TEMPO.CO, Jakarta - BMKG memperbarui prakiraannya untuk potensi cuaca ekstrem di Indonesia, Selasa 27 Desember 2022. Ini terangkai dengan keterangan yang disampaikan pada 21 Desember lalu. “Ada signifikansi dinamika atmosfer yang dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem selama periode libur Natal dan Tahun Baru atau Nataru 2022/2023,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya yang terkini yang disampaikan daring.
Dwikorita merujuk pembaruan dinamika atmosfer itu berupa tumbuhnya bibit Siklon Tropis 95W di Samudera Pasifik sebelah utara Papua Barat. "Pada penjelasan yang lalu ini tidak ada," katanya.
Baca juga: Penjelasan BMKG Sebelumnya Soal 4 Fenomena Terjadi Sekaligus
Posisi bibit siklon per hari ini disebutnya berada di lokasi 8,8 derajat Lintang Utara dan 130,9 derajat Bujut Timur, dengan kecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan terendah 1008 mb. Berdasarkan citra satelit Himawari-8, status bibit siklon itu 6 jam terakhir menunjukkan adanya aktivitas konvektif yang signifikan terutama di sebelah utara sistem.
Model prediksi numerik menunjukkan bahwa bibit siklon bergerak ke arah barat-barat laut menjauhi wilayah Indonesia. Potensinya untuk tumbuh menjadi siklon tropis pada hari ini juga dalam kategori rendah.
Faktor Selain Bibit Siklon Baru
Meski begitu, berdasarkan analisis cuaca terkini, kondisi dinamika atmosfer di sekitar Indonesia masih berpotensi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah, bahkan sampai sepekan ke depan. Monsun Asia, misalnya, menunjukkan aktivitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.
"Monsun Asia disertai potensi dapat disertai adanya seruakan dingin dan fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan," tutur Dwikorita.
Seruakan dingin Asia, dia menjelaskan, merupakan fenomena yang cukup lazim terjadi saat Monsun Asia aktif, yang mengindikasikan adanya potensi aliran massa udara dingin dari wilayah Benua Asia menuju ke wilayah selatan. Dampak dari munculnya seruakan dingin tersebut dapat meningkatkan potensi curah hujan di wilayah Barat Indonesia apabila disertai dengan fenomena CENS (cross equatorial northerly surge).
Arus lintas ekuatorial itu mengindikasikan adanya aliran massa udara dingin dari utara yang sampai melintasi ekuator masuk wilayah Indonesia. Seruakan dingin dari Asia yang disertai CENS ini dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin disekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator.
Dinamika atmosfer lainnya di sekitar Indonesia adalah adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia. Ini dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator, dan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara. Selain itu juga berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan Indonesia.
Sementara itu, aktifitas Madden Julian Oscillation (MJO) disertai fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial masih menunjukkan kondisi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan di wilayah Indonesia.
Potensi Hujan Lebat dan Sangat Lebat
Berdasarkan prakiraan berbasis dampak BMKG, sebanyak 14 wilayah provinsi, mulai dari Banten sampai NTT, ditambah Sulawesi Selatan, Maluku, Papua dan Papua Barat, ditetapkan berstatus Siaga bencana hidrometeorologi 27-28 Desember 2022. Sedangkan potensi hujan lebat sampai sangat lebat di periode 27 Desember 2022 - 02 Januari 2023 dapat terjadi di Banten sampai NTT.
Potensi hujan sedang hingga lebat dapat terjadi di sebagian wilayah di Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Tenggara, Papua Barat dan Papua.
Potensi Gelombang Tinggi di Laut
BMKG juga meminta mewaspadai potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada 27 Desember 2022 - 03 Januari 2023. Berikut ini rinciannya,
Kategori Tinggi Gelombang > 6,0 m : Laut Natuna Utara, Samudera Hindia selatan NTT.
Kategori Tinggi Gelombang 4,0 – 6,0 m : Samudera Hindia selatan Banten, Samudera Hindia selatan Jawa Barat, Samudera Hindia selatan Jawa Tengah, Samudera Hindia selatan Jawa Timur, Samudera Hindia selatan Bali, Samudera Hindia selatan NTB, Perairan P. Sumba, Perairan Kupang – P. Rote, Perairan P. Flores, Perairan Kep. Anambas – Kep. Natuna, Laut Sumbawa, Selat Makassar bagian selatan, Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru.
Kategori Tinggi Gelombang 2,5 – 4,0 m : Samudera Hindia barat Kep. Mentawai, Samudera Hindia barat Bengkulu, Samudera Hindia barat Lampung, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Laut Bali, Selat Sunda, Perairan selatan Banten, Perairan selatan Jawa, Perairan selatan Bali, Perairan selatan Lombok, Perairan selatan Sumbawa, Perairan utara Halmahera.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.