.
Dalam sebuah email kepada para karyawannya, CEO ByteDance Rubo Liang mengaku kalau dia "sangat kecewa" dengan temuan itu. Dia juga menyatakan bahwa kepercayaan publik yang telah dibangun melalui usaha keras bakal terpengaruh signifikan oleh kesalahan segelintir individu.
Dalam email internal lainnya, CEO TikTok yang melapor ke Liang, Shou Chew, merujuk insiden sebagai "tindakan segelitir orang yang tidak dipikir panjang". Dan dalam email yang ketiga, Penasihat Umum TikTok Erich Andersen mengatakan tim Risiko dan Audit Internet di perusahaan itu sudah langsung dirombak.
Investigasi, yang dikerjakan sebuah firma hukum di luar perusahaan, mengungkap bahwa dua jurnalis yang datanya diakses tim Audit Internal tersebut bekerja untuk BuzzFeed dan The Financial Times. Namun, Forbes juga mengatakan kalau tiga jurnalisnya juga dilacak. Mereka adalah Emily Baker-White, Katharine Schwab, dan Richard Nieva, seluruhnya pernah bekerja untuk BuzzFeed sampai awal musim panas lalu.
Sedangkan The Financial Times mengatakan reporternya yang ditarget adalah Cristina Criddle. Reporter ini telah sejak Juni lalu menulis berita yang mengungkap kalau belasan pekerja telah berhenti dari kantor TikTok London sejak awal tahun ini. Mereka mengeluhkan antara lain bekerja sampai 12 jam dalam sehari atau mutasi sekembalinya dari cuti.
“Memata-matai reporter, mengganggu pekerjaan mereka atau mengintimidasi sumber-sumber mereka jelas tidak bisa diterima," bunyi pernyataan The Financial Times. "Kami akan membuat laporan investigasi yang lebih dalam sebelum memutuskan respons resmi kami atas semua ini."
Pimpinan di bagian audit dan kontrol risiko ByteDance, Song Ye, telah meninggalkan perusahaan gara-gara investigasi tersebut. Selain dia, ada tiga karyawan lain yang sudah dipecat. Satu di antaranya adalah Chris Lepitak, Kepala Audit Internal TikTok.
Berawal dari Laporan Forbes
Investigasi dipicu oleh isi laporan di Forbes pada Oktober bahwa ByteDance telah merencanakan penggunaan TikTok untuk melacak data lokasi beberapa warga Amerika. Saat itu reporter yang menulis berita itu mengungkap pengakuan perusahaan telah mengumpulkan data lokasi menggunakan IP address.
TikTok membantah isi berita itu mentah-mentah dengan menyatakannya tak berdasar, dan setiap karyawan yang menggunakan sistem audit seperti yang dilukiskan Forbes pasti akan dipecat.
Laporan Forbes itulah yang kemudian mendorong investigasi di ByteDance, yang kemudian diikuti dengan pemecatan karyawan. CFO ByteDance Julie Gao kini mengambil alih kendali di Bagian Kontrol Risiko dan Audit.
Hasil investigasi ini muncul seiring rencana legislator AS yang ingin membatasi TikTok karena kekhawatiran akan keamanan nasional. Aplikasi berbasis video pendek yang amat populer ini memang sudah dalam pengawasan dalam hal penanganan data privasi pengguna.
Sebanyak selusin negara bagian di Amerika telah melarang TikTok terpasang di ponsel pejabat pemerintahannya dan para senator seperti Marco Rubio sedang menggodok regulasi untuk melarang sepenuhnya aplikasi itu di Amerika Serikat. Rubio dkk mencemaskan kalau aplikasi itu memberikan Partai Komunis Cina kemampuan memantau dan mempengaruhi warga Amerika.
TikTok sebenarnya sudah mengambil langkah-langkah untuk menjaga jarak dari ByteDance dan sedang dalam serangkaian negosiasi dengan pemerintah Amerika untuk secara total memisahkan data pengguna dari Cina. Tapi masih belum jelas akan seperti apa hasil negosiasi itu.
Pada Juni lalu, TikTok mengatakan telah mulai merutekan data pengguna di Amerika untuk memupus kekhawatiran soal akses ilegal oleh otoritas di Cina. Dalam memo ke karyawan, Shou Chew mengatakan telah secara sistematis memotong titik akses dan sekarang seluruh data pengguna Amerika dikelola Oracle.
THE VERGE, FT TIMES
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.