TEMPO.CO, Jakarta - Omicron BF.7 telah teridentikasi sebagai varian utama Covid-19 yang sedang menyebar cepat di Beijing dan bagian lain di Cina sejak awal Desember lalu. BF.7, kependekan dari BA.5.2.1.7, adalah 'anak' dari Omicron BA.5, atau cucu dari BA.2.
Laporan-laporan dari Cina pada Desember lalu mengindikasikan Omicon BF.7 memiliki kemampuan menginfeksi terkuat di antara subvarian Omicron lainnya yang diketahui menyebar di negara itu. BF.7 lebih cepat menular, memiliki periode inkubasi lebih singkat dan kapasitas yang lebih besar untuk mere-infeksi orang-orang yang sudah pernah terinfeksi varian Covid-19 sebelumnya atau telah vaksinasi, atau keduanya.
Omicron BF.7 diyakini memiliki bilangan R0, atau angka reproduksi dasar virus, 10,0-18,6. Ini artinya seorang yang sudah terinfeksi akan mampu menularkan virus ke 10 sampai 18,6 orang lain. Berdasarkan studi-studi, angka rata-rata R0 Omicron adalah 5,08.
Tingginya tingkat penularan BF.7, bersama risiko penyebaran yang dalam banyak kasus terjadi tanpa gejala, dipahami menyebabkan kesulitan dalam pengendalian epidemik di Cina.
Baca juga: Eks Direktur WHO Bilang Pencabutan PPKM Sejalan Situasi Covid-19 Global
Gejala Infeksi Omicron BF.7
Gejala dari infeksi BF.7 mirip dengan subvarian Omicron lainnya, yakni gejala terutama di saluran pernapasan atas. Para pasiennya mungkin mengalami demam, batuk, radang tenggorokan, pilek dan lelah, di antara gejala lainnya.
Sebagian kecil pasien juga dapat mengalami gejala pada saluran pencernaan seperti mual dan diare.
Omicron BF.7 sangat mungkin menyebabkan infeksi serius pada orang-orang yang imun tubuhnya lebih lemah. Penduduk di Cina dinilai tergolong seperti itu karena cakupan vaksinasi yang dinilai tidak tinggi dibandingkan total populasi yang ada, dan penggunaan vaksin-vaksin domestik selama ini yang dianggap tidak se-efektif vaksin mRNA.
Beberapa kantong jenazah dijejerkan di sekitar tempat pemuatan di sebuah gedung, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Chongqing, Tiongkok, dirilis pada 22 Desember 2022. Seorang pejabat senior Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Rabu bahwa China mungkin sedang berjuang untuk mempertahankan penghitungan infeksi COVID karena mengalami lonjakan kasus yang besar. REUTERS/Sosial Media
Kemampuan Re-infeksi Omicron BF.7
Sejak Omicron berevolusi, kita telah melihat kemunculan sejumlah subvarian baru dengan kemampuan menghindari imun tubuh yang lebih baik. BF.7 tak terkecuali.
Omicron BF.7 membawa mutasi khas yang dilabeli sebagai R346T dalam protein paku-nya--protein yang mempengaruhi kemampuan SARS-CoV-2 dalam menginfeksi suatu sel. Mutasi ini, yang juga terlihat dalam Omicron BA.5, dikaitkan dengan penguatan kapasitas virus untuk meloloskan diri dari antiodi bangkitan vaksin ataupun infeksi sebelumnya.
Sebuah studi menguji netralisasi Omicron BF.7 dalam sera (komponen darah yang mengandung antibodi) milik petugas medis yang telah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap plus sekali dosis booster. Sera juga diambil dari pasien Covid-19 di tengah gelombang tinggi kasus Omicron BA.1 dan BA.5. Hasilnya, BF.7 resisten terhadap netralisir yang sebagian karena adanya mutasi R346T.
Omicron BF.7 'Lebih Ramah' di Luar Cina
BF.7 telah pula dideteksi di beberapa negara lain di dunia, termasuk India, Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara di Eropa seperti Belgia, Jerman, Prancis dan Denmark. Tapi, berbeda dengan di Cina, penyebaran virus itu lebih terkendali di negara-negara tersebut.
Penumpang menunggu dalam antrean, setelah Italia memerintahkan tes antigen untuk mendeteksi penyakit virus corona (COVID-19) untuk semua pelancong yang datang dari Cina, di Bandara Malpensa di Milan, Italia, 29 Desember 2022. REUTERS/ Jennifer Lorenzini
Sebagai contoh, prevalensi infeksinya di Amerika Serikat dicatat sebesar 5,7 persen pada pekan yang berakhir 10 Desember 2022. Angka itu menurun dari 6,6 persen pada pekan sebelumnya. Di Inggris, angka prevalensi yang sebesar 7 persen pada Oktober lalu juga telah menurun.
Baca juga: Ledakan Omicron BF.7 di Cina dan Potensi Covid-19 Varian Baru di Dunia
LIVE SCIENCE