Kemampuan menanggalkan ekor, yang di kalangan ilmuwan disebut caudal autonomy, adalah sistem pertahanan anti-pemangsa yang umum ditemukan pada keluarga kadal. Ketika diserang, biasanya cicak dan kadal menanggalkan ujung ekornya yang terus menggeliat, kemudian melarikan diri. Pemangsanya terkadang tertipu dan menyantap ekor tersebut, sedangkan si kadal bersembunyi di tempat yang aman. Ekor baru kadal itu akan tumbuh tak lama kemudian.
Masing-masing jenis kadal memiliki kemampuan menanggalkan ekor yang berbeda, terkadang ditentukan oleh lokasi mereka berada. Selama lebih dari satu abad, ahli biologi menduga variasi ini dikendalikan hanya oleh tekanan predator, yaitu ketika satwa pemangsa kadal di daerah itu meningkat, kebutuhan mekanisme pertahanan yang efektif ini juga melonjak.
Tim University of Michigan memutuskan untuk menguji ide tekanan predator menggunakan kombinasi cerdas antara eksperimen laboratorium dan pengukuran lapangan di Yunani daratan dan beberapa pulau di Laut Aegean yang dihuni beragam kombinasi pemangsa yang berbeda.
Ternyata tak semua binatang pemangsa dihadapi dengan mekanisme pertahanan istimewa itu. "Satu-satunya predator yang paling berbahaya adalah ular viper," kata Johannes Foufopoulos, ahli ekologi vertebrata.
Hasil eksperimen Foufopoulos dan timnya tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Evolution pekan lalu. "Di Laut Aegean, viper khusus memangsa kadal," kata Foufopoulos. "Jadi, masuk akal bila alat pertahanan utama ini ditujukan pada musuh terbesar mereka, ular viper. Tak ada yang menghubungkan perilaku itu, sampai saat ini."
TJANDRA DEWI|SCIENCEDAILY